Dua Bom Meledak dalam Sehari di Jolo, Filipina Selatan Memanas
Kawasan selatan yang selama ini menjadi ”titik panas” karena kelompok militan Abu Sayyaf kembali memanas setelah dua bom meledak dalam sehari.
Oleh
ADHITYA RAMADHAN
·3 menit baca
MANILA, SENIN — Setidaknya 10 orang meninggal dan hampir 40 orang prajurit, polisi, dan warga sipil terluka setelah dua bom meledak di Filipina selatan yang selama ini jadi basis kelompok milisi Abu Sayyaf, Senin (24/8/2020) siang.
Ledakan bom tersebut terjadi di kota Jolo, Provinsi Sulu, yang merupakan medan pertempuran pasukan keamanan Filipina dengan kelompok Abu Sayyaf yang telah berbaiat dengan kelompok Negara Islam di Irak dan Suriah (NIIS). Atas alasan keamanan, Jolo langsung ditutup oleh tentara dan polisi.
Mengutip juru bicara Kepolisian Nasional Filipina, Brigjen Bernard Banac, media lokal Philstar, menyebutkan bahwa ledakan pertama terjadi di sekitar paradise Food di Barangay Walled, Jolo, Sulu, sekitar pukul 11.53 waktu setempat. Kemudian pada pukul 13.00 ledakan kedua terjadi.
Salah seorang perwira militer, Letkol Ronaldo Mateo, mengatakan, seorang prajurit melihat seseorang memarkir sepeda motor di luar toko ”yang dipenuhi orang”, termasuk anggota militer. Saat itulah bom meledak.
Komandan militer regional, Letnan Jenderal Corleto Vinluan, mengatakan, setidaknya lima prajurit dan empat warga sipil meninggal dalam ledakan pertama oleh bom yang dipasang pada sepeda motor dekat dua truk militer di luar sebuah supermarket dan toko komputer itu. Selain itu, 16 prajurit dan 20 warga sipil juga terluka.
”Itu merupakan ledakan bom rakitan yang diledakkan ketika prajurit kami sedang ada di sana,” ujar Vinluan.
Ledakan kedua terjadi di jalan yang sama beberapa saat setelah ledakan pertama terjadi. Ledakan kedua ini merupakan bom bunuh diri seorang perempuan yang meledakkan diri saat polisi menutup jalan tersebut. Ledakan kedua menewaskan satu orang dan melukai enam orang. Aparat keamanan juga menemukan bom ketiga yang belum meledak di pasar.
Juru bicara Presiden Rodrigo Duterte, Harry Roque, mengecam ”serangan pengecut” itu dan mengucapkan belasungkawa kepada keluarga korban. ”Kami menyerukan warga Jolo untuk tetap waspada dan melaporkan jika mengetahui ada sesuatu yang mencurigakan atau benda yang ditinggalkan di daerah mereka,” katanya.
Sementara penjaga pantai Filipina mengeluarkan ”peringatan” di Sulu dan beberapa area lain di bagian selatan Filipina.
Belum ada yang mengaku bertanggung jawab atas insiden ledakan dua bom teresebut. Akan tetapi, pihak militer menyebut kelompok milisi Abu Sayyaf adalah pihak yang ”paling mungkin” berada di balik insiden tersebut.
Minggu lalu, para pejabat militer mengatakan bahwa Komandan Milisi Abu Sayyaf Mundi Sawadjaan berencana meledakkan bom di Sulu oleh dua pelaku bom bunuh diri perempuan. Sejak Juni lalu, militer Filipina melancarkan operasi rahasia untuk mencari dan menangkap Sawadjaan dan dua orang yang disiapkan jadi pelaku bom bunuh diri.
Terdaftar sebagai organisasi teroris, Abu Sayyaf merupakan jejaring dari NIIS yang bertanggung jawab atas serangan teroris terburuk di Filipina, seperti penculikan wisatawan asing.
Dua ledakan di Jolo ini terjadi setelah penangkapan pemimpin kelompok Abu Sayyaf Mindanao, Abduljihad Susukan, awal Agustus 2020, yang dituduh telah melakukan penculikan dan pemenggalan wisatawan asing. Susukan didakwa atas 23 pembunuhan, lima penculikan, dan enam upaya pembunuhan.
Aparat keamanan telah diperingatkan akan kemungkinan serangan balasan dari kelompok Abu Sayyaf.
Dalam catatan Kompas, insiden ledakan bom pernah terjadi pada 27 Januari 2019 menewaskan 20 orang dan melukai 81 orang lainnya. Dua bom bunuh diri meledak secara beruntun di Gereja Katedral Jolo. Dua ledakan yang terjadi Senin ini terjadi di dekat lokasi ledakan tahun 2019 tersebut.
Kekerasan di Filipina selatan pun berlanjut. Setelah gereja di Jolo, giliran masjid di Zamboanga yang menjadi sasaran peledakan bom, 20 Januari 2019 dini hari. Ledakan itu menewaskan dua orang dan melukai empat orang lainnya. Para korban diketahui berasal dari Basilan dan provinsi lain di sekitarnya. (AFP/AP)