Penerbangan ini bersejarah karena merupakan pesawat Israel pertama dengan penerbangan langsung dari Tel Aviv di Israel ke Abu Dhabi di Uni Emirat Arab.
Oleh
Luki Aulia
·3 menit baca
ABU DHABI, SELASA — Jauh di atas hamparan gurun nan luas, suara pilot maskapai penerbangan Israel El Al LY971, Tak Becker, menerobos obrolan para penumpang. ”Pesawat baru saja menyeberangi wilayah udara Arab Saudi,” ujarnya, Senin (31/8/2020).
Penerbangan ini bersejarah karena merupakan pesawat Israel pertama dengan penerbangan langsung dari Tel Aviv (Israel) ke Abu Dhabi (Uni Emirat Arab).
Obrolan para penumpang yang terdiri dari anggota delegasi Israel dan Amerika Serikat, serta wartawan terhenti sejenak lalu bertepuk tangan meriah.
Sebelum pesawat diberangkatkan, rute penerbangan sudah dirahasiakan meski hampir dipastikan pesawat itu pasti akan melewati wilayah udara Arab Saudi.
Rute yang lain akan membutuhkan waktu terbang dua kali lipat lebih lama. Lewat Arab Saudi hanya butuh waktu sekitar 3 jam, sedangkan jika lewat rute lain bisa sampai 7 jam.
Dengan memberikan akses kepada Israel, Arab Saudi memberikan indikasi kuat bahwa mereka menyetujui normalisasi hubungan Israel dengan UEA.
Saking rahasianya penerbangan ini, wartawan yang diajak pun diminta untuk memakai kode rahasia ”saya ada di sini untuk eksperimen” tes Covid-19. Mereka lalu diperiksa langsung oleh kantor Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu.
Anggota delegasi di dalam pesawat itu termasuk menantu Presiden AS Donald Trump, Jared Kushner, Penasihat Keamanan Nasional AS Robert O’Brien, dan delegasi Israel, Meir Ben-Shabbat. Di dalam pesawat itu juga terdapat beberapa agen dinas rahasia AS dan agen keamanan domestik Israel, Shin Bet.
Juru bicara El Al, Stanley Morais, mengatakan, pesawat itu dilengkapi dengan sistem antirudal C-Music di bagian belakang yang merupakan standar untuk pesawat 737.
Ketika pesawat melewati wilayah udara Oman dan mendekati Uni Emirat Arab (UEA), rute tidak langsung yang tidak biasa kemungkinan untuk menghindari Iran, para penumpang mengambil foto dan video garis pantai di bawah mereka.
Kemudian, setelah terbang selama 3 jam 20 menit, Boeing 737 itu mendarat di Abu Dhabi lalu disambut karpet merah oleh para pejabat UEA.
Penerbangan itu menandai awal kerja sama yang lebih luas antara Israel dan UEA. Sejak kesepakatan dicapai 13 Agustus lalu, komunikasi kedua pihak intensif melalui jaringan telekomunikasi khusus.
UEA juga resmi mencabut boikot terhadap Israel. Beberapa perusahaan Israel juga sudah menandatangani kesepakatan dagang dengan UEA.
Selain perdagangan, kedua pihak juga akan memproses kerja sama diplomasi, sains, teknologi, dan kerja sama melawan pandemi Covid-19. Berbagai isu ini akan dibicarakan selama dua hari di Abu Dhabi.
Menyakitkan
Berbeda dengan Israel, UEA, dan AS, penerbangan perdana Israel-UEA itu justru menyakitkan bagi rakyat Palestina.
Selama ini rakyat Palestina berharap banyak pada konsensus Arab yang menekankan normalisasi dengan Israel hanya akan dilakukan jika negara Palestina merdeka tercapai. Palestina menuding UEA telah berkhianat.
Perdana Menteri Palestina Mohammad Shtayyeh menyatakan, sangat menyakitkan melihat pesawat Israel mendarat di UEA. Pesawat itu diberi nama ”Kiryat Gat”, kota di Israel selatan yang dibangun di tempat yang pernah ditinggali warga Arab sebelum perang tahun 1948.
”Kami juga ingin lihat pesawat UEA mendarat di tanah Jerusalem, tetapi sekarang kita tinggal pada masa yang sulit,” ujarnya.
Meski Palestina memutuskan hubungan dengan AS, Kushner berjanji AS akan tetap mau membantu. ”Tetapi Palestina tidak bisa bergelut di urusan masa lalu terus. Mereka harus mau berubah dan berunding,” ujarnya. (REUTERS/AP)