Kapal Pengangkut 5.867 Sapi Terbalik, 42 Awak Masih Dicari
Tiga kapal, empat pesawat, dan dua penyelam dikerahkan dalam proses pencarian para korban.
Oleh
BENNY D KOESTANTO
·4 menit baca
TOKYO, JUMAT — Sejumlah 42 awak kapal dinyatakan hilang setelah sebuah kapal yang mengangkut ternak dari Selandia Baru dengan tujuan China terbalik dihantam badai di Laut China Timur, Kamis (3/9/2020).
Kapal Gulf Livestock 1 itu dilaporkan mengangkut 5.867 sapi. Sapi-sapi itu pun tenggelam bersama kapal. Proses pencarian para korban terus berlangsung hingga Jumat ini.
Kapal itu dilaporkan mengirim panggilan darurat dari barat pulau Amami Oshima di barat daya Jepang, Rabu (2/9/2020), ketika topan Maysak menghantam wilayah itu. Angin kencang dan gelombang tinggi melanda wilayah kawasan tersebut.
Otoritas Penjaga Pantai Jepang melaporkan, sejauh ini baru satu anak buah kapal (ABK) dari kapal naas itu yang berhasil diselamatkan. Ia bernama Sareno Edvarodo, seorang kepala perwira berusia 45 tahun asal Filipina.
Tiga kapal, empat pesawat, dan dua penyelam dikerahkan dalam proses pencarian para korban. Otoritas penjaga pantai Jepang menyatakan, total terdapat 43 ABK di kapal itu.
Mereka terdiri dari 39 warga Filipina serta masing-masing dua orang asal Selandia Baru dan Australia. Seorang petugas penjaga pantai mengungkapkan, tim pencari melihat atau menemukan mayat beberapa ternak.
Menurut Edvarodo, kapal tersebut kehilangan tenaga mesin sebelum dihantam gelombang dan terbalik. Saat kapal terbalik, para ABK diperintahkan mengenakan jaket pelampung mereka.
Edvarodo mengatakan kepada regu penyelamat bahwa dirinya melompat ke laut dan tidak melihat anggota awak lainnya hingga beberapa saat sebelum dia diselamatkan.
Gambar yang diberikan oleh penjaga pantai menunjukkan seseorang dengan jaket pelampung diangkut dari tengah laut. Kondisi lautan setempat dilaporkan berombak tinggi saat pencarian dilakukan. Pemerintah Filipina menyatakan sedang berkoordinasi dengan Jepang untuk memaksimalkan proses pencarian.
Topan Maysak menghantam wilayah Korea Selatan pada Kamis. Topan itu mengakibatkan angin kencang. Dua orang dilaporkan tewas akibat topan itu di kota Busan. Badai lain, topan Haishen, juga dilaporkan sedang terjadi di selatan Jepang dan diperkirakan menghantam pesisir Korsel pada Minggu (6/9/2020) atau Senin (7/9/2020) pekan depan.
Pertengahan Agustus
Kapal Gulf Livestock 1 diketahui berangkat dari Napier, Selandia Baru, 14 Agustus. Dalam manifes disebutkan kapal itu mengangkut 5.867 sapi menuju Pelabuhan Jingtang di Tangshan, China. Perjalanan diperkirakan memakan waktu 17 hari, kata pejabat Kementerian Luar Negeri Selandia Baru kepada Reuters.
Kami juga menyampaikan penyesalan mendalam atas hilangnya hewan ternak di atas kapal. Kami memantau situasi dengan cermat.
Kapal berbendera Panama sepanjang 139 meter (450 kaki) itu dibuat pada 2002. Gulf Navigation yang berbasis di Uni Emirat Arab mengeluarkan pernyataan yang mengatakan bahwa Gulf Livestock 1 adalah kapal mereka.
”Pikiran dan perasaan kami tertuju kepada mereka yang berada di dalam kapal dan keluarga mereka saat ini,” kata juru bicara Gulf Navigation.
”Kami juga menyampaikan penyesalan mendalam atas hilangnya hewan ternak di atas kapal. Kami memantau situasi dengan cermat dan bekerja sama dengan mereka yang terlibat dalam upaya penyelamatan. Kami berdoa agar ada korban selamat lainnya.”
Sapi-sapi berumur relatif muda yang diangkut itu diketahui diekspor oleh Australasian Global Exports (AGE) yang bermarkas di Australia. Perusahaan itu memiliki spesialisasi mengekspor hewan hidup dan memiliki fasilitas karantina di China. Seorang manajer di anak perusahaan AGE, Beijing Muhuayuan International Trade Co Ltd, mengungkapkan, sapi-sapi itu masing-masing bernilai sekitar 20.000 yuan.
Organisasi hak-hak hewan Selandia Baru SAFE mengatakan, bencana itu menunjukkan risiko dalam praktik perdagangan ekspor hewan hidup. ”Sapi-sapi ini seharusnya tidak pernah berada di laut,” kata manajer kampanye Marianne Macdonald. ”Ini adalah krisis nyata dan pikiran kami tertuju pada keluarga 43 awak yang hilang bersama kapal. Kami tetap memiliki aneka pertanyaan, termasuk mengapa perdagangan ini dibiarkan berlanjut.”
China telah mengimpor lebih dari 46.000 sapi dari Selandia Baru sepanjang tahun ini, menurut data dari bea dan cukai China. Sebagian besar ditujukan untuk memasok peternakan sapi perah yang berkembang di negara itu.
Tahun lalu, Selandia Baru meluncurkan kebijakan peninjauan terkait dengan perdagangan ekspor hidup, bernilai sekitar 37 juta dollar AS. Ini setelah ribuan hewan yang diekspor dari Selandia Baru dan Australia mati dalam perjalanan.
Kementerian Industri Primer Selandia Baru menyatakan telah menangguhkan sementara aplikasi ekspor ternak hidup setelah Gulf Livestock 1 hilang. (REUTERS/AFP)