Langkah Kompromi Arab Saudi, dari Jalur Udara hingga Isu Bahrain
Izin bagi pesawat komersial Israel, El Al, terbang dari Tel Aviv menuju Abu Dhabi diberikan Arab Saudi sebagai bagian dari kompromi yang lebih luas dengan AS.
Arab Saudi menolak hubungan resmi dengan Israel, tetapi mengizinkan udaranya dilewati pesawat Israel. Secara tidak langsung, Saudi butuh Israel agar lebih kuat melawan musuh politik di kawasan.
Kebijakan Arab Saudi memberi lampu hijau kepada pesawat komersial Israel, El Al, terbang dari Tel Aviv, Israel, menuju Abu Dhabi, Uni Emirat Arab (UEA), dengan melintasi teritorial udaranya, Senin (31/8/2020), merupakan langkah kompromi awal Amerika Serikat-Arab Saudi menuju kompromi yang lebih luas lagi.
Pesawat El Al itu membawa rombongan delegasi AS di bawah pimpinan Jared Kushner, penasihat politik Presiden AS Donald Trump sekaligus menantunya. Kushner mengunjungi Israel dan UEA untuk persiapan seremoni pembukaan hubungan diplomatik resmi Israel-UEA yang dijadwalkan digelar di Gedung Putih, Washington DC, 14 September 2020.
Arab Saudi, Rabu (2/9/2020), juga memberi lampu hijau kepada maskapai penerbangan UEA melewati wilayah udaranya dalam penerbangan komersial UEA-Israel. Maka, maskapai UEA, seperti Etihad Airways, bisa terbang langsung dari Abu Dhabi dan Emirat Airlines bisa terbang langsung dari Dubai ke Tel Aviv melewati wilayah udara Arab Saudi.
Hampir dipastikan, Arab Saudi akan memberi izin serupa kepada maskapai penerbangan sipil Israel, El Al, yang akan terbang secara reguler dari Tel Aviv menuju Abu Dhabi dan Dubai melintasi teritorial udaranya.
Baca juga : Trump Setuju Arab Saudi Ikut Perjanjian Israel-UEA
Pesawat kargo komersial Israel diberitakan mulai 16 September 2020 akan melakukan penerbangan komersial reguler dari Tel Aviv ke Abu Dhabi dan Dubai dengan melewati teritorial udara Arab Saudi.
Bahkan, Arab Saudi disinyalir tidak mencegah jika Bahrain akan mengikuti jejak UEA membuka hubungan diplomatik resmi dengan Israel. Kini, tinggal menunggu keputusan politik Bahrain untuk mengikuti jejak UEA atau masih harus menunggu kesempatan lain lagi.
Seperti diketahui, Bahrain dikenal berada di bawah pengaruh kuat Arab Saudi. Sering pula dipelesetkan bahwa Bahrain adalah salah satu provinsi di wilayah Arab Saudi.
Bagi Arab Saudi, membuka wilayah udaranya bagi penerbangan komersial langsung antara Israel dan UEA, serta memberi kebebasan kepada Bahrain mengambil keputusan sendiri terkait hubungannya dengan Israel, merupakan langkah kompromi besar untuk keluar dari posisi dilematisnya pascapenolakannya membuka hubungan diplomatik dengan Israel.
Pesan untuk dunia
Arab Saudi ingin memberi pesan kepada AS dan masyarakat internasional bahwa telah terjadi transaksi kompromi besar, yakni Arab Saudi menolak membuka hubungan diplomatik dengan Israel selama isu Palestina belum selesai.
Imbalannya, Riyadh membuka teritorial udaranya bagi penerbangan antara Israel dan UEA serta memberi kebebasan kepada Bahrain mengambil keputusan sendiri terkait masa depan hubungannya dengan Israel.
Arab Saudi sangat berharap hubungan strategis dengan AS dan UEA tetap terjaga dengan mengambil langkah kompromi tersebut.
Dalam konteks peta geopolitik Timur Tengah, AS dan UEA adalah mitra strategis Arab Saudi dalam menghadapi kubu Iran dan kubu Turki-Qatar. Bahkan, Arab Saudi secara tidak langsung membutuhkan Israel juga dalam melawan kubu Iran dan kubu Turki-Qatar.
Baca juga : Saudi Gagalkan Proyek Arab-Israel
Dalam konteks peta geopolitik tersebut, menjadi tidak mungkin bagi Arab Saudi menolak membuka wilayah udaranya bagi penerbangan langsung antara Israel dan UEA.
Langkah kompromi yang diambil Arab Saudi tersebut bahkan bisa disebut langkah cerdik Riyadh demi menjaga keutuhan poros Arab Saudi-UEA dalam menghadapi kubu Iran dan kubu Turki-UEA.
Memang sempat muncul pendapat sejumlah pengamat tentang kemungkinan retaknya hubungan Arab Saudi-UEA pascapembukaan hubungan resmi Israel-UEA. Dalam waktu yang sama Arab Saudi menolak membuka hubungan resmi dengan Israel.
Keretakan hubungan Arab Saudi-UEA itu tentu sangat diharapkan oleh kubu Iran dan kubu Turki-Qatar. Namun, langkah kompromi Arab Saudi itu merupakan jawaban tentang tetap utuhnya kekuatan kubu Arab Saudi-UEA dalam menghadapi lawan-lawan politiknya di kawasan.
Bahkan, langkah kompromi tersebut mengantarkan Israel secara tidak langsung masuk ke dalam barisan kubu Arab Saudi-UEA, yang membuat hal itu menambah kekuatan kubu Arab Saudi-UEA dalam melawan kubu Iran dan kubu Turki-Qatar. Langkah ini sekali lagi bisa disebut sebagai langkah cerdik sekaligus keuntungan bagi Arab Saudi.
Baca juga : UEA-Israel Sepakati Kerja Sama Keamanan dan Penerbangan
Melalui langkah kompromi tersebut, Arab Saudi di satu pihak tetap bisa menjaga citranya di mata dunia Arab dan Islam, ia menolak membuka hubungan resmi dengan Israel. Di pihak lain, dalam waktu yang sama Arab Saudi mendapat dukungan kekuatan Israel dan AS menghadapi lawan-lawan politiknya di kawasan.
Dalam dinamika Timur Tengah saat ini, minimal bisa menjaga perimbangan kekuatan di antara kubu-kubu yang bersaing itu selalu menjadi kalkulasi utama kubu-kubu tersebut. Kalau bisa, kubu satu bisa unggul atas kubu lain.
Dari kalkulasi tersebut, tentu akhirnya kekuatan militer menjadi ukuran perimbangan kekuatan di antara kubu-kubu yang bersaing itu.
Jika Israel digabung ke dalam kekuatan kubu Arab Saudi-UEA yang di dalamnya juga terdapat Mesir, kubu ini unggul mutlak atas kubu Iran dan kubu Turki-Qatar, baik secara militer, ekonomi, maupun geografis.
Israel memiliki keunggulan teknologi militer yang tak tertandingi di Timur Tengah. Kepemilikan atas pesawat tempur tercanggih buatan AS, F-35, semakin menambah kekuatan Israel menjadi sangat signifikan.
Angkatan udara Israel dengan armada F-35 kini bisa menjangkau semua wilayah Timur Tengah hingga wilayah Iran tanpa harus mengisi tambahan bahan bakar di udara.
Baca juga : Pascanormalisasi Hubungan UEA-Israel, Negara-negara Arab Gamang
Dari segi jumlah personel pasukan, ada Mesir yang memiliki jumlah personel militer hingga 500.000 orang. Dari segi ekonomi, ada Arab Saudi dan UEA yang merupakan kekuatan ekonomi terbesar pertama dan kedua di dunia Arab.
Dari segi geografis, kubu Arab Saudi-UEA-Mesir plus Israel sangat unggul karena menguasai jantung wilayah Timur Tengah, dari wilayah Jazeerah al-Arab hingga wilayah Israel, Palestina, dan Mesir. Maka, kubu Arab Saudi-UEA plus Israel menjadi kekuatan yang sangat sempurna.
Jikapun kubu Iran dan kubu Turki-Qatar digabung, belum menandingi kubu Arab Saudi-UEA-Mesir plus Israel. Apalagi Mesir, Arab Saudi, dan UEA juga berambisi bisa memiliki pesawat tempur tercanggih buatan AS saat ini, F-35.
Karena itu, inisiatif politik, ekonomi, dan keamanan di Timur Tengah mendatang bisa jadi akan dikontrol dan didominasi kubu Arab Saudi-UEA- Mesir plus Israel. Ini tentu akan menjadi tantangan dan sekaligus kalkulasi baru bagi kubu Iran maupun kubu Turki-Qatar. Ini tentu juga menjadi tantangan dan kalkulasi baru bagi para loyalis Iran dan Turki-Qatar.
Kelompok Al-Houthi di Yaman dan Hezbollah di Lebanon, serta Hashid Shaabi di Irak yang loyalis Iran, harus segera mengevaluasi peta baru Timur Tengah pascahubungan resmi Israel-UEA dan langkah kompromi Arab Saudi itu.
Pemerintah kesepakatan nasional Libya (GNA) pimpinan PM Fayez al-Sarraj di Tripoli, yang loyalis Turki-Qatar, juga harus melakukan kalkulasi baru. Karena itu, kubu Iran dan kubu Turki-Qatar adalah pihak yang paling mengecam hubungan resmi Israel-UEA itu karena jelas mengancam perimbangan kekuatan kubu-kubu yang bersaing di Timur Tengah saat ini.