Kerja Sama Ekonomi Suriah-Rusia untuk Hindari Sanksi Barat
Pemerintah Suriah menyambut baik ajakan Pemerintah Rusia untuk menguatkan kerja sama di bidang ekonomi di Suriah. Ini menjadi strategi Damaskus untuk menghindari efek sanksi negara-negara Barat.
Oleh
BENNY D KOESTANTO
·4 menit baca
DAMASKUS, SENIN — Pemerintah Suriah menyambut baik ajakan Pemerintah Rusia untuk menguatkan kerja sama di bidang ekonomi di negara yang dilanda perang sejak 2012 itu. Kerja sama Damaskus-Mokswa itu menjadi strategi Presiden Suriah Bashar al-Assad untuk menghindari aneka sanksi dari negara-negara Barat.
Peluang penguatan kerja sama itu dibahas Pemerintah Suriah bersama delegasi Rusia yang dipimpin Menteri Luar Negeri Sergei Lavrov di Damaskus, Senin (7/9/2020). Ini adalah kunjungan resmi pertama Lavrov ke Damaskus. Rusia telah menjadi sekutu utama Pemerintah Suriah sejak dimulai perang. Mokswa memberikan dukungan militer dan menandatangani beberapa kesepakatan ekonomi besar. Setelah mengunjungi Suriah, Lavrov dijadwalkan menuju ke Siprus.
Dengan bantuan Rusia, serta Iran sebagai sekutu regionalnya dan kedekatannya dengan milisi Lebanon Hizbullah, Assad sebagian besar telah berhasil menghancurkan pemberontakan bersenjata. Pemberontak Suriah tersisa di Provinsi Idlib yang menjadi tempat gencatan senjata selama berbulan-bulan terakhir. Namun, Suriah telah hancur, ekonominya telah lepas kendali, dan negara itu tetap terpecah. Pasukan yang didukung Turki mengendalikan sebagian wilayah di sepanjang perbatasan, dan pasukan Kurdi yang didukung AS mengendalikan daerah kaya minyak di timur laut.
Saat bertemu dengan Lavrov, Presiden Al-Assad mengatakan, Pemerintah Suriah bertekad terus bekerja dengan Rusia sebagai mitra Suriah. Damaskus pun siap melaksanakan perjanjian yang ditandatangani dan mendorong keberhasilan investasi Rusia di Suriah. Mereka membahas kemungkinan perjanjian baru ”untuk kepentingan kedua negara dan untuk mengurangi dampak kebijakan sanksi” oleh negara-negara Barat terhadap wilayah yang dikuasai pemerintah di Suriah, demikian dikatakan Kepresidenan Suriah.
Kunjungan Menlu Rusia itu dilakukan ketika Damaskus tengah berjuang memperbaiki ekonomi negara yang porak poranda akibat perang. Selain menghancurkan ekonomi Suriah, konflik berkepanjangan juga telah menewaskan lebih dari 380.000 orang. Jutaan warga Suriah pun telantar sebagai akibat dari respons keras pemerintah Assad terhadap aksi-aksi protes antipemerintah.
Selain menghancurkan ekonomi Suriah, konflik berkepanjangan jug telah menewaskan lebih dari 380.000 orang. Jutaan warga Suriah pun telantar sebagai akibat dari responS keras Pemerintah Assad terhadap aksi-aksi protes antipemerintah.
Upaya pemulihan ekonomi oleh Pemerintah Suriah telah terhalang oleh sanksi Barat, termasuk di bawah Undang-Undang Perlindungan Sipil Suriah (Caesar Act). Undang-undang itu mulai diterapkan sejak pertengahan Juni lalu. Undang-undang yang diterapkan oleh Pemerintah Amerika Serikat itu disebut sebagai UU perlindungan warga sipil dari kejahatan perang rezim Al-Assad.
Pada saat yang sama, situasi ekonomi dan keuangan Suriah diperburuk oleh krisis keuangan di negara tetangga Suriah, Lebanon. Beirut adalah penghubung utama Suriah dengan dunia luar dan tempat banyak warga Suriah menyimpan uang mereka. Situasi juga bertambah pelik karena Suriah juga bergulat dengan wabah Covid-19.
Sebelumnya, Damaskus dan Moskwa telah menandatangani beberapa kesepakatan dalam beberapa tahun terakhir di bidang energi, konstruksi, dan pertanian. Satu di antara perusahaan yang terlibat adalah perusahaan Rusia, Stroytransgaz, yang mengambil alih pengelolaan Pelabuhan Tartous—sebuah pelabuhan terbesar di Suriah—selama 49 tahun. Stroytransgaz juga diberi konsesi selama 50 tahun untuk mengekstraksi fosfat di wilayah tengah Palmyra.
Wakil Perdana Menteri Rusia Yury Borisov mengatakan kepada wartawan bahwa kesepakatan ekonomi dan perdagangan baru Mokswa-Suriah sedang dikerjakan. Kemitraan kedua belah pihak itu diharapkan segera rampung. Harapannya, kerja sama itu dapat ditandatangani kedua belah pihak dalam kunjungan pemimpin Rusia ke Suriah pada bulan Desember mendatang.
Kesepakatan yang diusulkan itu saat ini sedang ditinjau oleh Damaskus. Rencana itu mencakup sekitar 40 proyek, kata Borisov, termasuk rehabilitasi pembangkit listrik dan eksplorasi hidrokarbon di perairan Suriah di Mediterania. ”Isolasi ekonomi Suriah lewat sanksi Barat menghambat investasi asing,” kata Borisov. ”Ini adalah blokade ekonomi yang kami coba hancurkan melalui upaya bersama kami.”
Presiden Rusia Vladimir Putin melakukan perjalanan pertamanya ke Damaskus dalam perang sembilan tahun Suriah pada Januari lalu. Kunjungan itu digelar setelah dirinya pergi dan melihat langsung kondisi pangkalan Rusia Hmeimim di Pantai Mediterania pada 2017. Intervensi militer Moskwa pada 2015 membantu membalikkan gelombang konflik di Suriah. Kekuatan udara Rusia memungkinkan pasukan Pemerintah Suriah untuk merebut kembali sebagian besar wilayah dan kekuatan negara itu dari kalangan pemberontak di mata Assad.
Pada saat pembicaraan perdamaian yang dipimpin PBB gagal dalam beberapa tahun terakhir, Moskwa dan pendukung pemberontak Turki telah muncul sebagai perantara kekuatan utama dalam negosiasi alternatif di Suriah. Sebuah komite yang didukung PBB seharusnya membahas konstitusi di negara itu pasca-perang Suriah. Menteri Luar Negeri Suriah Walid Muallem mengtakan, mereka akan memutuskan apakah ingin mengubah konstitusi saat ini atau membuat yang baru. ”Dalam kedua kasus tersebut, hasilnya akan diajukan ke referendum,” ujarnya. (REUTERS/AP)