Hanya berselang sebulan setelah ledakan yang meluluhlantakkan pelabuhan Beirut, Lebanon, kini kebakaran hebat kembali melanda pelabuhan tersebut.
Oleh
ADHITYA RAMADHAN
·3 menit baca
BEIRUT, JUMAT — Kebakaran besar melanda pelabuhan Beirut di Lebanon, Kamis (10/9/2020). Kebakaran bermula di zona bebas bea yang hancur akibat ledakan, beberapa waktu lalu. Asap yang mengepul dari kebakaran itu menyelimuti sejumlah kawasan di ibu kota Lebanon sehingga membuat sejumlah warga yang masih trauma mengungsi.
Pemadam kebakaran berjuang memadamkan api, sementara helikopter militer membantu dengan menjatuhkan air dari udara. Menjelang malam, para pejabat mengatakan, sebagian besar api telah padam. Asap masih mengepul dari puing-puing yang terbakar, tetapi tidak sepekat sebelumnya.
”Pastinya kami takut, hanya selang sebulan sejak ledakan yang menghancurkan Beirut. Kami melihat kejadian serupa terjadi lagi,” kata Andre Muarbes (53).
Para pejabat mengatakan, tidak ada satu pun yang terluka dalam kebakaran itu. Meski begitu, ada sejumlah warga yang menderita sesak napas karena asap dari kebakaran.
Dalam rapat bersama Dewan Pertahanan Tertinggi, Presiden Lebanon Michel Aoun mengatakan, kebakaran itu bisa saja disebabkan oleh sabotase, kesalahan teknis, atau kelalaian. Penyebab sesungguhnya harus segera diungkap.
Seorang sumber di Dewan Pertahanan Tertinggi menyebutkan, pengelola pelabuhan menyampaikan bahwa kebakaran itu disebabkan oleh pekerjaan mengelas di gudang yang menyimpan bahan mudah terbakar, termasuk bahan makanan. Percikan api dari las juga disebut menjadi penyebab ledakan, 4 Agustus lalu.
Kepada stasiun televisi LBC, Kepala Pelabuhan sementara Bassem al-Kaissi mengatakan bahwa kobaran api itu bermula ketika tempat penyimpanan minyak goreng terbakar dan menyebar ke gudang ban. Rekaman televisi memperlihatkan lidah api menyulut dekat tumpukan ban di sebuah gudang yang hancur akibat ledakan bulan lalu. Namun, tetap belum jelas apa yang memicu api.
Greenpeace memperingatkan warga Beirut untuk melindungi mereka dari asap ”racun” kebakaran. ”Ban yang terbakar tidak hanya mengandung banyak partikel halus, asap, dan abu, tetapi juga banyak polutan organik yang bisa terhirup di luar gumpalan asap,” ujar seorang juru kampanye Greenpeace.
”Asap bisa mengandung racun yang banyak dan bersifat karsinogen, karbon hitam, partikel lain, dan gas asam.”
Di Geneva, Swiss, Komite Internasional Palang Merah (ICRC) menyatakan, memiliki sejumlah bantuan logistik yang disimpan di gudang yang terbakar, antara lain, bahan makanan dan 0,5 juta liter minyak.
”Tingkat kerusakan akibat kebakaran masih dihitung. Operasi kemanusiaan kami berisiko terganggu serius,” tulis Direktur ICRC Timur Tengah Fabrizio Carboni di Twitter.
Sejak ledakan Agustus lalu, pelabuhan Beirut dipakai oleh lembaga bantuan internasional di Lebanon untuk menyimpan bantuan logistik bagi pengungsi di Lebanon dan orang yang membutuhkan di Suriah.
Media sosial di Lebanon ramai membicarakan kebakaran ini. Warganet membagikan rekaman video kebakaran. ”Kebakaran hebat di pelabuhan, menyebabkan kepanikan di seluruh Beirut. Kami tidak bisa berhenti,” tulis peneliti Human Rights Watch, Aya Majzoub, di Twitter. ”Kami tidak bisa menerima trauma sebanyak ini,” tulis akun Twitter lainnya. (REUTERS/AFP)