Survei Ekonom Jepang: Pemulihan Pandemi Harus Jadi Prioritas PM Baru
Para ekonom Jepang menyatakan, penanganan pandemi Covid-19 harus jadi prioritas pemerintahan baru Jepang. Kepala Sekretaris Kabinet Jepang Yoshihide Suga, favorit terkuat calon Ketua LDP, searah dengan pandangan itu.
Oleh
ADHITYA RAMADHAN
·3 menit baca
TOKYO, JUMAT — Perdana Menteri Jepang yang baru harus fokus memerangi pandemi Covid-19, digitalisasi ekonomi, dan menciptakan lapangan kerja. Demikian hasil jajak pendapat Reuters, Jumat (11/9/2020).
Jajak pendapat pendapat yang digelar pada 2-10 September 2020 itu melibatkan para ekonom Jepang sebagai responden. Ditanya sektor mana yang jadi fokus pemerintah di bawah perdana menteri yang baru nantinya, 37 ekonom memilih jawaban ”merespons pandemi virus korona” dan 28 memilih jawaban ”digitalisasi masyarakat dan perusahaan.”
Pandemi Covid-19 telah memperlihatkan kelemahan teknologi di jajaran pemerintahan Jepang dan banyak perusahaan Jepang yang masih memiliki ”budaya kertas”. Menurut para pakar, kelemahan ini mengurangi produktivitas.
Sebanyak 22 ekonom memilih jawaban ”menciptakan lapangan kerja dan menstimulasi permintaan domestik”, sedangkan 13 responden memilih jawaban ”kebijakan luar negeri dan keamanan.” Dalam jajak pendapat itu, setiap responden diberi kesempatan memilih hingga tiga jawaban.
”Pengeluaran fiskal tetap diperlukan,” ujar Mari Iwashita, kepala ekonom pasar di Daiwa Securities. ”Mengingat hambatan fiskal, kita perlu beralih pada pembelanjaan yang lebih fokus dan efisien.”
Para analis ekonomi itu juga memperkirakan bahwa ekonomi Jepang yang merupakan kekuatan ekonomi terbesar ketiga di dunia akan mengalami kontraksi di atas yang diperkirakan karena pandemi juga berdampak pada banyak perusahaan dan kondisi keuangan rumah tangga.
Dari seluruh ekonom yang mengikuti survei, median perkiraan dari 30 analis menunjukkan, perekonomian Jepang akan mengalami kontraksi 6 persen, terbesar sejak tahun 1994 sekaligus lebih buruk dibandingkan dengan perkiraan bulan lalu yang sebesar 5,6 persen. Skenario terburuk memperlihatkan bahwa ekonomi Jepang bisa menyusut 8,1 persen.
Sebelum hasil survei dirilis, sejumlah analis pada Selasa lalu memperlihatkan, ekonomi menyusut 28,1 persen pada kuartal kedua 2020, lebih besar dari prediksi sebelumnya.
Hampir dua pertiga ekonom yang disurvei memprediksi, langkah Bank Sentral Jepang adalah memperluas stimulus ekonomi karena pandemi masih memberikan dampak pada ekonomi. ”Bank Sentral Jepang perlu melindungi ekonomi dari risiko domestik dan luar negeri,” kata Tetsuya Inoue, kepala peneliti di Nomura Research Institute.
Kepala Sekretaris Kabinet Yoshihide Suga sejauh ini terdepan dalam pemilihan Ketua Partai Demokrat Liberal (LDP), 14 September nanti, mengatakan bahwa mencegah penyebaran virus korona akan menjadi prioritas utamanya.
Suga, yang akan juga menggantikan Perdana Menteri Shinzo Abe jika terpilih menjadi Ketua LDP, menekankan bahwa tugas utamanya sebagai pemimpin bangsa adalah memulihkan ekonomi.
Sementara itu, dalam pembukaan pertemuan panel para pakar kesehatan, Menteri Perekonomian Jepang Yasutoshi Nishimura menuturkan bahwa dirinya ingin menghapus pembatasan terkait penyebaran virus korona dalam acara seperti penampilan teater Kabuki dan konser musik klasik.
Menurut Nishimura, penambahan kasus positif baru dari acara-acara seperti itu telah menurun. Pemerintah juga ingin menghapus pembatasan pada acara yang lain seperti konser musik rock. (REUTERS)