AS-China baku kerahkan pesawat dan kapal perang ke Laut China Selatan dan kawasan sekitarnya. Mereka juga menyiapkan rudal berjangkauan ribuan kilometer di kawasan.
Oleh
kris mada
·3 menit baca
BEIJING, KAMIS — China menuding Amerika Serikat menjadi pendorong terbesar perlombaan senjata di Laut China Selatan. Bangsa-bangsa Asia Tenggara khawatir dengan pengerahan aneka peralatan perang AS-China di kawasan.
Menteri Luar Negeri China Wang Yi melontarkan tudingan itu dalam pertemuan Menteri Luar Negeri ASEAN (ASEAN) dan mitra ASEAN, Rabu (9/9/2020) malam. Wang menyampaikan pidatonya dari Beijing karena AMM 2020 digelar secara virtual akibat pandemi Covid-19.
”Perdamaian dan stabilitas adalah kepentingan terbesar China di Laut China Selatan. China berharap negara di luar kawasan, termasuk AS, menghormati keinginan dan harapan negara dalam kawasan, bukan malah menaikkan ketegangan dan mencari keuntungan,” tuturnya sebagaimana dikutip Xinhua.
Wang menuding AS mengintervensi sengketa perairan di kawasan demi kepentingan Washington. AS terus meningkatkan pengerahan aset-aset militernya di Laut China Selatan.
Menurut Wang, perselisihan AS-China bukan soal pertarungan kekuasaan atau sistem politik yang berbeda. Perselisihan itu lebih ke soal multilateralisme atau unilateralisme yang akan menang.
Dalam berbagai kesempatan, Beijing menuding Washington mendorong unilateralisme. Ironisnya, AS bolak-balik menunjukkan kecenderungan menjauhi multilateralisme. AS keluar dari kesepakatan perdagangan Pasifik, UNESCO, WHO, hingga kesepakatan nuklir Iran.
Indonesia khawatir
Menteri Luar Negeri Retno Marsudi mengakui sangat khawatir dengan persaingan AS-China. ”Kami tidak mau terjebak dalam persaingan ini. ASEAN, Indonesia, ingin menunjukkan ke semua pihak bahwa kami siap jadi mitra,” ujarnya kepada Reuters.
Ia juga khawatir dengan perlombaan senjata di Laut China Selatan. Pernyataan para menlu ASEAN pada Agustus menekankan bahwa ASEAN tidak akan berpihak dalam persaingan AS-China.
Sebelumnya, Menlu Malaysia Hishammuddin Hussein mengatakan, ASEAN harus menghindari memihak ke AS atau China. Malaysia juga tidak mau terjebak di konflik itu.
”Saya tidak mau Malaysia terjebak dan terseret ketegangan geopolitik yang dipicu negara besar. Kita harus menghindari kejadian apa pun yang tidak diinginkan di wilayah perairan kita. Kita juga harus mencegah semua konflik militer di perairan di antara semua pihak terkait,” ujarnya kepada parlemen Malaysia.
Pamer kekuatan
Bersamaan dengan tudingan Wang, Komando Pasifik AS mengumumkan pengerahan kapal dan pesawat tempurnya di Laut China Selatan dan sekitarnya.
AS mengerahkan tiga jenis pesawat pengebom, yakni B-1s, B-2s, dan B-52s di kawasan. Selain itu dikerahkan pula pesawat tempur, pesawat angkut, dan pesawat intai.
Komando Pasifik, yang wilayah operasinya termasuk Laut China Selatan, juga mengerahkan kapal perusak yang dilengkapi dengan rudal untuk berlayar dengan kapal perang Australia, Jepang, dan Korea Selatan mulai kemarin. Kapal-kapal itu bergerak dari Hawaii menuju Guam.
Kapal induk AS, Nimitz dan Reagan, rutin beroperasi di Laut China Selatan. Kelompok serbu yang dibawahkan dua kapal induk itu diperkuat hampir 100 pesawat tempur dan kapal-kapal perang mutakhir yang dilengkapi rudal jarak menengah dan jarak jauh.
Sebelum pengumuman pengerahan aset-aset militer ke sekitar Laut China Selatan , Kementerian Pertahanan AS lebih dulu mengumumkan penilaiannya pada kekuatan militer China. Pentagon menyebut Beijing punya angkatan laut terbesar dengan hampir 500 kapal perang dalam status siaga tempur. Sebaliknya, hanya 293 kapal perang AS dalam status siaga tempur.
Beijing, menurut laporan Pentagon, punya 1.250 rudal balistik berpeluncur darat (GLBM) dan rudal jelajah berpeluncur darat (GLCM) dengan jangkauan hingga 5.500 kilometer.
AS kini hanya punya GLBM dengan jangkauan maksimum 300 km dan tidak punya GLCM. Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) juga telah mengembangkan aneka rudal yang sebagian bisa mengangkut hulu ledak nuklir.
Adapun sistem pertahanan udara Beijing dilengkapi dengan produk dalam negeri dan Rusia. Sementara AU China kini punya 2.000 pesawat tempur dan 2.500 pesawat militer aneka fungsi.
Sementara Global Times, media yang dekat dengan Pemerintah China, melaporkan, Beijing terus melatih kelompok serbu yang dibawahkan dua kapal induknya, Liaoning dan Shandong.
Kelompok serbu itu diperkuat dengan pesawat tempur dan rudal buatan dalam negeri. Liaoning dan Shandong kini sedang dipersiapkan untuk bisa beroperasi sampai ke Selat Malaka.
Beberapa pekan lalu, AL China mendapat 33 kapal perusak baru. Kapal-kapal itu menggantikan kapal perusak generasi lama yang dibangun sebelum tahun 2000. Sebagian kapal lama dibuat di luar negeri. Kini, seperti aneka jenis rudalnya, hampir semua kapal perang dan kapal selam China dibuat di dalam negeri.
Di udara, China juga meluncurkan pesawat intai KJ-500. Pesawat itu dikembangkan dari pesawat angkut Y-9. Selain ditambah radar, pesawat itu juga bisa mengisi bahan bakar di udara sehingga jangkauannya akan lebih jauh. (REUTERS)