Baku Tembak Polisi dengan Pengedar Narkoba di Rio de Janeiro Mencekam
Kekerasan antargeng pengedar narkoba memperebutkan wilayah dan bentrok dengan polisi sering kali terjadi di sejumlah negara Amerika Latin, salah satunya Brasil.
Oleh
ADHITYA RAMADHAN
·2 menit baca
RIO DE JANEIRO, JUMAT — Selama 24 jam terakhir, situasi Rio de Janeiro, kota metropolitan berpenduduk 10 juta di Brasil, mencekam akibat baku tembak antara polisi dan geng pengedar narkoba. Warga yang sudah terbiasa dengan kekerasan sekalipun menilai situasi tersebut menakutkan.
Menurut media lokal, baku tembak dimulai pada Rabu (26/8/2020) waktu setempat. Anggota salah satu organisasi kriminal terbesar Brasil, Komando Merah (Comando Vermelho), yang membawa senjata berat, berkendara melintasi kawasan pemukiman elite di Lagoa. Namun, tiba-tiba kendaraan mereka mogok.
Sambil membawa senjata, mereka keluar dari mobil dan terlihat oleh polisi yang berpatroli. Baku tembak pun terjadi saat polisi mencoba menangkap mereka. Dua anggota organisasi itu ditangkap dan beberapa orang lainnya terluka.
Geng tersebut mencoba merebut wilayah Sao Carlos di Rio dari kelompok saingannya yang tidak terpengaruh. Hingga Rabu malam, baku tembak yang intens masih terjadi dan disiarkan oleh media lokal. Disebutkan, terjadi lebih dari 40 kali tembakan dalam kontak senjata polisi dengan geng narkoba.
Polisi mengatakan, seorang warga, Ana Cristina da Silva (25), yang sedang berjalan bersama putrinya yang berusia tiga tahun menuju bar tempatnya bekerja, terjebak di tengah baku tembak itu.
Da Silva terkena peluru nyasar ketika berusaha memeluk puterinya untuk melindunginya. Ia meninggal dalam perjalanan ke rumah sakit.
Pada Kamis (27/8/2020) waktu setempat, setelah baku tembak selama semalaman, salah seorang anggota geng kabur ke kondominium terdekat. Ia lalu dan menyandera keluarga pemilik properti tersebut. Namun, belakangan, anggota geng itu membebaskan sanderanya dan menyerahkan diri.
Pada 2019, tercatat ada 3.025 kasus pembunuhan di Negara Bagian Rio yang termasuk Kota Rio dan di sekitarnya. Polisi Rio yang terkenal kejam menewaskan 1.814 orang selama periode tersebut.
Pada Mei lalu, seorang anak laki-laki berusia 14 tahun tewas dalam penggerebekan polisi yang gagal di sebuah pesta biliar. Peristiwa ini kemudian memicu protes yang luas.
Mahkamah Agung Brasil pun akhirnya membatasi operasi polisi di Negara Bagian Rio. Polisi dan pejabat lokal mengeluh bahwa tangan mereka terlalu terikat.
Organisasi yang mengecam kekerasan polisi menyebutkan, angka kekerasan dan pembunuhan oleh polisi tetap rendah dalam beberapa bulan setelah pembatasan operasi diberlakukan.
”Rio memiliki 1.400 comunidades (komunitas),” kata juru bicara kepolisian, Mauro Fliess.
Fliess menyebut komunitas merujuk pada lingkungan yang umumnya miskin dan rawan kejahatan. ”Empat geng atau organisasi kejahatan saling berperang memperebutkan wilayah,” ujarnya. (REUTERS)