Pompeo Keliling Timur Tengah Promosikan Perluasan Hubungan Israel-Arab
Menlu AS Mike Pompeo akan berkeliling Timur Tengah untuk mempromosikan normalisasi hubungan Israel dengan negara-negara Arab. Bahrai dan Sudan menjadi target berikutnya.
Oleh
Mahdi Muhammad
·4 menit baca
TEL AVIV, SENIN — Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Mike Pompeo dijadwalkan berkeliling wilayah Timur Tengah untuk meneruskan misi normalisasi hubungan antara sejumlah negara Arab dan Israel. Misi itu melanjutkan langkah AS dalam mendukung normalisasi hubungan Israel-Uni Emirat Arab. Bahrain dan Sudan adalah dua negara yang kini berada di dalam radar Amerika Serikat dan Israel.
Sebelum bertemu dengan pemimpin Bahrain dan Sudan, Pompeo akan bertemu dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu.
Rencana AS untuk kembali menjadi perantara normalisasi hubungan Israel dan negara-negara Arab itu diungkapkan Netanyahu, Minggu (23/8/2020). Netanyahu menyatakan, temannya, Pompeo, akan bertemu pada Senin (24/8/2020) dan berbicara tentang rencana perluasan ”lingkaran hubungan damai” di wilayah tersebut.
”Kami sedang mengupayakan perdamaian dengan lebih banyak negara. Saya pikir akan ada lebih banyak negara (yang menormalisasi hubungannya dengan Israel) dan dalam waktu yang tidak akan terlalu lama,” kata Netanyahu.
Pengumuman normalisasi hubungan Israel-UEA memicu spekulasi besar tentang negara mana yang menjadi target berikutnya. Dua negara yang sering disebut adalah Sudan dan Bahrain.
Israel secara teknis masih berperang dengan Sudan, yang selama bertahun-tahun mendukung pasukan Islam garis keras.
Rencana normalisasi hubungan Sudan-Israel sendiri sudah memakan korban di tubuh Pemerintah Sudan. Pekan lalu, juru bicara Kemenlu Sudan dipecat setelah dia membuat komentar yang diduga tidak sah yang menunjukkan kontak telah dibuat dengan Israel mengenai normalisasi hubungan. Departemen Luar Negeri mengatakan, Pompeo akan bertemu Perdana Menteri Sudan Abdalla Hamdok selama turnya untuk ”mengungkapkan dukungan untuk memperdalam hubungan Sudan-Israel”.
Di Bahrain, Pompeo akan bertemu dengan Putra Mahkota Bahrain Salman bin Hamad Al-Khalifa sebelum bertemu dengan Menteri Luar Negeri UEA Abdullah bin Zayed Al-Nahyan.
Menyusul normalisasi hubungan Israel-UEA yang diumumkan pada 13 Agustus lalu, mitra baru Israel-AS di Timur Tengah ini ingin bergerak cepat, terutama dalam promosi hubungan perdagangan dan teknologi mereka. Pemerintah UEA ingin menjual produk minyaknya ke Israel dan sebaliknya berharap bisa menggunakan teknologi yang dikembangkan Israel oleh UEA. Selain itu, mereka juga berharap hubungan pariwisata antara kedua negara bisa menyusul dilakukan.
Kendala dalam pembukaan hubungan pariwisata adalah koridor hubungan udara langsung antara Timur Tengah dan Israel yang dipegang oleh Arab Saudi. Izin dari Arab Saudi untuk membuka koridor udaranya agar bisa dilintasi pesawat komersial UEA maupun Israel menjadi kunci hubungan kedua negara.
Selain mencoba membujuk negara-negara Arab untuk menormalisasi hubungan dengan Israel, Pompeo juga akan membahas sejumlah masalah keamanan regional, dalam hal ini masalah Iran. Iran, dalam pandangan AS, masih dinilai sebagai musuh utama AS dan Israel di kawasan.
Konsesi normalisasi
Selain masalah ”penangguhan” rencana pencaplokan wilayah Tepi Barat, juga ada dugaan bahwa normalisasi tersebut terkait dengan keinginan Pemerintah UEA untuk memperkuat kemampuan pertahanan udaranya dengan membeli sejumlah pesawat tempur F-35 dari Pemerintah AS. Konsesi itu dibantah oleh Netanyahu karena penjualan pesawat tempur F-35 kepada UEA mengakhiri keunggulan militer Israel atas negara-negara Arab.
Menurut Joshua Teitelbaum, profesor studi timur tengah pada Universitas Bar Ilan, Israel, secara historis, Israel telah menentang penjualan perlengkapan militer canggih negara-negara Barat, khususnya AS, ke negara-negara Arab. Termasuk Mesir dan Jordania, dua negara yang sebelumnya telah menormalisasi hubungannya dengan Israel. Meski keberatan, AS bisa saja menjual perlengkapan militer mereka ke UEA dalam kondisi yang sangat standar. Contohnya penjualan pesawat tempur F-15 ke Israel dan Arab Saudi.
Usaha ini tidak akan mudah mengingat Arab Saudi menolak mengikuti langkah UEA untuk menormalisasi hubungan dengan Israel. Pemerintah Palestina sendiri telah mengecam langkah normalisasi hubungan UEA dengan Israel dan menyebut kebijakan pemerintah UEA itu sebagai tikaman dari belakang.
Langkah normalisasi hubungan UEA dan Israel juga ”menangguhkan” untuk sementara waktu rencana pencaplokan wilayah Tepi Barat Palestina oleh Israel. Tidak dijelaskan sampai kapan rencana ini akan ditunda.
Meski demikian, Yousef Al Otaiba, Duta Besar UEA untuk AS, di dalam kolom opininya di media Israel, Yehiot Aharonot, menyatakan, hubungan yang lebih dekat akan menguntungkan semua orang. ”Langkah itu akan membawa kawasan ini melewati warisan sejarah uruk permusuhan dan konflik menuju sebuah harapan baru, perdamaian dan kemakmuran,” kata Otaiba.
”Dari apa yang saya pahami, versi yang dibuat untuk Arab Saudi, bukan versi terbaik. Sebaliknya, Israel diizinkan untuk melakukan modifikasi tertentu dalam perangkat lunak yang memungkinkannya mempertahankan keunggulannya,” kata Teietlbaum. (AFP/Reuters)