Yoshihede Suga, sosok yang diunggulkan dalam pemilihan ketua Partai Demokratik Liberal Jepang bukan berasal dari keluarga politikus. Ia ”bertarung” melawan calon-calon lain yang berlatar belakang keluarga politikus.
Oleh
kris mada
·3 menit baca
Partai Demokrasi Liberal Jepang dijadwalkan memilih ketua umum baru pada Senin (14/9/2020) siang. Dari tiga calon, Yoshihide Suga paling diunggulkan.
Suga tidak mempunyai keluarga seperti Fumio Kishida dan Shigeru Ishiba, yang sama-sama menjadi calon ketua umum Partai Demokrasi Liberal (LDP) lewat pemilu internal kali ini. Padahal, politik Jepang amat memandang penting latar belakang keluarga.
Ketua Umum LDP sekaligus Perdana Menteri (PM) Jepang sejak 2012, Shinzo Abe, berasal dari dinasti politik yang kuat. Ayahnya mantan menteri luar negeri dan dua kakeknya pernah menjadi PM. Boleh disebut, Abe dijamin menjadi PM Jepang sejak ia lahir.
Sementara Shigeru Ishiba merupakan anak Jiro Ishiba, mantan Gubernur Tottori. Adapun Masaki dan Fumitake, kakek dan ayah Fumio, menjadi anggota parlemen. Salah satu anak Masaki menikah dengan Hiroshi Miyazawa yang pernah jadi Gubernur Hiroshima dan Menteri Kehakiman Jepang. Kakak Hiroshi, Kiichi, malah pernah jadi Ketua Umum LDP sekaligus PM Jepang.
Suga tidak mempunyai semua itu. Ayahnya menanam stroberi di Yuzawa, salah satu daerah di Akita. Selama SMA, Suga dikenal pendiam. ”Orang tidak tahu dia ada atau tidak,” kata teman SMA Suga, Hiroshi Kawai.
Lulus SMA, Suga merantau ke Tokyo dan bekerja, di antaranya, di pabrik kardus dan pasar ikan Tsukiji. Dengan upah dari aneka pekerjaan itu, ia mendaftar di Universitas Hosei. Satu-satunya alasan ia memilih universitas itu ialah biayanya paling murah dibandingkan dengan perguruan tinggi lain. Ia tidak bisa masuk ke Waseda seperti Kishida atau Keio dan Ishida karena alasan biaya.
Sampai kuliah pun, Suga tetap belum berpikir masuk politik. Bukan dari keluarga politikus dan tidak punya banyak kenalan orang penting menjadi alasan Suga untuk tidak masuk politik Jepang yang dikenal sangat mementingkan koneksi dan latar keluarga.
Awal karier politik
Namun, akhirnya, ia masuk politik pada 1975 dengan menjadi anggota tim pemenangan Hikosaburo Onagi. Kala itu, Onagi sedang mempertahankan kursi di majelis tinggi Jepang. Onagi tentu saja menang dan Suga terus menjadi staf Onagi sampai 1986.
Alasan Suga mundur sebagai staf Onagi ialah ingin maju di pemilihan anggota Dewan Kota Yokohama. Selama kampanye 1986, ia mendatangi lebih dari 30.000 rumah dan berpidato sendirian di tempat-tempat umum. Kala itu, nyaris tidak ada politikus Jepang berkampanye dengan cara seperti Suga. Kini, banyak polikus yang berkampanye dengan cara berpidato di terminal dan stasiun.
Hasil kerja keras Suga di kampanye 1986 mengantarkannya menjadi anggota Dewan Kota Yokohama sejak 1987 sampai 1996. Cara kampanye 1986 juga salah satu kunci Suga mempertahankan kursi di parlemen kala banyak politikus LDP kalah di pemilu 2009.
Karier Suga naik kala akhirnya menjadi anggota parlemen Jepang mulai 1996. Menjelang pemilu 2000, Suga mulai dekat dengan Abe yang sudah menjadi anggota parlemen sejak 1993. Mereka tetap berteman dan dekat sampai sekarang.
Kala Abe pulih dari sakit perut parah yang memaksanya mundur dari kursi PM pada 2007, Suga meyakinkan Abe untuk merebut lagi posisi itu. Seperti ditulis Nikkei, Abe akhirnya memenangi pemilu internal LDP pada 2012 kemudian menjadi Ketua Umum LDP dan karena itu otomatis menjadi PM Jepang. Sebab, LDP mempunyai kursi terbesar di parlemen Jepang. Siapa pun partai atau gabungan partai pemilik kursi terbesar di parlemen, maka akan menjadi PM Jepang.
Abe membayar dukungan Suga dengan menunjukkan sebagai Sekretaris Kabinet sejak 2012. Selain menjadi sekretaris kabinet, Suga juga menjadi juru bicara pemerintah. Di masa pemerintahan Abe pertama, 2006-2007, kebetulan Suga pernah menjadi menteri komunikasi.
Kala kembali harus mundur karena penyakit di perut, Abe menyokong Suga menjadi Ketua Umum LDP. Sokongan itu membuat lima faksi utama LDP mendukung Suga di pemilihan Ketua Umum LDP pada Senin siang.
”Alasan tunggal Suga jadi calon adalah karena dia berjanji akan melanjutkan kebijakan Abe. Jadi, sebagai PM baru, dia tidak akan ditekan oleh warisan dan rekam jejak pemerintah lama. Setelah menjadi pembela kebijakan Abe, Suga tidak bisa melepaskan diri dari Abe dan mendorong perubahan tanpa kritik keras,” kata pengajar Ilmu Politik di Sophia University, Koichi Nakano.
Dalam berbagai kesempatan, Suga memang mengakui akan melanjutkan kebijakan Abe. Ia tidak seperti Kishida dan Ishida yang secara terbuka menyatakan akan membuat kebijakan berbeda dari Abe. (REUTERS/AFP)