Kondisi lingkungan memiliki dampak yang sangat besar terhadap kesehatan manusia. Polusi udara, misalnya, dapat memangkas angka harapan hidup hingga 10 tahun.
Oleh
ADHITYA RAMADHAN
·3 menit baca
BRUSSELS, SELASA — Lingkungan menjadi faktor penting yang turut memengaruhi derajat kesehatan dan kualitas hidup masyarakat. Berbagai macam polusi, terutama polusi udara, tetap menjadi ancaman serius bagi masyarakat di dunia.
Laporan terbaru dari Badan Lingkungan Eropa (EEA) yang dipublikasikan, Selasa (8/9/2020), menyebutkan bahwa di Uni Eropa (UE) tercatat 13 persen kematian terkait dengan polusi. Sebanyak 630.000 kematian di 27 negara UE dan Inggris pada tahun 2012 berkaitan dengan faktor lingkungan.
Warga Eropa secara konstan terpapar risiko lingkungan, seperti polusi udara, suara, dan kimia. Pandemi Covid-19 menjadi contoh keterkaitan antara ”kesehatan masyarakat dan kesehatan ekosistem”. ”Munculnya patogen bersumber binatang berkaitan dengan penurunan kualitas lingkungan dan interaksi manusia dengan hewan dalam sistem makanan,” tulis laporan itu.
Kondisi negara di Eropa Barat dan Eropa Timur, wilayah yang berbeda kondisi sosial ekonominya, sangat kontras. Contohnya, di Romania (Eropa Timur) satu dari lima kematian di sana berhubungan dengan polusi udara, sementara di Swedia (Eropa Barat atau Eropa utara) hanya satu dari 10 kematian yang terkait polusi udara.
”Masyarakat yang lebih miskin secara tidak proporsional terpapar polusi udara dan cuaca ekstrem, termasuk gelombang panas dan dingin yang ekstrem,” tulis laporan itu. ”Hal itu berhubungan dengan tempat mereka tinggal, bekerja, dan pergi ke sekolah, biasanya di lingkungan urban dekat dengan lalu lintas yang padat,” tambah laporan itu.
Salah satu polusi yang secara konsisten menjadi ancaman terhadap kesehatan manusia adalah polusi udara. Polusi udara mengurangi angka harapan hidup orang dewasa ataupun anak-anak di dunia hampir dua tahun. Meski polusi udara di China saat menerapkan karantina wilayah untuk menekan kasus Covid-19 sempat menurun, level polusi udara secara umum dalam dua dekade terakhir masih sama.
Bahkan, The Air Quality Life Index (AQLI) menyebutkan, ketika dunia berlomba mengembangkan vaksin Covid-19 sekalipun, polusi udara terus menyebabkan miliaran orang di dunia menjadi sakit dan berumur pendek.
Pangkas angka harapan hidup
Kualitas udara yang dihirup banyak manusia di dunia membawa risiko yang lebih besar daripada Covid-19. Di negara seperti India dan Bangladesh, polusi udara di beberapa lokasi begitu parahnya sampai memangkas angka harapan hidup hingga hampir 10 tahun.
Hampir seperempat populasi global tinggal di empat negara Asia Selatan dengan tingkat polusi udara yang parah, yakni India, Bangladesh, Nepal, dan Pakistan. AQLI menemukan bahwa angka harapan hidup populasi di negara-negara tersebut terpangkas rata-rata lima tahun setelah terpapar polusi udara yang 44 persen lebih tinggi dibandingkan pada 20 tahun lalu.
Polusi memiliki korelasi erat dengan kanker, penyakit kariovaskular, dan penyakit pernapasan. EEA menekankan bahwa ”kematian ini bisa dicegah dengan mengurangi risiko lingkungan terhadap kesehatan”.
Menurut EEA, untuk meningkatkan derajat kesehatan dan lingkungan di Eropa, ”ruang terbuka hijau dan biru” harus mendapat tempat karena bisa ”mendinginkan kota saat gelombang panas melanda, mengurangi banjir, mengurangi polusi suara, dan mendukung biodiversitas perkotaan.”
Selain itu, ruang terbuka hijau juga menyediakan ”ruang publik untuk relaks dan berolahraga serta memfasilitas interaksi komunitas” yang dapat membantu ”mengurangi isolasi sosial”. Rekomendasi lain untuk meningkatkan kualitas lingkungan adalah mengurangi lalu lintas kendaraan, mengurangi konsumsi daging, dan menghilangkan subsidi bahan bakar fosil. (AFP)