Trump dan Wali Kota Adu Mulut di Media Pascakericuhan di Portland
Presiden AS Donald Trump melalui Twitter menyebut Wali Kota Portland Ted Wheeler ”orang bodoh” menyusul kericuhan di Portland, yang diwarnai tewasnya seorang pendukung sayap kanan. Cuitan itu dibalas Wheeler di media.
Oleh
Luki Aulia
·3 menit baca
PORTLAND, SENIN — Wali Kota Portland, Negara Bagian Oregon, Amerika Serikat, Ted Wheeler, terlibat perang kata-kata dengan Presiden Amerika Serikat Donald Trump di media dan media sosial Twitter. Keduanya saling serang setelah Trump menulis kritik tajam kepada Wheeler di Twitter terkait dengan insiden penembakan terhadap salah satu pendukung sayap kanan di Portland.
Trump bahkan menyebut Wheeler yang datang dari Partai Demokrat itu bodoh. Trump menyalahkan Wheeler karena membiarkan kericuhan di Portland hingga menyebabkan terjadi penembakan. Wheeler berang dengan tuduhan Trump dan menyerang balik melalui siaran televisi.
”Ini kebiasaan Trump. Pak Presiden, apakah komentar seperti itu membantu? Itu pernyataan agresif. Bukan kolaboratif. Lakukan saja bagian pekerjaan, dan saya melakukan pekerjaan saya. Ini tanggung jawab kita bersama,” ujarnya.
Wheeler melanjutkan, seharusnya pemerintah federal dan pusat bisa bekerja sama. Semestinya itu pesan yang disampaikan seorang presiden. ”Pesan kepada masyarakat mestinya adalah Donald Trump dan Ted Wheeler bekerja sama membantu negeri ini maju. Bukankah seharusnya begitu? Kenapa kita tidak melakukan itu saja,” kata Wheeler.
Pernyataan Trump dan Wheeler muncul menyusul gejolak kekerasan yang berlanjut menjadi kerusuhan selama 24 jam di Portland. Ini berawal ketika ada serombongan 600 karavan pendukung Trump yang masuk ke Portland dan bertemu dengan para pendukung gerakan Black Lives Matter.
Bentrokan terjadi di antara kedua belah pihak. Sekitar 15 menit setelah rombongan karavan meninggalkan Portland, ada seorang pendukung kelompok sayap kanan, Patriot Prayer, tewas tertembak.
Sampai saat ini belum diketahui keterkaitan antara penembakan itu dan bentrokan antara pendukung Trump dengan para pengunjuk rasa. Kelompok Patriot Prayer yang dibentuk tahun 2016 di Washington itu secara periodik datang ke Portland untuk mendukung Trump sejak awal 2017.
Larang masuk
Pemerintah Portland, Minggu, meminta masyarakat untuk tidak masuk ke pusat kota Portland karena otoritas keamanan masih berusaha memulihkan keamanan. Namun, sebaliknya, Trump malah mendorong para pendukungnya untuk masuk ke Portland setelah insiden penembakan anggota sayap kanan.
”Kalau Anda dari luar kota dan membaca informasi di media sosial, belum tentu kabar itu benar. Ini bukan waktunya marah hanya karena membaca info di Twitter yang dikarang seseorang,” kata Wheeler.
Pejabat sementara Menteri Keamanan Dalam Negeri AS Chad Wolf juga menuding otoritas setempat tidak bisa melindungi rakyatnya. ”Saya minta pemerintah dan aparat Portland untuk segera menangani kekerasan di sana,” ujarnya.
Wolf dan pemerintah federal siap mengirimkan aparat keamanan ke Portland dan kota-kota lain untuk menjaga bangunan federal dan membantu polisi. Wheeler menyatakan belum ada rencana meminta bantuan pasukan Garda Nasional. Portland hanya meminta bantuan ke Kepolisian Negara Bagian Oregon.
Picu ketegangan
Partai Demokrat menuding Trump sengaja memancing ketegangan ras dan gejolak kekerasan untuk kepentingan kampanyenya. Demokrat mengecam Trump yang justru mendukung para pendukungnya yang bentrok dengan massa di Portland. Trump bahkan menyanjung para pendukungnya dan menyebut mereka ”pahlawan luar biasa”.
”Dia pikir, perang dan kekerasan di rumah kita ini akan membuat dia terpilih lagi. Bukan begitu caranya menjadi presiden. Manusia punya rasa kasih sayang,” kata Joe Biden, kandidat presiden dari Demokrat.
Pernyataan Biden dibenarkan Wheeler yang juga menuding Trump yang justru menyebarkan kebencian dan perpecahan. Trump memang pernah melabeli para pengunjuk rasa dengan sebutan ”penjahat” dan membela aparat kepolisian. Isu itu juga menjadi tema utama Konvensi Partai Republik, pekan lalu.
Demokrat juga mengkritik rencana kunjungan Trump ke Kenosha, Wisconsin, karena dikhawatirkan justru akan memperparah ketegangan dan kemarahan warga terkait penembakan warga kulit hitam, Jacob Blake (29). ”Trump akan bertemu aparat hukum dan melihat kerusakan akibat kerusuhan,” kata juru bicara Gedung Putih, Judd Deere. (AP/REUTERS)