AS Dukung Israel Bangun Hubungan dengan Negara-negara Arab
Pemerintah AS dan Israel menggunakan semua jalur untuk perluasan negara-negara Arab yang ikut serta menormaliasi hubungan dengan Israel. Palestina dan pembelian jet tempur F-35 menjadi ganjalan.
Oleh
Mahdi Muhammad
·4 menit baca
TEL AVIV, SELASA — Normalisasi hubungan Uni Emirat Arab dan Israel menginspirasi Pemerintah Israel dan Amerika Serikat untuk memperlebar ”jaringan perdamaian” dengan negara Arab lainnya.
Semua lini diplomasi dicoba untuk menormalisasi hubungan Israel dengan negara-negara Arab lainnya serta membentuk aliansi yang lebih kuat guna mengisolasi Iran.
”Saya sangat berharap melihat negara-negara Arab lainnya bergabung dalam hal ini (normalisasi hubungan Israel-UEA),” kata Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo, Senin (24/8/2020), seusai bertemu Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu.
Pompeo menyatakan kesepakatan normalisasi hubungan Israel-UEA adalah sebuah langkah besar menuju stabilitas kawasan yang sering kali bergolak.
Netanyahu, yang kini tengah menjalani persidangan atas kasus dugaan korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan, memuji perjanjian Israel-UEA itu sebagai anugerah bagi perdamaian dan stabilitas regional Timur tengah.
Perjanjian itu juga dinilai sebagai penanda era baru dan berharap negara-negara lain bisa bergabung dalam normalisasi hubungan dengan negaranya.
”Saya berharap di masa depan kita akan mendapat kabar baik, mungkin dalam waktu dekat,” ucap Netanyahu.
Departemen Luar Negeri mengatakan, Pompeo akan bertemu dengan Perdana Menteri Sudan Abdalla Hamdok selama tur Timur Tengah-nya dan memberikan dukungan ”untuk memperdalam hubungan Sudan-Israel".
Selain itu, Pompeo juga akan bertemu dengan Putra Mahkota Bahrain Salman bin Hamad al-Khalifa sebelum pembicaraan dengan Menteri Luar Negeri UEA Abdullah bin Zayed al-Nahyan, katanya.
Upaya perluasan lingkaran normalisasi hubungan ini juga dilakukan oleh Pemerintah Israel melalui lembaga intelijen mereka, Mossad. Menurut laman Times of Israel, Direktur Mossad Yossi Cohen dijadwalkan akan bertemu pejabat tinggi Dewan Militer Sudan Mohammed Hamdan Dagalo dalam waktu dekat.
Menurut seorang pejabat Pemerintah Sudan yang tidak mau disebut namanya, beberapa pejabat Pemerintah Sudan sebenarnya sudah melakukan beberapa kali pertemuan dengan pejabat Israel di beberapa lokasi yang berbeda.
Pejabat kedua pemerintahan berharap normalisasi hubungan UEA dengan perantara AS bisa mempercepat normalisasi hubungan Sudan-Israel. Diharapkan, akhir tahun ini kesepakatan normalisasi hubungan kedua negara bisa tercapai.
Namun, Pemerintah Sudan secara resmi telah membantah adanya pertemuan-pertemuan tersebut.
Secara teknis, kedua negara masih dalam kondisi perang karena Pemerintah Sudan mendukung pasukan Islam garis keras berperang melawan Israel. Namun, ketika Omar al-Bashir digulingkan tahun lalu, Pemerintah Sudan secara perlahan menarik dukungannya.
Ganjalan
Diplomat senior Palestina Saeb Erekat, dikutip dari laman Al Jazeera, menyatakan, perluasan lingkaran perdamaian di antara negara-negara Arab untuk menormalisasi hubungan dengan Israel sebagai langkah yang keliru. Bahkan menurut Erekat, langkah tersebut memicu dampak yang lebih berisiko, yaitu ketidakstabilan di kawasan yang terus-menerus.
”Anda menempatkan kawasan ini di dalam situasi yang berbahaya, konflik yang berkepanjangan di kawasan,” kata Erekat.
Palestina dengan tegas menentang normalisasi hubungan Israel-UEA. Bahkan, secara lantang, Palestina menilai bahwa tindakan UEA itu sebagai bentuk pengkhianatan perjuangan rakyat Palestina.
Untuk menenangkan Palestina, AS menggandeng Inggris yang dianggap memiliki kedekatan dengan pemilik otoritas di negara itu. Bertepatan dengan kunjungan Pompeo, Menlu Inggris Dominic Raab juga tengah berkunjung ke Israel dan dijadwalkan akan bertemu dengan rekannya itu sebelum bertemu dengan para petinggi Palestina.
Selain masalah Palestina, ganjalan normalisasi hubungan yang lebih luas adalah masalah pembelian pesawat tempur F-35 produksi Amerika Serikat oleh UEA pasca-normalisasi hubungan. Israel menolak hal itu sebagai bagian dari kesepakatan sekaligus khawatir kedigdayaan militer mereka tersaingi oleh negara-negara Arab.
Penolakan Netanyahu dikabarkan membuat pertemuan tiga pihak (tripartit) delegasi UEA-Israel-AS di New York. Menurut laman Times of Israel, diplomat UEA menyatakan kecewa dengan sikap dan pernyataan Netanyahu serta berharap agar ada solusi terhadap masalah ini.
Pompeo sendiri menyatakan, Israel tidak perlu khawatir tersaingi keunggulan peralatan militernya oleh negara-negara Arab. AS akan tetap menjaga Israel memiliki keunggulan tersebut, termasuk ketika berhadapan dengan Iran.
”Amerika Serikat memiliki persyaratan hukum sehubungan dengan keunggulan militer kualitatif. Kami akan terus menghormati itu,” kata Pompeo kepada wartawan setelah pertemuan dengan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu.
Berbicara kepada CNN pada hari Sabtu, akhir pekan lalu, penasihat senior Gedung Putih, Jared Kushner, menyatakan terbuka kemungkinan bagi Pemerintah UEA untuk mendapatkan F-35.
”Kesepakatan perdamaian baru ini harus meningkatkan kemungkinan mereka mendapatkannya. Hal itu sedang kami kaji,” katanya.
Pompeo mengatakan, Washington telah memberi UEA dukungan militer selama lebih dari 20 tahun, langkah-langkah yang dia gambarkan sesuai dengan kebutuhan untuk mencegah ancaman bersama dari Iran, yang juga musuh bebuyutan Israel.
”Kami sangat berkomitmen untuk melakukannya. Dan, kita akan melakukannya dengan cara menjaga komitmen kami kepada Israel dan saya yakin bahwa tujuan itu akan tercapai,” kata Pompeo. (AFP/Reuters)