India Tingkatkan Jumlah Tes Covid-19, Angka Kasus Menjadi Kedua Tertinggi di Dunia
Penambahan dan penyebaran Covid-19 di India berlangsung dengan cepat sehingga membawa negara itu menjadi negara kedua di dunia dengan kasus Covid-19 terbanyak setelah Amerika Serikat.
Oleh
ADHITYA RAMADHAN
·4 menit baca
NEW DELHI, SENIN — Penularan Covid-19 di India semakin tidak terkendali. Pada Selasa (8/9/2020), otoritas India melaporkan, dalam 24 jam terakhir ada 1.133 kematian akibat Covid-19. Angka tersebut merupakan jumlah kematian tertinggi dalam satu hari.
Selain itu, Kementerian Kesehatan India melaporkan, ada 75.809 kasus baru. Dengan tambahan kasus baru itu, total jumlah kasus positif Covid-19—terhitung sejak awal ditemukan—ada hampir 4,3 juta. Jumlah itu di bawah jumlah total kasus positif Covid-19 di Amerika Serikat yang lebih dari 6,2 juta.
Tingginya temuan kasus baru di India, antara lain, disebabkan peningkatan jumlah pengujian. Setiap hari, Pemerintah India melakukan lebih dari 1 juta tes. Di sisi lain, dikabarkan juga, lebih dari 3,3 juta dari kasus positif Covid-19 dinyatakan telah sembuh.
Meskipun demikian, tidak dapat dimungkiri, deraan Covid-19 membuat ekonomi India mengalami kontraksi. Pada kuartal kedua tahun ini, kontraksi ekonomi India mencapai 24 persen atau yang terburuk di antara negara-negara ekonomi teratas dunia.
Dalam beberapa pekan terakhir, India telah menjadi episentrum pandemi Covid-19. Pada Senin, India yang berpenduduk hampir 1,4 miliar itu melaporkan penambahan hampir 91.000 kasus Covid-19 baru dalam sehari yang merupakan rekor tertinggi selama ini.
Meski kasus Covid-19 menyebar dengan cepat dan menimbulkan lonjakan kasus baru, Pemerintah India mulai melonggarkan pembatasan untuk menggerakkan ekonomi yang sudah terpuruk karena pandemi.
Layanan kereta api di New Delhi, misalnya, kembali dibuka setelah lima bulan distop. Layanan kereta di 12 kota lain pun sudah dioperasikan kembali. Otoritas memberlakukan aturan ketat untuk penumpang, seperti wajib memakai masker, menjaga jarak, dan suhu tubuh setiap penumpang diukur.
Saat jam-jam sibuk di New Delhi Senin pagi, gerbong yang dioperasikan jarang terisi penuh penumpang sebab, untuk keperluan jaga jarak, tidak semua bangku boleh diduduki.
Kembali diperketat
Sebelumnya, sejumlah negara, seperti Perancis, Israel, Australia, juga Korea, dalam beberapa hari terakhir kembali memutuskan memperpanjang kebijakan pembatasan atau karantina wilayahnya.
Otoritas di Perancis memasukkan tujuh kawasan baru, termasuk kota-kota besar, seperti Lille, Strasbourg, dan Dijon, ke dalam zona merah yang harus waspada karena kasus Covid-19 di sana meningkat. Otoritas kesehatan dapat memperluas karantina wilayah untuk menekan penyebaran Covid-19.
Pilihan pemberlakuan itu dilakukan setelah Perancis melaporkan hampir 9.000 kasus baru Covid-19 pada Jumat pekan lalu.
Adapun Israel pada Minggu lalu memutuskan untuk mulai menerapkan ”jam malam” di 40 kota dengan laju infeksi yang tinggi.
Perdana Israel Menteri Benjamin Netanyahu mengatakan, ”lembaga pendidikan” akan ditutup dan kerumunan orang mulai Senin kemarin dibatasi. ”Saya mengerti pembatasan ini tidak mudah, tapi pada situasi sekarang, tidak ada cara lain untuk menghindarinya,” katanya.
Saat ini jumlah kasus Covid-19 di Israel mencapai 131.641 dengan kasus meninggal sebanyak 1.019. Israel menjadi negara urutan kelima dengan jumlah kasus per kapita terbanyak di dunia.
Korea Selatan yang dinilai berhasil mengendalikan pandemi kini masih berjuang menghadapi lonjakan kasus yang sporadis dari sejumlah kluster.
Walaupun kasus baru cenderung menurun, Pemerintah Korea Selatan tetap memperpanjang kebijakan pembatasan sosialnya hingga 13 September 2020. Menurut pemerintah, diperlukan tambahan waktu agar penambahan kasus menurun tajam.
”Dengan kebijakan jaga jarak sosial yang lebih ketat, kasus Covd-19 baru terus turun dan kami berharap kasus baru akan terus anjlok,” kata Sohn Young-rae, juru bicara Kementerian Kesehatan dan Kesejahteraan Korea Selatan.
Pada Senin ini, Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Korea Selatan (KCDC) melaporkan 119 kasus baru atau menurun dari 168 kasus pada Jumat pekan lalu. Kini, total kasus Covid-19 di Korea menjadi 21.396 dengan 336 kasus meninggal dunia.
Penanganan Covid-19 di Korea Selatan semakin diperburuk oleh unjuk rasa belasan ribu dokter residen (calon dokter spesialis) yang menuntut reformasi kebijakan pemerintah dalam menangani pandemi Covid-19.
Di Eropa, Inggris juga sedang berjuang menghadapi lonjakan infeksi Covid-19. Jumlah kasus baru pada Minggu lalu mencapai hampir 3.000 kasus. Jumlah ini mirip situasi pada akhir Mei lalu.
Menteri Kesehatan Inggris Matt Hancock mengatakan, mayoritas kasus baru adalah orang-orang muda. ”Penting bagi semua orang untuk mencegah Covid-19 menyebar ke kakek-nenek mereka dan membawa masalah yang pernah kita saksikan sebelumnya di awal tahun ini,” tutur Matt.
Pemerintah Inggris menyatakan, akan memperketat pembatasan sosial skala lokal di daerah-daerah dengan lonjakan kasus yang tinggi. Dibandingkan karantina wilayah secara nasional yang bisa mengganggu perekonomian, kebijakan itu yang akan ditempuh. (AP/AFP/REUTERS)