Setelah Melanda Jepang, Badai Haishen Dekati Semenanjung Korea
Dalam beberapa minggu terakhir, Semenanjung Korea diterjang dua badai yang membawa angin kencang dan hujan lebat.
Oleh
ADHITYA RAMADHAN
·3 menit baca
SEOUL, SENIN — Topan Haishen kini mendekati Korea Selatan dan Korea Utara setelah menghantam Jepang bagian selatan dengan angin kencang dan hujan lebat. Badai memunculkan peringatan evakuasi bagi jutaan warga di sana.
Topan Haishen membawa angin dengan kecepatan 144 kilometer per jam mengarah ke kota Busan, terbesar kedua di Korea Selatan, Senin (7/9/2020).
Angin kencang telah memutus aliran listrik hampir 5.000 rumah di ujung selatan Semenanjung Korea, termasuk Pulau Jeju yang melaporkan curah hujan lebih dari 473 milimeter sejak Sabtu lalu.
Kementerian Keselamatan Korea Selatan menyebutkan, hampir 1.000 orang warga dievakuasi. Lebih dari 300 penerbangan di 10 bandara, termasuk Bandara Internasional Jeju, dibatalkan. Taman nasional dan sejumlah layanan kereta juga ditutup.
Haishen juga diperkirakan sampai ke kota pelabuhan Chongjin di Korea Utara, Senin malam. Pertanian Korea Utara sangat rentan terhadap cuaca. Badai dan banjir di musim panas tahun ini dikhawatirkan menggagalkan panen.
Haishen merupakan topan kedua yang menerjang kawasan Semenanjung Korea dalam beberapa minggu terakhir. Sebelum Haishen, topan Maysak juga menghantam Jepang sebelum kemudian bergerak ke Korea Selatan dan Korea Utara dan mengakibatkan kerusakan yang parah.
Selama akhir pekan kemarin Pemimpin Tertinggi Korea Utara Kim Kong Un disiarkan media pemerintah sedang melihat kerusakan akibat badai Maysak dan memerintahkan 12.000 anggota elit partainya untuk membantu upaya pemulihan.
Sebelum tiba di Korea Selatan dan Korea Utara, badai Haishen menghantam Jepang. Pada Senin (7/9/2020), hasil penilaian dampak memperlihatkan bahwa kerusakan akibat badai itu tidak seperti yang ditakutkan meski ratusan ribu rumah ditinggalkan mengungsi tanpa aliran listrik di Pulau Kyushu, Jepang bagian Selatan.
Pada pukul 07.00, topan berada 30 kilometer sebelah utara Pulau Tsushima dan dikategorikan sebagai badai yang ”besar” dan ”kuat”. Walau sepanjang malam kekuataannya telah menurun, embusan badai ini masih mencapai 216 kilometer per jam.
Kantor berita NHK, Jepang, melaporkan puluhan orang terluka ringan akibat badai ini. Mayoritas adalah lansia yang terjatuh saat evakuasi.
Di Goto, Nagasaki, empat orang terluka kena serpihan kaca jendela yang pecah dan tertiup angin ke arah pusat evakuasi pada Senin pagi. ”Tidak jelas apakah kaca jendela itu pecah karena embusan angin atau benda lain,” ujar seorang petugas pemadam kebakaran.
Prakirawan cuaca telah memberikan peringatan bahwa embusan badai terkuat mampu membalikkan mobil dan meruntuhkan tiang listrik.
Kyushu Electric Power menyampaikan, hingga Senin pagi, sekitar 476.000 rumah tidak teraliri listrik. Ini memunculkan kekhawatiran serangan panas karena penyejuk udara di rumah-rumah tidak bisa dinyalakan karena listrik terputus.
Otoritas mengeluarkan perintah evakuasi sukarela dan anjuran level rendah bagi lebih dari tujuh juta orang warga yang tinggal di daerah pusat badai.
Namun, mereka juga meminta warga tidak berkerumun di tempat penampungan untuk menghindari risiko penularan Covid-19.
Sejumlah tempat penampungan terpaksa menolak beberapa warga yang datang agar dapat menyisakan ruang untuk jaga jarak. Banyak warga yang dianjurkan untuk mengungsi akhirnya menginap di hotel.
Hotel Polaris di Kota Shibushi, Kagoshima, menyatakan, seluruh kamar yang ada, yaitu sebanyak 73 kamar, telah dipesan habis untuk akhir pekan.
Topan ini juga membawa malapetaka bagi layanan transportasi. Ratusan pesawat terbang tidak bisa beroperasi dan layanan kereta api juga terganggu. Tapi, karena minimnya kerusakan berarti, perjalanan kembali bisa beroperasi lagi.
Sebelum Haishen, badai Maysak menenggelamkan kapal kargo yang membawa 43 awak kapal dan 6.000 sapi di pesisir Barat Jepang. Penjaga pantai pun dibuat kewalahan untuk menyelamatkannya.