China Klaim Telah Berikan Calon Vaksin Covid-19 kepada Kelompok Berisiko
Perlombaan negara-negara mengembangkan vaksin Covdi-19 kini telah berujung pada saling klaim telah memberikan calon vaksin Covid-19 yang masih diuji klinis kepada publik.
Oleh
ADHITYA RAMADHAN
·3 menit baca
BEIJING, RABU — China mengklaim telah memberikan calon vaksin Covid-19 kepada kelompok berisiko sejak akhir Juli 2020. Itu artinya, langkah China lebih awal tiga minggu dari Rusia yang juga mengizinkan pemberian calon vaksin Covid-19 kepada warganya.
Awal Agustus ini, Presiden Rusia Vladimir Putin mengumumkan bahwa Rusia menjadi negara pertama di dunia yang mengeluarkan izin edar vaksin Covid-19, yaitu vaksin yang dikembangkan oleh Gamaleya Research Institute. Padahal, uji klinis terhadap calon vaksin itu masih berlangsung.
Seperti dilaporkan Washington Post, Senin (24/8/2020), para pejabat kesehatan Beijing Sabtu (22/8/2020), mengumumkan telah memberikan calon vaksin Covid-19 kepada sejumlah tenaga kesehatan dan pegawai badan usaha milik negara dengan protokol ”penggunaan darurat” sejak akhir Juli 2020.
Pada stasiun televisi pemerintah, Zheng Zhongwei, Pimpinan Program Pengembangan Vaksin Covid-19 China, mengatakan, ”penggunaan mendesak” calon vaksin Sinopharm dilakukan pada 22 Juli 2020. Keputusan ini berjarak hanya sebulan setelah militer China memberikan calon vaksin ini kepada prajurit mereka.
Otoritas China kini mempertimbangkan memperluas pemberian calon vaksin ini kepada pegawai di pasar, perusahaan transportasi, dan industri jasa.
”Untuk mencegah penyakit Covid-19 menyebar di musim gugur dan musim dingin, kami mempertimbangkan perluasan penggunaan calon vaksin,” kata Zhongwei. ”Tujuannya, untuk membangun kekebalan tubuh pada kelompok populasi khusus.”
Satu hal yang belum jelas adalah mengapa China menunda mengumumkan pemberian calon vaksin kepada publik selama sebulan. Bisa jadi ini menggambarkan sikap kehati-hatian otoritas setempat. Jika pemberian itu menimbulkan efek samping yang parah, pemberian calon vaksin itu bisa lebih mudah dihentikan.
Para pejabat kesehatan China menyebutkan bahwa beberapa orang yang diberi calon vaksin Covid-19 sejauh ini melaporkan adanya efek samping, tapi tidak ada yang melaporkan demam. Mereka tidak menjelaskan berapa orang yang sudah diberi calon vaksin itu dan efek samping apa yang muncul.
Pengumuman pemberian calon vaksin oleh Beijing itu menyusul insiden diplomatik kontroversial pekan lalu ketika Papua Niugini menolak masuk sekelompok petambang China yang telah disuntik calon vaksin Covid-19.
Perusahaan farmasi di seluruh dunia termasuk di China berlomba mengembangkan vaksin Covid-19. Meski sudah ada yang memasuki uji klinis fase III, belum ada vaksin yang disetujui untuk diberikan kepada masyarakat umum.
Pengawas Respons Pandemi Papua Niugini, David Manning, memerintahkan penerbangan yang membawa 108 pekerja China untuk kembali lagi ke China. Tindakan itu diambil demi kepentingan warga karena adanya risiko.
Menteri Kesehatan Papua Niugini Jelta Wong mengatakan, calon vaksin Covid-19 diberikan kepada 48 warga China tiga hari sebelum mereka mendarat di Port Moresby, 13 Agustus 2020. ”Detail penggunaan calon vaksin belum diketahui,” ujar Wong dalam surat elektroniknya kepada Associated Press.
Di Beijing, Kementerian Luar Negeri China belum mendapat informasi soal penolakan Papua Niugini. Namun, penelitian vaksin Covid-19 di China, menurut juru bicara Kemenlu China Zhao Lijian, dilakukan dengan mengevaluasi aspek keamanan, efektivitas, dan etik secara ketat.
Zhao juga mengatakan bahwa pemberian darurat calon vaksin dimungkinkan untuk memaksimalkan kesehatan warga.
Ketika Beijing menyampaikan bahwa mereka telah memberikan calon vaksin kepada publik, terlihat sinyalemen ketidaksabaran dari Gedung Putih. Sabtu lalu, di Twitter, Presiden Donald Trump menuduh Badan Pengawas Obat dan Makanan (FDA) AS atau negara bagian menghambat pengembangan vaksin Covid-19. Sehari kemudian, Trump memuji FDA yang mengeluarkan izin darurat untuk menggunakan plasma konvalesen untuk mengobati pasien Covid-19. (AP/Reuters)