Harga Vaksin Covid-19 Sinopharm Termahal
Harga menjadi persoalan tersendiri ketika beberapa calon vaksin Covid-19 sudah memasuki tahap uji klinis fase III. Harga yang mahal akan menyulitkan negara miskin untuk mengakses vaksin nantinya.
BEIJING, JUMAT – Pemimpin China National Pharmaceutical Group atau Sinopharm Liu Jingzhen menyebutkan, harga calon vaksin Covid-19 yang dikembangkan China National Biotec Group, salah satu unit Sinopharm, takkan lebih dari 1.000 yuan atau sekitar Rp 2,1 juta untuk dua dosis.
Namun, harga tersebut masih yang tertinggi dibandingkan perusahaan farmasi pembuat calon vaksin penyakit Covid-19.
Menurut South China Morning Post (SMCP), Kamis (20/8/2020), harga di atas merupakan yang tertinggi dibandingkan kompetitor lainnya di dunia. Namun, Liu seperti dikutip Guangming Daily, berkata, ”Harganya takkan terlalu mahal. Harganya beberapa ratus yuan satu dosis. Dua dosis tak sampai 1.000 yuan.”
Liu tidak menjelaskan apakah harga itu adalah harga satuan atau harga untuk pembelian yang banyak. Selain itu, tidak dijelaskan apakah program jaminan kesehatan China akan menanggung sebagian biaya vaksinasi atau sudah termasuk dalam program imunisasi nasional yang gratis untuk seluruh warga China.
Baca juga: China Akan Berbagi Vaksin Covid-19 pada Negara Lain dengan harga Terjangkai
Belum pasti juga apakah harga yang dipatok Sinopharm akan memengaruhi harga calon vaksin Covid-19 yang dikembangkan oleh perusahaan China lainnya, CanSino dan Sinovac. Indonesia sedang menjajaki kerja sama dengan dua perusahaan ini, setelah Sinovac menguji coba calon vaksinnya dalam kerja sama dengan Bio Farma.
Pakar vaksin di Shanghai, Tao Lina, terkejut dengan harga calon vaksin Covid-19 dari Sinopharm yang lebih mahal dari perusahaan farmasi Barat. Hal itu mengindikasikan kemungkinan bahwa China tidak memasukkan vaksin Covid-19 ke dalam program vaksinasi gratisnya. Belum ada komentar resmi China terkait harga dari Sinopharm itu.
Menurut SCMP, karena pandemi, sejumlah raksasa farmasi, termasuk AstraZeneca dan Johnson & Johnson, memegang teguh prinsip nirlaba dan menyebutkan harga yang rendah bagi calon vaksin Covid-19 mereka. Namun, di saat yang sama mereka juga mendapat suntikan dana dari Pemerintah AS dan Inggris.
Perusahaan farmasi lain, seperti Moderna, Pfizer, dan Merck, berharap mendapat keuntungan dari penjualan vaksin Covid-19. Sejauh ini, harga calon vaksin Covid-19 termurah dikembangkan Universitas Oxford dan AstraZeneca, Inggris, yakni 4 dollar AS atau Rp 59.000 per dosis untuk pemerintah. Calon vaksin Oxford-AstraZeneca adalah salah satu terdepan di dunia.
Baca juga: Calon Vaksin Covid-19 dari China Mulai Diuji di Brasil
Harga calon vaksin Covid-19 yang dikembangkan perusahaan farmasi lain dijual bervariasi, ada yang dijual tidak lebih dari 13 dollar AS per dosis. Namun, awal Agustus ini, Moderna menyebutkan, calon vaksin Covid-19 mereka dihargai 37 dollar AS per dosis untuk pembelian dalam jumlah kecil.
Harga relatif tinggi disebabkan produksinya yang sedikit. Pfizer menjual 20 dollar AS per dosis.
Sinopharm menyatakan bahwa calon vaksin potensialnya kemungkinan besar sudah tersedia mulai akhir tahun 2020. Kini, calon vaksin itu masih diuji klinis di Uni Emirat Arab dengan melibatkan 15.000 partisipan.
Pada akun media sosial WeChat, Sinopharm juga mengumumkan, otoritas kesehatan di Peru dan Maroko telah menyetujui uji klinis fase III calon vaksin potensial mereka. Izin uji klinis dengan melibatkan 6.000 partisipan dari otoritas Bahrain juga sudah dimiliki.
Uji klinis fase III yang biasanya melibatkan ribuan partisipan bertujuan untuk mengetahui keamanan dan efektivitas calon vaksin sebelum kemudian mendapatkan persetujuan dari otoritas kesehatan.
Sementara itu, di Amerika Latin, Meksiko akan menerima setidaknya 2.000 dosis calon vaksin Covid-19 potensial dari Rusia untuk diuji.
“Meksiko ditawari paling tidak 2.000 dosis calon vaksin untuk uji klinis, ini jadi berita baik karena sekali lagi kita mengulur waktu,” kata Menteri Luar Negeri Meksiko Marcelo Ebrard, Kamis (20/8/2020).
Sebelumnya, Rabu (19/8/2020), Pemerintah Meksiko menyampaikan kepada Moskwa bahwa mereka siap melakukan uji klinis fase III calon vaksin Covid-19 buatan Rusia sebagai bagian dari upaya negara-negara Amerika Latin untuk mengamankan kebutuhan vaksin Covid-19 sejak awal.
Baca juga: Calon Vaksin Covid-19 dari Oxford-AstraZeneca Menggembirakan
Agar disetujui otoritas kesehatan Meksiko uji klinis calon vaksin buatan Gamaleya Research Institute, Rusia itu harus melibatkan lebih dari 40.000 partisipan dan akan diawasi oleh badan riset luar negeri. Rencananya uji klinis calon vaksin yang diberi nama Sputnik V itu dimulai minggu depan.
Selama ini Pemerintahan Presiden Meksiko Andres Lopez Obrador sedang berupaya mendapatkan vaksin Covid-19 sesegera mungkin. Pemerintah Meksiko telah sepakat untuk membantu produksi calon vaksin Covid-19 yang dikembangkan Oxford/ AstraZeneca untuk memenuhi kebutuhan pasar Amerika Latin.
Selain itu, Meksiko juga sedang bersiap melakukan uji klinis fase III calon vaksin Covid-19 yang dikembangkan perusahaan farmasi Johnson & Johnson dan dua perusahaan asal China.
Meksiko telah melaporkan total 537.031 kasus Covid-19 dengan 58.481 kasus meninggal. Dengan jumlah kasus meninggal itu Meksiko menjadi negara ketiga di dunia dengan jumlah kasus meninggal akibat Covid-19 tertinggi di dunia.
Kebutuhan Indonesia
Menteri Luar Negeri RI Retno LP Marsudi, Kamis, dalam penjelasannya menyebutkan, dia dan pejabat terkait RI berada di Hainan dan telah bertemu Menlu China Wang Yi. Mereka melakukan pertemuan dengan sejumlah industri manufaktur vaksin, yaitu Sinovac, Sinopharm, dan CanSino.
Disebutkan, pertemuan itu bagian dari komitmen yang dimulai sejak beberapa waktu lalu. Komunikasi seperti ini terus dilakukan dengan beberapa pihak lainnya di luar China untuk memperoleh hasil lebih baik di tengah kompetisi yang sangat ketat di antara negara-negara di dunia.
Bio Farma dipastikan akan mendapatkan 50 juta konsentrat vaksin Covid-19 dari Sinovac hingga Maret 2021. Kepastian ini menandai transformasi industri kesehatan yang dilaksanakan di antara kedua perusahaan tersebut.
Menurut informasi dari Bio Farma di Bandung, kemarin, penandatanganan perjanjian dilaksanakan di Hainan, China, Kamis (20/8), antara Direktur Utama Bio Farma Honesti Basyir dan General Manager Sinovac Gao Xiang. Momen ini disaksikan Menteri BUMN Erick Thohir dan Retno Marsudi.
Baca juga: Uji Klinis Dimulai Besok, 20 Sukarelawan di Bandung Akan Disuntik Kandidat Vaksin Covid-19
Direktur Utama Bio Farma Honesti Basyir mengatakan, Bio Farma dan Sinovac sudah menandatangani kesepakatan tentang penyediaan bahan aktif (bulk) vaksin Covid-19 ready to fill (RTF). Sebagai tahap awal, 10 juta dosis bulk vaksin Covid-19 akan dikirimkan Sinovac pada November 2020.
Juru bicara pemerintah untuk penanganan Covid-19, Wiku Adisasmito, Jumat (21/8), di Jakarta, mengatakan, pemerintah sedang menyiapkan kapasitas produksi vaksin dan peralatan pendukung yang dibutuhkan ketika vaksin Covid-19 siap diproduksi massal. Berbagai antisipasi disiapkan untuk mengatasi kemungkinan terjadinya kendala dalam distribusi ke masyarakat.
Pelaksana Tugas Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan Slamet dalam keterangan resmi menyampaikan, kolaborasi dan kerja sama antarnegara di dunia semakin penting, baik dalam penyediaan sarana kesehatan maupun riset bersama untuk menemukan vaksin Covid-19. (TAN/RTG/REUTERS)