Trump Ingin Vaksin Covid-19 Didistribusikan Dua Hari Jelang Pilpres
Sejumlah keputusan Presiden AS Donald Trump terkait pandemi Covid-19 berbau politis. Yang terbaru adalah ia ingin vaksin Covid-19 tersedia dua hari sebelum pemilihan presiden AS digelar pada 3 November 2020.
Oleh
ADHITYA RAMADHAN
·3 menit baca
WASHINGTON, KAMIS — Presiden AS Donald Trump mendesak negara-negara bagian untuk bersiap-siap mendistribusikan calon vaksin Covid-19 pada 1 November 2020 atau dua hari sebelum pemilihan presiden Amerika Serikat digelar. Perusahaan distributor obat dan alat kesehatan yang berbasis di Dallas, McKesson Corp, telah mengikat kontrak dengan pemerintah federal AS dan akan mengajukan izin membentuk pusat distribusi ketika vaksin sudah tersedia.
”Waktu normal yang dibutuhkan untuk mengajukan izin menjadi penghalang utama keberhasilan program kesehatan masyarakat,” kata Robert Redfield, Direktur Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (CDC) AS, dalam surat kepada negara-negara bagian tertanggal 27 Agustus 2020.
Dalam surat yang beredar luas, CDC meminta negara-negara bagian mempertimbangkan untuk mengabaikan persyaratan yang akan ”menghambat operasional fasilitas distribusi vaksin pada 1 November 2020”.
Tenggat 1 November yang ditetapkan CDC itu hanya dua hari sebelum warga AS mendatangi tempat-tempat pemungutan suara untuk memilih presiden AS periode berikutnya. Pemerintahan Trump sepertinya terburu-buru ingin segera membagikan vaksin sebelum pemilu yang akan menentukan apakah dirinya bisa memperpanjang kekuasaannya atau tidak.
CDC membagikan dokumen berisi detail rencana distribusi vaksin ke negara-negara bagian. Vaksin Covid-19 nantinya akan diberikan sebagai vaksin berlisensi atau diberikan dengan izin penggunaan darurat. Penerima vaksin kemungkinan harus mendapat dosis ”penguat” beberapa minggu setelah dosis pertama diberikan.
”Vaksin dan pasokan tambahannya akan diadakan dan didistribusikan oleh pemerintah federal secara gratis kepada penyedia vaksinasi Covid-19 terdaftar,” kata CDC dalam suratnya. Surat ini, antara lain, dikirim juga ke New York City, Chicago, Houston, Philadelphia, dan San Antonio.
Seperti dilaporkan The New York Times, pemberian vaksin akan diprioritaskan kepada para petugas utama, seperti misalnya petugas keamanan nasional, lansia, serta kelompok etnis dan ras yang rentan.
Saat ini, tiga perusahaan farmasi Barat pengembang vaksin Covid-19 telah memasuki tahap uji klinis fase III dengan melibatkan puluhan ribu partisipan. Ketiga perusahaan itu adalah AstraZeneca yang bekerja sama dengan University of Oxford, Moderna yang berkolaborasi dengan Institut Kesehatan Nasional (NIH) AS, dan aliansi Pfizer/ BioNTech. Sulit memprediksi kapan hasil dari semua riset vaksin itu tersedia.
Badan Pengawas Obat dan Makanan (FDA) AS telah memberikan sinyal bahwa, meski uji klinis fase III belum selesai, calon vaksin sudah bisa diberikan dengan alasan darurat. Kepada Financial Times, Minggu (30/8/2020), Direktur FDA Stephen Hahn menyampaikan, penggunaan untuk keperluan darurat harus diajukan oleh pengembang vaksin.
Tekanan politik
Selama ini, FDA mendapat kritik keras dari komunitas kesehatan karena dinilai tunduk pada tekanan politik Presiden Trump yang menghendaki vaksin sudah tersedia sebelum pilpres digelar.
”Ini artinya vaksinasi massal nasional bisa dimulai dalam 59 hari. LIMA PULUH SEMBILAN HARI. Adakah #vaksin #COVID19 yang menyelesaikan uji keamanan dan efikasi dalam uji klinis fase 3 dan telah melalui peninjauan ilmiah lengkap dan @US_FDA dalam 59 hari?” tulis epidemiolog terkemuka AS, Laurie Garret, di Twitter.
”Sepengetahuan saya, belum ada #vaksin #COVID19 AS telah selesai uji klinis fase 3. Terburu-buru menyelesaikan uji klinis dalam 59 hari adalah BAHAYA.”
Meski dikritik, Hahn membantah bahwa dirinya berada di bawah tekanan Trump. Ia menyampaikan bahwa persetujuan vaksin apa pun adalah ”keputusan berdasar ilmiah, kedokteran, dan data.”
Maret lalu, FDA juga memberikan izin penggunaan darurat hidroksiklorokuin untuk merawat pasien Covid-19 setelah berulang kali Trump memuji penggunaan obat ini. Akhirnya, pada Juni 2020, otoritas kesehatan harus mencabut kebijakan ini setelah kasus efek samping serius bermunculan.
Baru-baru ini, selama jumpa pers bersama Trump, Hahn menyampaikan penilaiannya yang terlalu optimistis atas penggunaan plasma konvalesen untuk melawan virus korona. Menurut dia, plasma konvalesen bisa menyelamatkan 35 dari 100 pasien Covid-19. (AFP/REUTERS)