Desakan Mundur yang Makin Kencang Jadi Kado Ulang Tahun Presiden Belarus
Desakan kepada Presiden Belarus Alexander Lukashenko agar mundur dari jabatannya semakin kencang. Unjuk rasa menentang pemimpin yang sudah 26 tahun berkuasa itu kian meluas ke kota-kota di luar ibu kota negara.
Oleh
ADHITYA RAMADHAN
·3 menit baca
MINSK, SENIN — Ratusan ribu pendukung oposisi tetap turun ke jalan di kota Minsk, ibu kota Belarus, mendesak Presiden Belarus Alexander Lukashenko untuk mundur meski pejagaan dari otoritas keamanan ketat dan telah ada sedikitnya 100 orang yang ditangkap, Minggu (30/8/2020).
Unjuk rasa di Belarus ini sudah memasuki pekan ketiga sejak hasil pemilihan umum presiden yang memenangkan Lukashenko diumumkan, 9 Agustus lalu. Calon presiden dari oposisi, Svetlana Tikhanovskaya, mengklaim dirinyalah yang memenangi pemilu. Media lokal melaporkan bahwa ribuan orang juga berunjuk rasa di kota-kota lain di Belarus.
Massa pengunjuk rasa berkumpul dan memadati area di luar rumah dinas Lukashenko, Istana Kemerdekaan. Kompleks istana kediaman Lukashenko ini dijaga ketat oleh polisi antihuru-hara dan personel pasukan khusus. Para penembak jitu bersiaga di sejumlah atap gedung sekitar kompleks tersebut.
Unjuk rasa pada Minggu itu juga bertepatan dengan ulang tahun ke-66 Lukashenko. Para demonstran membawa serta ”hadiah” yang unik, termasuk toilet dari karton dengan tanda agar Lukashenko menyiram dirinya sendiri, peti jenazah bertuliskan ”mayat politik”, dan gambar kecoak, sebutan oposisi terhadap Lukashenko.
Ada juga demonstran yang membawa bunga dan hadiah simbolis. Berbagai hadiah itu diletakkan di tanah di depan barikade yang dijaga polisi antihuru-hara berpakaian lengkap dengan helm dan tameng. Koran oposisi, Nasha Niva, melaporkan bahwa demonstrasi kali ini merupakan ”pertunjukan pembangkangan publik paling tegas dalam rangkaian unjuk rasa selama tiga minggu terakhir”.
Aktivis Maria Kolesnikova, mantan calon wakil presiden yang mendampingi Tikhanovskaya, meminta masuk ke istana untuk bernegosiasi dengan Lukashenko. Pembantu dekat Lukashenko, Nikolai Latyshenok, keluar untuk menemui demonstran. Akan tetapi, ia menyampaikan bahwa Lukashenko tidak akan bernegosiasi dengan oposisi.
Aplikasi layanan pertukaran pesan Telegram yang dikelola biro pers Lukashanko mengunggah gambar Lukashenko memakai rompi antipeluru sambil memegang senjata. Disebutkan bahwa foto itu diambil di dalam istana ketika demonstran berunjuk rasa di luar.
Kantor berita Belta melaporkan, Kementerian Dalam Negeri Belarus mengatakan bahwa polisi menahan 125 demonstran dalam dua jam pertama unjuk rasa. Sebagian besar dari mereka ditahan dengan tuduhan turut serta dalam unjuk rasa massal secara ilegal. Ada juga tiga orang yang ditahan karena merusak mobil polisi.
Pengunjuk rasa mulai membubarkan diri sore hari ketika hujan deras turun dan orang-orang mulai pergi. Polisi antihuru-hara juga mulai mendorong demonstran menjauh dari istana.
Desakan Jerman-Perancis
Demonstrasi hari Minggu kemarin terjadi di tengah langkah pemerintahan Lukashenko yang membungkam kebebasan pers. Sabtu lalu, Kementerian Luar Negeri mencabut akreditasi bagi jurnalis dari media internasional, termasuk AFP, BBC, dan Radio Liberty/Radio Free Europe.
Seorang pejabat pemerintah menyebut tindakan itu merupakan ”kontraterorisme”. Menteri Luar Negeri Jerman Heiko Maas dan Menteri Luar Negeri Perancis Jean-Yves Le Drian mengecam tindakan ini. Maas menyebut sikap Belarus ini ”tidak bisa diterima”. Le Drian menyebut langkah Minsk tersebut sebagai tindakan ”sewenang-wenang dan bisa melanggar kebebasan pers”.
”Saya meminta otoritas Belarus membatalkan kebijakan ini segera,” ujar Le Drian.
Sebuah sumber di Jerman menyebutkan, Jerman akan memanggil Duta Besar Belarus menyusul keputusan Belarus mencabut akreditasi jurnalis asing. ”Duta Besar Belarus akan dipanggil oleh Kementerian Luar Negeri,” kata sumber itu.
Ketika dimintai tanggapan atas kecaman dari negara-negara Barat dan media yang terdampak, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Belarus Anatoly Glaz tidak secara langsung menjawabnya. ”Ada lebih dari 300 jurnalis asing saat ini yang meliput semua peristiwa,” katanya melalui pesan singkat. Glaz enggan berkomentar lebih jauh.
Dalam laporannya, Radio Liberty mengutip Kementerian Luar Negeri Belarus yang menyebutkan bahwa keputusan untuk mencabut akreditasi jurnalis asing dilakukan karena alasan keamanan.
Dalam pertemuan jajaran pemerintahan, 23 Juli lalu, Lukashenko mengancam akan mengusir para jurnalis asing. Ia menuduh mereka menghasut protes terhadapnya sebelum pilpres 9 Agustus.
Sabtu lalu, Asosiasi Jurnalis Belarus mengidentifikasi ada 19 jurnalis yang izinnya dicabut oleh Pemerintah Belarus, antara lain jurnalis video dan fotografer Reuters, jurnalis AFP, serta jurnalis BBC. (AFP/REUTERS)