Peringatan Bahaya Dilaporkan Dua Minggu Sebelum Ledakan Beirut
Mantan PM Lebanon Hassan Diab mengakui dirinya dan Presiden Michel Aoun telah mengetahui adanya potensi bahaya dari material amonium nitrat di pelabuhan Beirut.
Oleh
Mahdi Muhammad
·4 menit baca
BEIRUT, JUMAT — Dua minggu sebelum ledakan dahsyat di gudang penyimpanan amonium nitrat di Beirut, Lebanon, aparat keamanan telah memperingatkan ada potensi bahaya dari material tersebut. Peringatan disampaikan badan keamanan negara kepada Presiden Michel Aoun dan Perdana Menteri Hassan Diab.
Diab menyampaikan hal itu dalam keterangannya sebagai saksi dalam sidang penyelidikan kasus ledakan tersebut di pengadilan Beirut, Kamis (4/9/2020). Tim penyelidik tengah mempelajari kesaksian Diab seputar penyimpanan bahan material yang diduga menjadi sumber ledakan.
Menurut Diab, sumber ledakan adalah 2.750 ton pupuk amonium nirat yang telah disimpan selama bertahun-tahun di gudang pelabuhan. Diab mengaku, dia dan Aoun telah menerima sejumlah informasi dari badan keamanan negara pada 20 Juli 2020 atau dua pekan sebelum ledakan terjadi pada 4 Agustus bahwa kondisi amonium nitrat yang tidak stabil bisa sangat berbahaya.
Diab, yang mundur dari jabatannya tidak lama setelah ledakan itu, adalah politisi senior pertama yang bersaksi di otoritas pengadilan Lebanon. Tim penyelidik tidak memiliki cukup kekuatan untuk meminta kesaksian dari para pejabat yang kini masih duduk di pemerintahan atau bahkan parlemen, tanpa bantuan dari badan khusus.
Dalam sebuah laporan terperinci, badan tersebut juga mengonfirmasi bahwa mereka telah memberi tahu pihak berwenang. Laporan tersebut, yang dilihat oleh AFP, menyebutkan, jika material amonium nitrat itu tersulut, akan menyebabkan ledakan besar dan menghancurkan pelabuhan.
Menurut sumber di pengadilan, Hakim Fadi Swan, yang memimpin jalannya sidang, tengah mencari tahu untuk menentukan berapa lama Diab, kabinetnya, dan orang-orang yang berkepentingan dengan informasi tersebut mengetahui keberadaan material sumber ledakan itu di pelabuhan.
Hakim, menurut sumber yang sama, juga ingin mencari tahu mengapa Diab tidak menginstruksikan pemerintah mengambil tindakan untuk menghilangkan material berbahaya itu setelah menerima laporan dari badan keamanan negara.
Ketika persidangan tengah berlangsung, militer Lebanon masih terus menyisir lokasi-lokasi yang diduga menyimpan amonium nitrat di sekitar pelabuhan dan Kota Beirut. Di salah satu lokasi yang tidak jauh dari sumber ledakan, militer menemukan sekitar 4 ton amonium nitrat yang disimpan dalam empat kontainer.
Menurut pernyataan militer, mereka telah meminta petugas Bea dan Cukai memberikan informasi seputar sumber, pengiriman, hingga kepemilikan benda ini. Hingga sekarang belum ada informasi yang lebih detail soal ini.
Terkait penyelidikan ledakan pelabuhan, otoritas keamanan Lebanon telah menahan 25 tersangka, termasuk Direktur Jenderal Pelabuhan Hassan Koraytem dan Kepala Bea Cukai Badri Daher. Otoritas keamanan juga menahan tiga pekerja asal Suriah yang melakukan pengelasan di gudang ketika ledakan terjadi.
Sumber keamanan mengatakan, pekerjaan itu bisa saja memicu kebakaran yang memicu ledakan, tetapi beberapa pengamat menolak teori tersebut.
Kepala pelabuhan, Bassem al-Qaisi, pihaknya mengidentifikasi terdapat 43 kontainer berisi bahan mudah terbakar. Al-Qaisi mengatakan, dia telah berulang kali meminta otoritas bea cukai mengambil materi tersebut.
Korban terperangkap
Regu penyelamat masih membuka kemungkinan ada korban yang masih hidup di bawah reruntuhan bangunan. Tim dengan bantuan alat pendeteksi audio dan detak jantung mencari korban yang diduga masih terperangkap di bawah reruntuhan gedung.
Kemungkinan itu masih terbuka ketika anjing pelacak milik tim SAR asal Chile mendeteksi sesuatu saat tim tengah melewati Jalan Gemmayzeh. Jalan itu adalah salah satu jalan yang paling menderita kerusakan paling parah akibat ledakan pelabuhan.
Menggunakan peralatan deteksi, mereka menemukan ”denyut” sebanyak 18 hingga 19 detak per menit. Sumbernya belum diketahui. Tapi, hal itu memicu harapan bahwa masih ada korban yang terperangkap di bawah reruntuhan.
”Sembilan puluh sembilan persen tidak ada apa-apa, tapi kalaupun ada harapan kurang dari satu persen. Kami harus terus mencari,” kata Youssef Malah, pekerja sipil yang tergabung dalam regu penyelamat. Dia mengatakan, anak buahnya akan terus bekerja untuk memastikan sumber denyut tersebut.
Francesco Lermonda, anggota tim sukarelawan asal Chile, menyatakan, peralatan mereka mengidentifikasi pernapasan dan detak jantung manusia, bukan hewan. Meski sangat jarang korban selamat setelah satu bulan berada di bawah reruntuhan bangunan, menurut Lermonda, tetapi selalu ada keajaiban.
Hingga saat ini, tim penyelamat masih terus mencari untuk memastikan sumber detak jantung tersebut. Penyelamatan terus diupayakan karena dalam beberapa pekan terakhir cuaca di Lebanon cukup ekstrem, gelombang panas dibarengi kelembaban udara yang tinggi.
Di lokasi yang kini menjadi fokus tim penyelamat, regu sebelumnya pernah memeriksa kondisi bangunan pascaledakan. Saat itu, bangunan yang di lantai dasarnya berfungsi sebagai bar, diyakini sudah tidak ada korban yang bisa diselamatkan lagi di bawah reruntuhan. (AP/AFP)