Pemerintah pusat Spanyol hanya akan memberikan bantuan sesuai permintaan para pemimpin daerah.
Oleh
Luki Aulia
·4 menit baca
MADRID, RABU — Perdana Menteri Spanyol Pedro Sanchez menyiagakan 2.000 tentara untuk membantu sejumlah daerah di Spanyol dalam menangani peningkatan kembali kasus pandemi Covid-19. Namun, keputusan strategi penanganan Covid-19 akan tetap diserahkan kepada setiap daerah.
Pemerintah pusat hanya akan memberikan bantuan sesuai permintaan para pemimpin daerah. ”Data kurva pandemi Covid-19 mengkhawatirkan dan harus segera ditangani. Kita semua harus tenang dan waspada,” kata Sanchez seusai pertemuan kabinet pertama setelah reses musim panas, Selasa (25/8/2020).
Data Kementerian Kesehatan Spanyol menunjukkan, jumlah kasus Covid-19 di Spanyol mencapai 405.436 orang. Ini kasus terbanyak di Eropa Barat. Jumlah kasus melonjak pekan lalu dan itu yang terparah sejak puncak pandemi mencapai yang tertinggi akhir Maret lalu.
Jumlah penularan bertambah setelah Spanyol mencabut status darurat yang berlangsung selama tiga bulan dan kebijakan karantina, akhir Juni lalu.
Sementara jumlah kematian masih lebih rendah dari angka pada Maret hingga Mei. Jumlah total kematian di Spanyol mencapai 28.872 orang atau kasus.
”Daerah-daerah yang tidak punya tenaga pelacak yang memadai bisa meminta bantuan tentara nasional,” kata Sanchez yang menjanjikan akan ada 2.000 tentara yang siap diterjunkan.
Pelatihan khusus
Tentara dikerahkan karena merekalah yang selama ini mendapat pelatihan spesifik untuk deteksi dini dan mampu melakukan pelacakan secara epidemiologi, termasuk prosedur mengidentifikasi faktor-faktor berisiko dan pelacakan kontak.
Sejumlah daerah sudah kembali memberlakukan karantina dan protokol kesehatan lain. Namun, ada sejumlah daerah, termasuk Madrid, yang tidak mau bahkan mengeluhkan tidak adanya dasar hukum memberlakukan kebijakan pembatasan apa pun.
Tentara, kata Sanchez, akan membantu mengidentifikasi siapa saja yang pernah kontak dengan orang-orang yang terinfeksi Covid-19. Para ahli menuding jumlah kasus Covid-19 melonjak di beberapa daerah, seperti Madrid dan Catalonia, karena minimnya upaya dan sumber daya pelacakan Covid-19.
Sanchez menyarankan masyarakat memanfaatkan aplikasi khusus di telepon genggam yang dibuat pemerintah, RadarCovid, untuk mengidentifikasi orang-orang yang pernah bersinggungan atau kontak dengan pasien Covid-19. Jika ditemukan, mereka akan diminta untuk tes atau dikarantina.
Daerah juga diperbolehkan untuk meminta pemerintah pusat memberlakukan status darurat yang memungkinkan membatasi pergerakan warga. Pemerintah pusat pernah menyatakan status darurat nasional pada pertengahan Maret.
Dengan status darurat, warga boleh keluar rumah hanya untuk membeli makanan atau obat-obatan, mencari bantuan medis, membawa peliharaan jalan-jalan, atau bekerja jika memang tidak mungkin bekerja dari rumah. Status darurat itu sudah dicabut sejak 21 Juni lalu.
”Kita tidak bisa membiarkan pandemi ini mengendalikan hidup kita lagi,” kata Sanchez.
Tes Covid-19
Otoritas Spanyol menilai, lonjakan data kasus Covid-19 sebenarnya terjadi karena pemerintah sudah menggenjot tes Covid-19. Spanyol telah mengetes lebih dari 5,3 juta orang atau sekitar 11,5 persen dari total populasi.
Negara-negara tetangganya juga menggenjot tes Covid-19, seperti Jerman yang sudah mengetes 12,2 persen dari total populasi, Italia 12,8 persen, dan Inggris 22,1 persen.
Ada juga sejumlah pandangan yang menyebutkan, norma-norma sosial masyarakat Spanyol, seperti kontak fisik dan keluarga besar yang tinggal serumah, yang sebenarnya memperparah penyebaran virus.
Norma sosial atau tradisi seperti itu juga berlaku di Italia, tetapi tingkat pertumbuhan virusnya jauh lebih rendah daripada di Spanyol.
Pakar ilmu kesehatan di Universitas Terbuka Catalonia, Salvador Mancip, menilai, kebijakan karantina yang sangat ketat di Spanyol justru kemudian membuat orang merasa ingin segera kembali berkumpul dengan keluarga dan keluar rumah begitu kebijakan karantina dicabut.
”Memang ada aturan menjaga jarak sosial dan memakai masker setelah karantina dicabut, tetapi aturan itu tidak menekankan tetap perlunya warga untuk berhati-hati,” ujarnya.
Jorge Ruiz Ruiz, pakar sosiologi di Institut Studi Sosial, lembaga penelitian publik, juga berpendapat serupa. ”Isolasi total selama berbulan-bulan mungkin bukan strategi yang terbaik karena pada akhirnya warga tidak bisa bertanggung jawab secara sosial,” ujarnya.
Bagi anak muda, lanjut Ruiz, sulit sekali untuk mematuhi protokol kesehatan dan imbauan untuk membatasi kumpul-kumpul dengan teman dan saudara serta mengenakan masker. ”Kita meminta mereka bisa mengendalikan diri ketika mereka keluar rumah bersenang-senang,” ujarnya.
Desentralisasi
Sistem pemerintahan desentralisasi Spanyol dinilai justru membuat pemerintah pusat sulit membuat strategi nasional yang sama.
Sekretaris Asosisasi Kesehatan Publik Madrid dan Guru Besar Universitas Otonomi Madrid Pilar Sereano mengatakan, sampai sekarang sejumlah daerah di Spanyol masih kesulitan untuk bekerja sama.
Para pakar juga menyalahkan keputusan Spanyol untuk membuka pintunya bagi wisatawan pada akhir Juni lalu. Keputusan itu diambil untuk memutar kembali sektor pariwisata. Lebih dari 2 juta wisatawan asing datang ke Spanyol melalui udara, Juli lalu. ”Kita membuka pintu terlalu cepat,” kata Mancip. (REUTERS/AFP)