Arab Saudi hanya mau berdamai dengan Israel apabila Israel setuju mundur dari wilayah yang diduduki selepas perang 1967. Riyadh juga mensyaratkan Jerusalem Timur sebagai ibu kota Palestina.
Oleh
kris mada
·3 menit baca
RIYADH, SENIN — Raja Arab Saudi Salman bin Abdulaziz al-Saud kembali meminta penyelesaian yang adil untuk isu Palestina. Ia juga menekankan, Riyadh tetap berkomitmen pada Inisiatif Damai Arab tahun 2002.
Raja Salman menyampaikan hal itu kepada Presiden Amerika Serikat Donald Trump. Kantor berita Arab Saudi, SPA, menyiarkan rangkuman isi percakapan itu pada Senin (7/9/2020). SPA dan media-media Arab Saudi lainnya tidak menyebut kapan komunikasi telepon Salman dan Trump berlangsung. Sikap Riyadh dinyatakan tak berubah sejak mengajukan Inisiatif Damai Arab.
Inisiatif Damai Arab diajukan oleh mendiang Raja Abdullah bersama para pemimpin negara Arab lainnya. Lewat inisiatif itu, negara-negara Arab setuju berdamai dengan Israel. Syaratnya, Israel keluar dari daerah-daerah yang didudukinya sejak 1967 dan Jerusalem Timur menjadi ibu kota Palestina.
Inisiatif Damai Arab juga menekankan soal isu pengungsi Palestina yang mengalir keluar dari wilayah-wilayah yang diduduki Israel sejak 1948. Sampai sekarang, para pengungsi itu tinggal di berbagai negara lain, dan Israel menolak mereka kembali ke tanah yang pernah mereka tinggalkan.
Percakapan Salman dan Trump terjadi selepas Penasihat Senior Trump—yang sekaligus juga menantunya—Jared Kushner terbang dengan pesawat Israel, El Al, dari Tel Aviv menuju Abu Dhabi, Uni Emirat Arab, pekan lalu. Riyadh mengizinkan pesawat itu melewati wilayah udara Arab Saudi. Pesawat itu adalah pesawat pertama Israel yang secara resmi diizinkan melintasi Arab Saudi.
Sampai sekarang, Arab Saudi dan mayoritas negara Arab tidak mengakui kedaulatan Israel dan tidak membuka hubungan diplomatik. Hanya Jordania, Mesir, dan UEA yang mempunyai hubungan diplomatik dengan Israel.
Menteri Luar Negeri Arab Saudi Faisal bin Farhan menegaskan, posisi Riyadh tidak berubah meski telah mengizinkan pesawat Israel melintasi Arab Saudi. Farhan mengatakan, perdamaian dengan Israel harus dilakukan dalam kerangka solusi dua negara dengan Jerusalem Timur sebagai ibu kota Palestina.
Tuntutan Arab Saudi berseberangan dengan keinginan Israel dan Trump. Di masa Trump, AS mengakui seluruh Jerusalem sebagai ibu kota Israel. Bahkan, usulan perdamaian Trump memperluas wilayah pendudukan Israel.
Secara terpisah, Menteri Luar Negeri Retno LP Marsudi mengatakan, posisi Indonesia juga tetap pada solusi dua negara sebagai cara penyelesaian konflik Palestina-Israel. Indonesia konsisten memperjuangkan hak-hak bangsa Palestina. Selama menjadi Presiden Dewan Keamanan (DK) Perserikatan Bangsa-Bangsa, isu Palestina terus dibawa Indonesia di forum-forum DK PBB.
Indonesia, menurut Retno, terus mendorong dialog antarpihak yang bertikai untuk mencapai solusi permanen atas konflik Palestina. Posisi Indonesia juga sesuai dengan resolusi DK PBB yang menetapkan solusi dua negara sebagai penyelesaian masalah Palestina-Israel.
Sikap Palestina
Dari Palestina dilaporkan, juru bicara Kepresidenan Palestina Nabil Abu Rudaieh mengatakan, peta Palestina hanya bisa ditentukan warga Palestina. Israel dan AS tidak berhak menggambar peta Palestina.
Palestina juga dinyatakan semakin bersatu. Hal itu antara lain ditunjukkan dengan pertemuan para sekretaris jenderal faksi-faksi di Palestina. ”Pertemuan itu menyampaikan pesan kepada warga Palestina bahwa ini saat bersejarah untuk melindungi tanah tumpah darah kita. Dalam pidatonya, Presiden Mahmoud Abbas menetapkan tahap baru, berdasarkan hubungan rakyat Palestina, dibangun berdasarkan kepentingan nasional warga kita,” katanya sebagaimana dilaporkan WAFA.
Abbas, kata Abu Rudaieh, menekankan pentingnya bagi warga Palestina berani dalam situasi penting ini. ”Persatuan warga Palestina dan para pemimpinnya untuk menjaga amanah pembentukan Palestina merdeka dengan Jerusalem Timur sebagai ibu kota dan (wilayah sesuai) perbatasan 1967. Dengan merawat Jerusalem dan kesucian serta menjaga keputusan nasional yang dipimpin Organisasi Pembebasan Palestina, semangat rakyat, kota akan melewati tahapan yang mengancam masa depan seluruh kawasan,” tuturnya.
Sementara pemimpin Hamas, Ismail Haniyah, mengancam menembakkan rudal ke Tel Aviv. ”Rudal kami bisa menjangkau beberapa kilometer dari perbatasan dengan Gaza. Hari ini, kelompok perlawasan di Gaza punya rudal yang bisa menyasar Tel Aviv dan melebihi Tel Aviv,” ujarnya di Lebanon.
Ia menyampaikan itu di hadapan para pengungsi Palestina di Lebanon, salah satu negara yang menampung pengungsi Palestina sejak 1948. Lebih dari 15 tahun terakhir, Gaza dikendalikan Hamas. Sementara Fatah pimpinan Abbas mengendalikan Tepi Barat.
Aneka serangan terhadap Israel paling banyak dilancarkan dari Gaza. Pola serangan terbaru dengan memanfaatkan balon yang dilengkapi bom. Dalam 13 tahun terakhir, Hamas terlibat tiga perang dan banyak pertempuran dengan Israel. (REUTERS)