Pemerintah Amerika Serikat terus mendorong upaya diplomatik mengakhiri blokade sejumlah negara Arab terhadap Qatar.
Oleh
Mahdi Muhammad
·3 menit baca
WASHINGTON, KAMIS — Menilai dirinya sukses menjadi perantara normalisasi hubungan negara Arab, Uni Emirat Arab dengan Israel, Pemerintah Amerika Serikat kini tengah berupaya mendorong dialog untuk mempercepat pencabutan blokade terhadap Qatar. Masih dibutuhkan upaya lebih untuk mengakhiri blokade negara-negara Arab terhadap Qatar.
David Schenker, pejabat Kementerian Luar Negeri AS yang menangani wilayah Timur Dekat, terdiri dari negara-negara Timur Tengah dan Afrika, Rabu (9/9/2020), mengatakan, meski sejauh ini masih ada keengganan beberapa negara untuk menormalisasi hubungan dengan Qatar, sejumlah negara mulai menunjukkan tanda-tanda melonggarkan kebijakannya atas negara tersebut.
”Tidak ada perubahan yang mendasar yang membuat kami akan membuka pintu sekarang. Tapi dalam sejumlah pembicaraan, kami mendeteksi lebih banyak fleksibilitas,” kata Schenker, berbicara di forum yang diselenggarakan Institut Brookings, sebuah lembaga wadah pemikir di Washington.
Pernyataan ini dikemukakan Schenker setelah kunjungannya selama sepekan ke beberapa negara di kawasan Timur Tengah, seperti Kuwait, Qatar, Lebanon, akhir Agustus lalu. Pembicaraannya dengan sejumlah pejabat pemerintah negara yang dikunjunginya, Schenker menyuarakan harapan agar banyak negara dengan Qatar kembali normal.
Namun, menurut Schenker, pembukaan blokade dan normalisasi hubungan Qatar dengan sejumlah negara Teluk masih membutuhkan waktu. Para pemain kunci dalam hubungan ini masih belum sepakat dalam beberapa hal.
”Ada beberapa gerakan. Saya ingin mengatakan ini hanyalah masalah waktu,” kata Schenker.
Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Bahrain, dan Mesir pada Juni 2017 memutuskan hubungan diplomatik dengan Qatar dan memberlakukan embargo penerbangan di negara Teluk yang kaya gas itu. Mereka menuduh Doha mendukung kelompok Islam radikal serta Iran.
Presiden AS Donald Trump, yang memiliki hubungan dekat dengan para pemimpin Arab Saudi dan Uni Emirat Arab, semula berpihak kepada Qatar. AS yang memiliki pangkalan udara militer di Qatar berusaha menjadi penengah untuk meredakan konflik diplomatik sekutu-sekutu dekatnya di Timur Tengah ini, terutama saat berhadapan dengan Iran.
Pemerintah Qatar dan Arab Saudi sempat mengupayakan terjadinya pembicaraan di antara kedua negara. Menlu Qatar Sheikh Mohammed bin Abdulrahman al-Thani pada Desember 2019 menyatakan bahwa kedua pemerintahan tengah mengupayakan perbaikan hubungan.
Namun, upaya itu terhenti karena 13 tuntutan yang didesakkan negara-negara pemblokir dinilai tidak masuk akal. Pertengahan Februari 2020, kantor berita Al Jazeera melaporkan upaya mengakhiri krisis diplomatik antara Qatar dan Arab Saudi tidak berhasil.
Qatar sendiri memiliki peran yang cukup signifikan dalam membantu AS dan kelompok Taliban meneken kesepakatan damai, yang mengakhiri perang hampir dua dekade.
Tidak hanya dengan Taliban, Doha juga memiliki peran untuk mencegah perang antara Iran dan AS setelah serangan militer AS menewaskan pemimpin militer Iran, Jenderal Qassem Sulaimani. Dua buah peran yang tidak bisa dilakukan oleh negara-negara di kawasan Timur Tengah. (AFP)