Arab Saudi Izinkan Wilayah Udaranya Dilewati Pesawat UEA ke Israel
Meski membuka wilayahnya untuk jalur penerbangan maskapai UEA ke Israel, Pemerintah Arab Saudi kembali menekankan bahwa negaranya akan membangun hubungan diplomatik dengan Israel.
Oleh
BENNY D KOESTANTO
·4 menit baca
DUBAI, KAMIS — Pemerintah Kerajaan Arab Saudi, Rabu (2/9/2020), setuju mengizinkan maskapai Uni Emirat Arab (UEA) melewati wilayah udara Arab Saudi dalam penerbangan UEA-Israel. Langkah itu secara langsung direspons Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu lewat isyarat untuk lebih banyak menyiapkan penerbangan langsung antara Abu Dhabi-Tel Aviv.
Kantor berita Arab Saudi, SPA, melansir bahwa Kerajaan Arab Saudi telah menerima permintaan UEA sekaligus mengizinkan penggunaan wilayah udaranya untuk menjadi tempat lewat penerbangan menuju wilayah UEA ataupun terbang dari UEA ke semua negara. Pengumuman itu disampaikan setelah penerbangan komersial langsung pertama dari Tel Aviv ke Abu Dhabi, Senin (31/8/2020).
Penerbangan yang menandai normalisasi hubungan Israel-UEA itu melewati wilayah udara Saudi. Keputusan Riyadh soal perizinan penggunaan wilayah udaranya itu sekaligus menandai tanda konkret lain dari kerja sama Arab Saudi dengan Israel. Hal itu terjadi bahkan setelah Riyadh menolak secara terbuka mengikuti langkah Dubai membangun hubungan diplomatik dengan Israel.
Secara terpisah, Netanyahu menyatakan bahwa penerbangan komersial Tel Aviv-Abu Dhabi awal pekan ini, yang melintasi Arab Saudi, tidak akan menjadi yang terakhir. ”Sekarang ada terobosan luar biasa lainnya,” katanya dalam pernyataan yang dirilis tak lama setelah pengumuman Saudi itu.
”Pesawat Israel dan pesawat dari semua negara akan dapat terbang langsung dari Israel ke Abu Dhabi dan Dubai, demikian juga sebaliknya”.
Netanyahu tidak menyebutkan kejelasan waktu dalam pernyataannya. Ia hanya menekankan bahwa penerbangan dari dan menuju wilayah Israel akan lebih murah dan lebih pendek. Itu artinya menjadi sebuah hal positif bagi perekonomian Israel, termasuk potensi pengembangan pariwisata yang kuat bagi negaranya.
Meski membuka wilayahnya untuk jalur penerbangan maskapai UEA ke Israel, Pemerintah Arab Saudi kembali menekankan bahwa negaranya tidak akan membangun hubungan diplomatik dengan Israel. Syarat terjalinnya hubungan diplomatik Saudi-Israel, bagi Riyadh, adalah Israel menandatangani perjanjian perdamaian yang diakui secara internasional dengan Palestina.
Menteri Luar Negeri Arab Saudi Faisal bin Farhan menegaskan bahwa keputusan soal izin penggunaan wilayah udara Saudi itu tidak mengubah posisi ”tegas dan tetap” pihak kerajaan terhadap masalah Palestina.
Dalam praktiknya, Kerajaan Arab Saudi telah membina hubungan secara tidak langsung dengan Israel. Salah satunya adalah sikap dan respons kedua negara terhadap Iran yang ditunjukkan dalam beberapa tahun terakhir. Kecenderungan pergeseran sikap Riyadh itu dinilai dipelopori pemimpin de facto Arab Saudi, yakni Putra Mahkota Mohammed bin Salman.
”Normalisasi alternatif”
”Inilah yang saya sebut ’normalisasi alternatif’,” kata Ryan Bohl dari lembaga pemikir geopolitik AS Stratfor, merujuk pada pengumuman Riyadh. ”Arab Saudi akan menjajaki hubungan tidak langsung dengan Israel sampai publik Saudi lebih siap untuk perubahan strategis yang lebih dalam. Proses itu akan menjadi sebuah proses perlahan.”
Mengizinkan penerbangan antara Israel dan UEA melintasi wilayah udara Saudi bakal menghemat waktu dan biaya. Hal ini menguntungkan baik bagi Abu Dhabi maupun Tel Aviv. Jika tidak melalui wilayah udara Arab Saudi, penerbangan UEA-Israel harus melalui jalan memutar yang panjang di sekitar Semenanjung Arab.
”Pengumuman hari ini menandakan menghangatnya hubungan antara Kerajaan Arab Saudi dan Israel,” kata Marc Schneier, rabi Amerika yang memiliki hubungan dekat dengan Teluk, kepada AFP. ”Meskipun mereka masih sangat berkomitmen terhadap rakyat Palestina, langkah pertama ini adalah langkah besar dan harus dirayakan.”
Ini bukan pertama kalinya Kerajaan Arab Saudi membuka wilayah udaranya untuk penerbangan menuju Israel. Pada Maret 2018, maskapai India, Air India, meluncurkan layanan terjadwal pertamanya ke Israel. Maskapai itu juga diizinkan melintasi wilayah udara Saudi.
Menantu dan Penasihat Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump, Jared Kushner, memimpin delegasi Amerika Serikat dalam penerbangan antara Tel Aviv dan Abu Dhabi pada Senin lalu. Kushner telah memimpin dorongan langkah AS agar negara-negara Teluk menjalin hubungan dengan Israel sekaligus berusaha mengisolasi posisi Iran. Keputusan Arab Saudi datang setelah Kushner bertemu Putra Mahkota Arab Saudi Pangeran Mohammed bin Salman pada Selasa (1/9/2020) di Riyadh.
Sehari setelahnya, Kushner bertemu dengan penguasa Qatar, Emir Sheikh Tamim bin Hamad Al-Thani. Menurut kantor berita Qatar, keduanya membahas ”proses perdamaian di kawasan Timur Tengah”. Hingga saat ini tidak ada komentar dari Thani tentang normalisasi hubungan UEA dengan Israel sekaligus komentar ataupun sikap Doha atas kemungkinan langkah serupa bagi Qatar.
Arab Saudi, negara dengan perekonomian terbesar di dunia Arab dan tempat situs-situs paling suci Islam, menghadapi perhitungan politik yang lebih sensitif daripada UEA. Pengakuan resmi Israel tidak hanya akan dilihat oleh warga Palestina dan pendukung mereka sebagai pengkhianatan terhadap perjuangan mereka. Langkah itu juga dinilai dapat merusak citra kerajaan sebagai pemimpin dunia Islam.
Pada tahun 2002, Arab Saudi mensponsori Inisiatif Perdamaian Arab. Inisiatif itu menyerukan penarikan penuh Israel dari wilayah Palestina yang didudukinya dalam Perang Enam Hari tahun 1967 dan berdirinya Negara Palestina sebagai syarat normalisasi Arab-Israel. Inisiatif itu juga menyerukan solusi yang adil bagi pengungsi Palestina, dengan imbalan perdamaian dan normalisasi penuh hubungan Palestina-Israel. (AFP/REUTERS)