Selandia Baru Perpanjang Karantina Wilayah di Auckland
Lonjakan kasus Covid-19 yang belum melambat di banyak negara membuat beberapa pemerintah kembali memperketat kebijakan pembatasan sosialnya termasuk mewajibkan penggunaan masker.
Oleh
ADHITYA RAMADHAN
·3 menit baca
SYDNEY, SENIN — Perdana Menteri Selandia Baru Jacinda Ardern memperpanjang karantina wilayah di kota Auckland hingga sepekan ke depan dan mewajibkan pemakaian masker di transportasi publik di seluruh negara itu.
Ardern mengatakan, perpanjangan empat hari di Auckland sangat penting bagi negara untuk menurunkan pembatasan daruratnya hingga level terendah. ”Kami ingin kepercayaan diri dan kepastian bagi semua orang,” ujarnya dalam jumpa pers yang disiarkan stasiun televisi.
Karantina wilayah di Auckland mulai diberlakukan tanggal 11 Agustus lalu hingga Rabu (26/8/2020) setelah muncul kasus penularan lokal Covid-19 setelah tiga bulan lebih tidak ada kasus. Dengan perpanjangan ini, kebijakan karantina akan berakhir Minggu (30/8/2020).
Sekitar 150 orang didiagnosis sebagai bagian dari kluster penularan di Auckland yang berpenduduk 1,7 juta jiwa. Namun, laju infeksi kini telah melambat dan dalam tiga hari terakhir jumlah kasus baru hanya satu digit.
”Ini adalah kluster yang terkendali. Namun, ini yang terbesar bagi kami. Artinya, akhirnya akan lama dan kasus akan terus muncul untuk beberapa waktu,” kata Ardern di Wellington.
Untuk tetap mengendalikan kasus di Auckland saat level pembatasan diturunkan ke level 2, kerumunan tetap dibatasi maksimal 10 orang dan pemakaian masker di semua alat transportasi wajib. Kota lain di Selandia Baru juga berada dalam pembatasan level 2, tetapi dengan batas maksimal kerumunan yang lebih besar, yaitu 100 orang. Semua situasi yang ada di seluruh negeri akan dievaluasi sebelum 6 September 2020.
Selandia Baru yang berpenduduk 5 juta jiwa sejauh ini melaporkan lebih dari 1.300 kasus Covid-19 dengan kasus meninggal sebanyak 22 kasus.
Sementara itu, untuk pertama kali otoritas kesehatan di Korea Selatan mewajibkan pemakaian masker di ibu kota Seoul, baik di dalam maupun di luar ruangan, untuk mengendalikan lonjakan kasus Covid-19 yang terjadi di permukiman padat penduduk di area metropolitan Seoul.
Pada Mei lalu, Pemerintah Kota Seoul mewajibkan pemakaian masker di transportasi umum dan taksi. Namun, lonjakan kasus baru-baru ini membuat para pejabat kesehatan khawatir sehingga mereka merasa harus memberlakukan pembatasan sosial paling ketat.
”Jika kita gagal melandaikan kurva epidemiologi minggu ini, kami yakin akan menghadapi krisis yang sangat penting bahwa virus ini akan menyebar hingga ke seluruh negeri,” kata seorang pejabat Kementerian Kesehatan Korea Selatan, Yoon Tae-ho.
Yoon juga mengimbau warga untuk tetap berada di rumah dan membatalkan rencana bepergian yang tidak esensial. Pemerintah juga telah memperluas kebijakan pembatasannya di Seoul dengan melarang ibadah di gereja, menutup kelab malam dan kafe.
Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Korea Selatan (KCDC) melaporkan 266 kasus baru pada Minggu (23/8/2020) atau menurun dari 397 sehari sebelumnya. Secara umum, Korea Selatan melaporkan 17.665 kasus Covid-19 dan 309 kasus meninggal akibat Covid-19.
Otoritas kesehatan khawatir Korea Selatan di ambang pandemi nasional karena peningkatan kasus Covid-19 terjadi di 17 wilayah atau semua wilayah yang ada di Korsel. Mereka kini mempertimbangkan untuk menerapkan pembatasan sosial tertinggi, yang termasuk menutup sekolah dan aktivitas ekonomi jika penyebaran tidak melambat.
Sementara itu, negara tetangga Selandia Baru, Australia, melaporkan penambahan kasus baru terendahnya dalam hampir dua bulan terakhir. Hal ini memunculkan optimisme bahwa gelombang kedua infeksi Covid-19 mulai mereda.
Negara Bagian Victoria, New South Wales, Queensland, dan Western di Australia melaporkan total 121 kasus dalam 24 hari terakhir yang merupakan terendah sejak 5 juli 2020. ”Ini adalah cahaya di ujung lorong,” kata Wakil Kepala Medis Australia Nick Coatsworth kepada wartawan di Canberra. ”Ini adalah jaminan bahwa tren secara keseluruhan sedang menurun.”
Hingga saat ini Australia telah melaporkan hampir 25.000 kasus Covid-19 dengan jumlah kasus meninggal sebanyak 517 kasus.(REUTERS)