Palestina Gagal Bujuk Liga Arab untuk Kecam UEA-Israel
Palestina gagal membujuk negara-negara anggota Liga Arab mengecam normalisasi hubungan Uni Emirat Arab-Israel.
Oleh
Mahdi Muhammad
·3 menit baca
KAIRO, KAMIS — Para pemimpin Palestina memenangi dukungan dari Arab Saudi yang menyegarkan tentang keberadaan mereka. Namun, pada saat yang sama, mereka gagal membujuk negara-negara anggota Liga Arab untuk mengecam normalisasi hubungan diplomatik Uni Emirat Arab (UEA) dengan Israel.
Dalam pertemuan para menteri luar negeri negara-negara anggota Liga Arab yang berlangsung secara daring, Rabu (9/9/2020), kepemimpinan Palestina melunakkan kecamannya sendiri terhadap normalisasi hubungan itu.
”Pembicaraan mengenai hal ini sangat serius dilakukan. Pembicaraannya sendiri sangat komprehensif dan memakan waktu lama. Tetapi pada akhirnya tidak mengarah pada kesepakatan tentang rancangan komunike yang diusulkan Palestina,” kata Hossam Zaki, Wakil Sekjen Liga Arab, di Kairo, Mesir, Rabu.
Zaki mengatakan, para menteri luar negeri gagal mencapai kompromi tentang resolusi pada kesepakatan UEA-Israel karena perbedaan pandangan UEA dan Palestina terhadap kata-kata dan kalimat yang digunakan di dalam rancangan resolusi buatan Palestina.
”Sebuah draf resolusi membutuhkan lebih banyak waktu dan konsultasi yang ekstensif. Kami berharap ke depannya bisa tercapai bentuk yang disepakati,” katanya.
Sebaliknya, UEA menjabarkan substansi perjanjian normalisasi hubungan negaranya dengan Israel, yang dijadwalkan akan ditandatangani pekan depan, sebagai sebuah tindakan yang memicu dihentikannya rencana pencaplokan wilayah Tepi Barat, Palestina, oleh Israel.
Sementara Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu bersikeras bahwa hal itu adalah penundaan yang bersifat sementara.
Riyad Al Maliki, Menlu Palestina, menolak argumen UEA dengan menyatakan bahwa penghentian pencaplokan lebih disebabkan perlawanan dan penolakan Palestina. Tidak ada peran UEA di dalamnya.
Terpecah
Palestina berulang kali menyuarakan penolakan mereka terhadap normalisasi hubungan UEA-Israel. Tidak lama setelah pengumumnan normalisasi hubungan itu dilakukan oleh Presiden Amerika Serikat Donald Trump, yang menjadi perantara, Palestina sempat mendesak pertemuan darurat negara-negara anggota Liga Arab.
Hal itu diutarakan kembali oleh Maliki dalam pertemuan Rabu. Namun, pertemuan itu ditentang oleh salah satu negara anggota Liga Arab.
Termasuk yang ditentang oleh negara yang tidak disebutkan oleh Maliki adalah soal penambahan item pertemuan, yang rencananya akan dimanfaatkan oleh Palestina untuk menjelaskan rancangan resolusi usulan mereka. Isi draf resolusi tersebut berupa ajakan untuk menolak normalisasi hubungan itu.
”Kalau tidak bersikap seperti itu (penolakan terhadap normalisasi hubungan UEA-Israel), pertemuan kita ini akan dianggap sebagai restu atau berkolusi dengannya atau menutupinya,” kata Maliki.
Dukungan terhadap Palestina sendiri dinyatakan oleh Menlu Arab Saudi Pangeran Faisal bin Farhan Al Saud. Pangeran Faisal, berbicara mewakili Riyadh, menyatakan dukungannya terhadap pembentukan negara Palestina berdasarkan perbatasan yang ada sebelum perang Timur Tengah 1967, dengan Jerusalem Timur sebagai ibu kotanya. Pangeran Faisal tidak menyinggung tentang normalisasi hubungan UEA-Israel.
Sebagian besar dunia Arab telah lama menolak hubungan diplomatik dengan Israel karena tidak adanya kesepakatan damai untuk mendirikan negara Palestina di atas tanah yang direbut oleh Israel pada 1967.
Namun, dukungan untuk Palestina itu mulai melemah dalam beberapa tahun terakhir. Citra yang dibangun oleh AS dan Israel yang menganggap Iran dan proksinya sebagai musuh bersama dinilai berhasil.
Amerika Serikat, Israel, dan UEA mendesak para pemimpin Palestina untuk terlibat kembali dengan Israel. Dalam perjalanan ke UEA pekan lalu, menantu dan penasihat senior Presiden Trump, Jared Kushner, mengatakan bahwa warga Palestina tidak boleh ”terjebak di masa lalu”. (AP/REUTERS)