Sekte Keagamaan Jadi Kluster Penyebaran Baru Korona di Korsel
Para pemimpin sekte agama di Korea Selatan dianggap bertanggung jawab atas kemunculan kluster baru penyebaran Covid-19 di negara itu. Pemerintah akan menindak tegas mereka.
Oleh
Mahdi Muhammad
·3 menit baca
SEOUL, MINGGU — Pemerintah Korea Selatan menuduh pemimpin sekte agama tertentu telah melanggar aturan isolasi diri, pembatasan jarak sosial, dan menghalangi penyelidikan di tengah lonjakan kasus baru di negara ini. Pemerintah akan menindak para pemimpin sekte keagamaan.
Dilaporkan, pemimpin sekte keagamaan menghalangi petugas dalam menelusuri anggota mereka yang terpapar Covid-19. Pemerintah menilai, tindakan para pemimpin sekte agama dan pengikutnya tidak bertanggung jawab serta mengancam upaya pemerintah mencegah penyebarluasan Covid-19.
Menurut kantor berita Yonhap, Minggu (16/8/2020), Presiden Korsel Moon Jae-in memperingatkan, pihaknya akan mengambil tindakan tegas terhadap para pemimpin sekte agama itu dan para pengikutnya. Sebab, mereka diduga kuat telah menghalangi upaya pemerintah.
”Tindakan mereka sangat tidak masuk akal, menghambat upaya seluruh rakyat untuk menahan penyebaran virus. Ini tindakan yang tidak dapat dimaafkan dan mengancam kehidupan masyarakat,” kata Moon.
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Korsel, Minggu, melaporkan 279 kasus baru atau dua kali lipat dibandingkan dengan kasus baru pada Jumat (14/8/2020) yang berjumlah 103 kasus. Dari kasus baru itu, 267 kasus infeksi di antaranya merupakan hasil penularan lokal.
Jumlah kasus yang terjadi kali ini merupakan lonjakan kasus tertinggi sejak 8 Maret lalu. Penambahan kasus kali ini juga menandai pertumbuhan kasus sebanyak tiga digit selama tiga hari berturut-turut sejak Jumat kemarin yang membuat pemerintah menaikkan level kesiagaan ke level dua dari tiga level.
Kenaikan jumlah infeksi di Korsel tidak terlepas dari kegiatan ibadah di Gereja Sarang Jeil, di utara Seoul. Laporan pada Minggu siang, menurut kantor berita Yonhap, otoritas kesehatan menemukan 249 kasus baru di kluster ini.
Sementara di Gereja Woori Jeil, yang terletak di Yongin, selatan Seoul, otoritas menemukan 126 kasus warga positif terpapar Covid-19.
Temuan kasus baru tidak terlepas dari demonstrasi, Sabtu (15/8/2020), yang melibatkan lebih dari 10.000 orang di pusat Seoul, yang juga dihadiri oleh Jun Kwang-hoon, pendeta pemimpin Gereja Sarang Jeil beserta para pengikutnya.
Moon menyatakan, adanya demonstrasi tersebut membuat pemerintah dan otoritas kesehatan harus bersiap-siap adanya kemungkinan lonjakan kasus baru pascademonstrasi.
”Kita berada pada titik kritis karena sejumlah besar kasus baru diperkirakan akan dilaporkan untuk beberapa waktu mendatang,” kata Moon
Mengenai rumah ibadah yang menjadi kluster kasus baru, Pemerintah Korsel akan mendesak pihak berwenang untuk menindak Jun dan para pengikutnya atas kelalaian mengikuti aturan karantina atau isolasi di tengah pandemi ini.
Tidak hanya itu, Pendeta Jun juga diduga menghambat upaya pemerintah mencegah penyebaran kasus Covid-19. Ia, misalnya, mengirimkan daftar palsu anggotanya yang diduga terpapar virus kepada otoritas kesehatan dan pemerintah.
”Pendeta Jun melanggar aturan isolasi diri dan menyebarkan informasi palsu dengan sengaja menunda tes virus untuk anggota gereja,” kata penjabat Wali Kota Seo Jeong-hyup dalam jumpa pers, Minggu.
Dalam laporan media baru-baru ini, Jun mengklaim bahwa infeksi Covid-19 di antara anggota gerejanya tampaknya disebabkan ”teror virus oleh kekuatan luar”.
Sebanyak 4.066 anggota jemaat diharuskan menjalani tes virus, tetapi pihak berwenang gagal menjangkau 669 orang, menurut pemerintah kota.
Pemerintah Korsel, awal Agustus kemarin, menangkap Lee Man-hee, pemimpin sekte Kristen rahasia, setelah dia diduga menyembunyikan informasi penting untuk melacak keberadaan anggotanya yang terpapar Covid-19.
Lee, pemimpin Gereja Shincheonji Yesus, diduga bertanggung jawab atas 5.200 anggotanya yang terpapar virus SARS-CoV-2, penyebab Covid-19, atau 36 persen total kasus di Korsel.
Jaksa penuntut menuduh pria berusia 89 tahun itu bersekongkol dengan para pemimpin sekte lainnya untuk menyembunyikan informasi dari pihak berwenang selama puncak wabah di antara lebih dari 200.000 pengikutnya.