Petugas penyelamat dan tim evakuasi berharap ada keajaiban dalam proses pencarian korban akibat ledakan hebat di Beirut, Lebanon, sebulan lalu.
Oleh
MH SAMSUL HADI & MAHDI MUHAMMAD
·3 menit baca
BEIRUT, JUMAT Petugas tim evakuasi terus menggali puing reruntuhan salah satu bangunan pada hari kedua, Jumat (4/9/ 2020), sehari setelah alat sensor ahli spesialis mendeteksi sinyal adanya tanda detak jantung dan pernapasan di bawah bangunan runtuh akibat ledakan hebat di Beirut, Lebanon, 4 Agustus lalu. Satu bulan setelah ledakan berlalu, ada tujuh orang dinyatakan hilang dalam insiden itu.
Lebih dari 190 orang tewas dan sedikitnya 6.500 orang luka-luka akibat ledakan hebat di Pelabuhan Beirut tersebut. Ledakan tersebut juga menyebabkan kerusakan parah pada bangunan-bangunan dan permukiman warga di sebagian kota Beirut, membuat 300.000 warga kehilangan tempat tinggal.
Tim penyelamat dari Chile dan Lebanon mengangkat puing-puing reruntuhan bangunan di area yang terpukul hebat oleh ledakan antara Distrik Gemmayzeh dan Mar Mikhail. "Kami telah menggali reruntuhan, tetapi kami belum mendapatkan kesimpulan," kata George Abou Moussa dari pertahanan sipil Lebanon, Jumat.
Regu penyelamat, Kamis, membuka kemungkinan ada korban yang masih hidup di bawah reruntuhan bangunan. Tim dengan bantuan alat pendeteksi audio dan detak jantung mencari korban yang diduga masih terperangkap di bawah reruntuhan gedung.
Kemungkinan itu masih terbuka ketika anjing pelacak milik tim SAR asal Chile mendeteksi sesuatu saat tim tengah melewati Jalan Gemmayzeh. Jalan itu adalah salah satu jalan yang paling rusak akibat ledakan pelabuhan. Dengan peralatan deteksi, petugas menemukan ”denyut” sebanyak 18 hingga 19 detak per menit. Sumbernya belum diketahui. Tetapi, hal itu membangkitkan harapan, masih ada korban yang terperangkap di bawah reruntuhan.
Menurut Nicholas Saade, koordinator tim penyelamat, sinyal adanya detak jantung itu melambat secara signifikan pada Jumat kemarin jika dibanding dengan rekaman data sebelumnya. "Setelah membongkar bongkahan puing besar kami memindai lagi detak jantung atau pernapasan, sinyal detak jantung atau pernapasan itu melambat pada level tujuh per menit," kata Saade.
Namun, insinyur teknik sipil asal Perancis, Emmanuel Durand, yang membantu upaya penyelamatan, menyebutkan bahwa pemindaian dengan pemetaan 3D atas bangunan-bangunan sejauh ini tidak memperlihatkan adanya tanda-tanda kehidupan.
"Sayang, yang kami temukan sejauh ini, tidak ada jejak korban atau jenazah. Kami telah melakukan pemindaian dua kali pada dua kamar terpisah," ujar Durand.
Berharap keajaiban
Lebanon tidak memiliki peralatan dan keahlian dalam pencarian maupun penyelamatan korban dalam insiden ledakan sehebat itu. Operasi penyelamatan kini dibantu tim dan ahli internasional. Tim penyelamat dari Chile tiba belum lama ini, dengan anjing pelacak dan alat sensor pendeteksi detak jantung dan pernapasan.
”Sembilan puluh sembilan persen tidak ada apa-apa, tetapi kalaupun ada harapan kurang dari satu persen, kami harus terus mencari,” kata Youssef Malah, pekerja sipil dalam regu penyelamat. Dia mengatakan, anak buahnya akan terus bekerja untuk memastikan sumber denyut tersebut.
Francesco Lermonda, anggota tim sukarelawan asal Chile, menyatakan, peralatan mereka mengidentifikasi pernapasan dan detak jantung manusia, bukan hewan. Meski sangat jarang korban selamat setelah satu bulan berada di bawah reruntuhan bangunan, menurut Lermonda, selalu ada keajaiban. (AP/AFP)