Reformasi Lebanon Jadi Syarat bagi Bantuan Keuangan
Wakil Menteri Negeri AS untuk Urusan Politik David Hale mengatakan, Lebanon membutuhkan reformasi ekonomi dan fiskal untuk mengakhiri pemerintahan yang tidak berfungsi.
Oleh
Benny Dwi Koestanto
·4 menit baca
BEIRUT, MINGGU — Amerika Serikat, Sabtu (15/8/2020), menyerukan penyelidikan transparan dan kredibel atas peristiwa ledakan dahsyat di Pelabuhan Beirut, ibu kota Lebanon. Beirut hanya akan mendapatkan dukungan keuangan jika para pemimpinnya berkomitmen untuk mereformasi Lebanon.
Ledakan pada 4 Agustus 2020 itu menewaskan sedikitnya 178 orang, melukai sekitar 6.000 orang, dan menyebabkan 300.000 warga lainnya kehilangan tempat tinggal. Otoritas Beirut menyatakan, ledakan itu disebabkan oleh ledakan 2.750 ton amonium nitrat yang telah disimpan di gudang Pelabuhan Beirut selama bertahun-tahun.
Sejumlah pihak menyerukan penyelidikan menyeluruh atas ledakan tersebut. Masyarakat Lebanon juga menyerukan hal serupa dan perubahan penyelenggaraan pemerintahan negara itu.
Dalam kunjungannya di Beirut, Wakil Menteri Luar Negeri AS untuk Urusan Politik David Hale mengatakan, Lebanon membutuhkan reformasi ekonomi dan fiskal untuk mengakhiri pemerintahan yang tidak berfungsi.
”Kita tidak pernah bisa kembali ke era di mana segala sesuatu yang terjadi di pelabuhan atau perbatasan Lebanon mendorong kita ke situasi seperti saat-saat ini,” kata Hale setelah mengunjungi Pelabuhan Beirut, Sabtu.
Hale memastikan sejumlah agen Biro Investigasi Federal AS (FBI) akan tiba akhir pekan ini di Beirut. Mereka datang atas undangan Lebanon untuk membantu menyelidiki apa yang menyebabkan ledakan tersebut.
Ledakan dahsyat di Lebanon telah memicu kemarahan publik terhadap politisi yang berkuasa di negara itu. Mereka sebelumnya sudah menghadapi kritik dan tekanan keras atas krisis keuangan yang mendera Lebanon. Mata uang Lebanon jatuh, menghancurkan nilai simpanan sebagian warga dan membuat warga yang memiliki tabungan tidak dapat menarik uang mereka dari bank-bank.
”Ketika kami melihat para pemimpin Lebanon berkomitmen untuk perubahan nyata, kata dan perbuatan, AS dan mitra internasionalnya akan menanggapi reformasi sistemik dengan dukungan keuangan yang berkelanjutan,” kata Hale. ”Permintaan di kalangan warga menuntuk perubahan nyata sangat jelas.”
Fokus pada penyelidikan
Presiden Lebanon Michel Aoun mengatakan, penyelidikan akan fokus untuk memastikan penyebab ledakan itu. Akan dipastikan apakah peristiwa itu terjadi sebagai akibat dari kelalaian, kecelakaan murni, atau karena adanya gangguan eksternal alias asing.
Spekulasi menyebutkan pihak tertentu harus bertanggung jawab atas peristiwa itu karena mereka yang dinilai mempersiapkan hingga melakukan aksi yang berujung terjadinya ledakan tersebut.
Namun, di kalangan warga berkembang juga apatisme bahwa penyelidikan akan sampai pada simpulan siapa yang bertanggung jawab atas peristiwa itu. Ini semata menggambarkan tingginya tingkat ketidakpercayaan warga pada pemerintah setempat.
”Mereka tidak akan melakukan apa pun dalam penyelidikan dan seluruh dunia tahu itu,” kata pelukis Mohammed Khodr saat terlihat membantu memperbaiki sebuah restoran yang rusak akibat ledakan tersebut.
Kelompok Hezbollah Lebanon, sebuah kelompok bersenjata dan didukung Iran, mengatakan, Jumat (14/8/2020), pihaknya akan menunggu hasil penyelidikan resmi Lebanon atas ledakan itu.
Hezbollah terdaftar sebagai organisasi teroris oleh Pemerintah AS. Pemimpin Hezbollah Sayyed Hassan Nasrallah mengingatkan kemungkinan campur tangan asing akan mengubah sikap kelompok itu.
Disebutkan Nasrallah, jika ternyata penyelidikan itu membuktikan peristiwa ledakan tersebut adalah akibat sabotase Israel, maka harus ada balasan bagi pelakunya.
”Harus ada yang membayar dengan harga yang sama,” kata Nasrallah dalam sebuah pidato yang disiarkan televisi. Israel membantah berada di belakang peristiwa itu.
Nasrallah juga mengatakan, kelompoknya menentang penyelidikan internasional atas peristiwa itu. Sebab, menurut dia, tujuan pertama penyelidikan itu semata adalah untuk ”menjauhkan Israel dari tanggung jawab apa pun atas ledakan ini, itu jika ada pihak yang bertanggung jawab”. Dia mengatakan, keikutsertaan FBI dalam penyelidikan itu hanya akan memiliki tujuan yang sama.
Kekosongan politik
Ledakan di Beirut telah mengantarkan Lebanon pada kekosongan politik baru sejak pengunduran diri pemerintah, yang dibentuk pada Januari dengan dukungan dari Hezbollah dan sekutunya, termasuk Aoun.
Pendeta Kristen paling senior di Lebanon mengatakan, orang-orang Lebanon telah kehabisan kesabaran terhadap para politisi yang berkuasa. Dalam intervensi terkuatnya sejak ledakan itu, pemimpin Gereja Maronit, Boutros Al-Rai, mengatakan, gereja berhak untuk memveto proposal apa pun yang dapat membahayakan Lebanon.
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) meluncurkan permohonan bantuan untuk Lebanon senilai 565 juta dollar AS pada Jumat. Koordinator Kemanusiaan PBB Najat Rochdi menyatakan, prioritas bantuan itu akan digunakan untuk menstabilkan pasokan biji-bijian. Sebab, ledakan itu telah menghancurkan satu-satunya pusat penyimpanan biji-bijian berbasis pelabuhan di Lebanon.
Hale mengatakan, Pemerintah AS telah menyumbangkan 18 juta dollar AS sebagai bantuan sejak peristiwa ledakan itu. Washington juga mengaku siap bekerja dengan Kongres untuk menjanjikan dana tambahan hingga 30 juta dollar AS. Bantuan itu dinilai cukup untuk memungkinkan aliran biji-bijian melalui Pelabuhan Beirut secara cepat dan sementara sifatnya. (AFP/REUTERS)