Pengadilan Arab Saudi Kurangi Hukuman Pembunuh Jamal Khashoggi
Pengadilan Arab Saudi memvonis hukuman 7-20 tahun penjara kepada para terdakwa pembunuhan kolumnis ”The Washington Post”, Jamal Khashoggi. Perencana pembunuhan dinilai belum tersentuh.
Oleh
Mahdi Muhammad
·4 menit baca
RIYADH, SELASA — Delapan terdakwa pembunuh jurnalis Arab Saudi, Jamal Khashoggi, dijatuhi hukuman 7 tahun hingga 20 tahun penjara oleh Pengadilan Arab Saudi, Senin (7/9). Vonis ini tidak murni hasil pemikiran para hakim pengadilan karena pada Mei lalu anak-anak Khashoggi ”memberikan pengampunan” kepada para terdakwa.
Vonis ini jauh lebih ringan dibanding dengan vonis yang pernah diputuskan pengadilan pada Desember 2019, yaitu hukuman mati dan hukuman total 24 tahun penjara.
Menurut laporan media lokal, Pengadilan Arab Saudi menjatuhkan hukuman penjara 20 tahun kepada pada lima terdakwa, penjara 10 tahun kepada pada satu terdakwa dan 7 tahun kepada dua terdakwa. Meski sudah ada hukuman, Pengadilan Arab Saudi tidak menyebutkan nama ke delapan terdakwa yang telah dijatuhi hukuman.
Pada Desember, pengadilan memvonis lima pembunuh Jamal Khashoggi, kolumnis The Washington Post, dengan hukuman mati dan tiga orang hukuman penjara 24 tahun. Di dalam vonis tersebut, hakim menyebutkan bahwa pembunuhan yang dilakukan di kantor Konsulat Arab Saudi di Turki itu tidak direncanakan, tetapi dilakukan mendadak.
Khashoggi, seorang kritikus aktif Putra Mahkota Arab Saudi Pangeran Mohammed bin Salman, terakhir terlihat di gedung konsulat Arab Saudi di Istanbul pada 2 Oktober 2018. Dia pergi ke konsulat untuk mengurus dokumen yang akan digunakan untuk pernikahannya dengan seorang perempuan Turki, Hatice Cengiz.
Namun, dia tidak pernah terlihat keluar dari gedung konsulat dan diyakini dibunuh di gedung tersebut. Mayatnya dilaporkan dipotong-potong dan dipindahkan dari gedung dan hingga kini jenazahnya tidak ditemukan.
Pembunuhan itu menyebabkan keributan global dan menodai citra reformis sang pangeran yang merupakan penguasa de facto Kerajaan Arab Saudi dan juga merupakan putra Raja Salman.
Cengiz, tunangan Khashoggi, dalam pernyataannya setelah putusan itu keluar menyatakan, otoritas Arab Saudi tetap menutupi kasus ini. Delapan terpidana, menurut dia, bukan satu-satunya yang bertanggung jawab atas pembunuhan itu.
”Pihak berwenang Arab Saudi menutup kasus ini tanpa dunia mengetahui kebenaran siapa yang bertanggung jawab atas pembunuhan Jamal. Siapa yang merencanakannya, siapa yang memerintahkannya, di mana tubuhnya?” kata Cengiz.
Kritik pedas
Ketertutupan pengadilan Arab Saudi dalam proses persidangan dan putusan mendapat kritik pedas dari banyak negara.
Agnes Callamard, pelapor khusus PBB, menilai, putusan itu mengejek rasa keadilan dunia karena tidak menyentuh para pejabat senior Pemerintah Arab Saudi yang diyakini memerintahkan atau setidaknya mengetahui rencana pembunuhan itu. Callamard melalui akun media sosialnya di Twitter mengatakan, persidangan itu sama sekali tidak adil atau bahkan tidak transparan. Dia juga menyatakan MBS sama sekali tidak tersentuh.
Adam Coogle, Wakil Direktur Human Rights Watch Divisi Timur Tengah dan Afrika Utara, mengatakan, hukuman individu tidak menyembunyikan fakta bahwa proses hukum Arab Saudi telah melindungi pejabat tinggi dari setiap bentuk hukuman dan pengawasan.
Kritik juga datang dari Yahia Assiri, pendiri NGO pemantau hak asasi manusia Arab Saudi yang berbasis di London ALQST. ”Bagaimana rezim dapat dituduh melakukan pembunuhan dan pada saat yang sama bertanggung jawab atas persidangan,” kata Assiri.
Turki, yang menyelenggarakan persidangan pembunuhan Khashoggi secara in absentia terhadap 20 pejabat Pemerintah Arab Saudi yang diduga terkait pembunuhan itu, menyatakan, putusan di Arab Saudi tidak sesuai dengan harapan. Mereka juga mendesak otoritas Arab Saudi untuk bekerja sama dengan penyelidikan Turki.
”Kami masih belum tahu apa yang terjadi dengan jenazah Khashoggi, siapa yang menginginkan kematiannya atau apakah ada kolaborator lokal? Hal-hal ini menimbulkan keraguan atas kredibilitas proses hukum di Arab Saudi,” kata Direktur Komunikasi Kepresidenan Turki Fahrettin Altun di Twitter.
Pejabat Arsb Saudi membantah MBS berperan dalam pembunuhan Khashoggi meski sang pangeran, pada September 2019, menunjukkan beberapa pertanggungjawaban pribadi dengan mengatakan bahwa ”itu terjadi di bawah pengawasan saya”.
Seorang pejabat Departemen Luar Negeri AS mengatakan, Washington telah melihat laporan hukuman tersebut dan ”memantau dengan cermat proses hukum Saudi” dalam kasus tersebut. ”Kami meminta pihak berwenang Arab Saudi untuk memastikan bahwa semua yang terlibat dalam pembunuhan Khashoggi, yang dengan tepat disebut Raja Salman sebagai ’kejahatan keji’ dimintai pertanggungjawaban,” kata pejabat itu tanpa menyebut nama.
Warga Arab Saudi memuji keputusan pengadilan mereka. Melalui Twitter, beberapa warga menilai putusan itu mengakhiri salah satu kasus politik paling sulit yang dihadapi kerajaan. Yang lain mengatakan, keputusan itu menjadikan Arab Saudi sebagai tanah keadilan dan ”negara di mana hak tidak pernah hilang”. (Reuters)