Ketegangan China-Australia Membuat Investasi China di ”Benua Kanguru” Anjlok
Ketegangan hubungan diplomatik antara China dan Australia telah mempengaruhi investasi China di "Benua Kanguru".
Oleh
ADHITYA RAMADHAN
·3 menit baca
CANBERRA, SENIN — Hubungan antara China dan Australia yang memburuk selama beberapa bulan terakhir berdampak pada investasi China di Australia. Menurut data terbaru, investasi China di Australia anjlok hingga setengahnya dibandingkan dengan tahun 2019.
Para peneliti dari Australian National University (ANU) mengatakan, investasi China di Australia turun dari 4,8 miliar dollar Australia (3,5 miliar dollar AS) menjadi hanya 2,5 dollar Australia tahun lalu. Profesor Peter Drysdale yang memimpin riset tersebut menuturkan bahwa akuisisi perusahaan formula bayi Australia, Bellamy, oleh perusahaan China, Mengniu Dairy, senilai 1,43 miliar dollar Australia menempati lebih dari separuh investasi China di Australia itu.
Penurunan nilai investasi China di Australia ini sudah memasuki tahun ketiga sejak mencapai puncaknya tahun 2016 dengan nilai investasi mencapai 15,8 miliar dollar Australia.
Menurut Peter, penurunan nilai investasi China di Australia itu sangat menggambarkan ketegangan politik antara kedua negara. Begitu tajamnya, penurunan investasi itu melampaui penurunan kinerja perusahaan China secara global tahun lalu yang sebesar 9,8 persen.
”(Dalam) lima tahun terakhir, investor China jelas menghadapi iklim investasi Australia yang kurang pasti dan mereka lebih berhati-hati dalam berinvestasi di Australia,” kata Drysdale.
Juni lalu, Australia mengumumkan kebijakan yang lebih ketat untuk memblokir atau membatalkan investasi asing yang dianggap mengancam keamanan nasional. Langkah ini dinilai sebagai upaya membatasi pengaruh China yang luas di negara tersebut.
Australia telah menghambat raksasa telekomunikasi China, Huawei, untuk menjadi pemain utama jaringan 5G karena alasan keamanan negara. Keputusan ini membuat Beijing marah.
Drysdale menambahkan, perubahan struktural juga menjadi penyebab menurunnya investasi China di Australia. Para investor China mundur dari komoditas pertambangan dan sumber daya saat permintaan akan komoditas tersebut melemah.
Sementara investasi China di sektor perumahan dan pertanian Australia juga menurun pada 2019, para peneliti di ANU menemukan adanya ”keuntungan ” pada sektor konstruksi, pendidikan, dan keuangan. Drysdale berpendapat, penting bagi Australia untuk mempertimbangkan bagaimana membalik ”tren penurunan” ini karena investasi asing berperan penting dalam mendukung pertumbuhan ekonomi dan perdagangan Australia.
”Apakah situasi itu bisa diubah cepat atau lambat, hal itu soal lain karena sangat bergantung pada bagaimana pendekatan yang diambil untuk memulihkan hubungan kedua negara,” tutur Drysdale.
Hubungan China-Australia telah memburuk dalam beberapa bulan terakhir menyusul serangkaian perselisihan diplomatis. Beijing sangat marah terhadap Canberra yang turut menyuarakan penyelidikan internasional terhadap asal muasal virus korona yang muncul pertama kali di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, China bagian tengah.
Sejak saat itu, China yang merupakan mitra dagang terbesar Australia memberlakukan tarif terhadap produk Australia, mulai dari daging sapi hingga biji-bijian. China juga mengancam akan memboikot anggur Australia dan tur ajang balap sepeda profesional di sana.
China juga memukul balik dengan memperingatkan warganya untuk tidak pergi melancong ke ”Benua Kanguru” dengan alasan kekhawatiran terjadinya tindakan rasial terhadap warga mereka di Australia.
Tidak hanya memperingatkan calon wisatawan, Pemerintah China juga mengingatkan calon mahasiswa dan mahasiswa yang akan dan tengah melanjutkan studi di Australia tentang hal yang sama. (AFP)