Ketegangan dipicu keputusan Turki mengerahkan kapal pencari sumber minyak dan gas di Laut Tengah. Yunani dan Siprus menuding, kapal itu berada di perairan mereka.
Oleh
kris mada
·3 menit baca
ATHENA, SABTU — Uni Eropa gagal bersikap tegas soal ketegangan di Laut Tengah. Mereka hanya menunjukkan solidaritas penuh dengan Yunani dan Siprus yang sedang bersitegang dengan Turki gara-gara rebutan sumber daya di Laut Tengah.
Uni Eropa menggelar rapat darurat pada Jumat (14/8/2020). Rapat itu untuk menyikapi ketegangan Yunani dan Siprus, dua anggota Uni Eropa (UE) di Laut Tengah, dengan Turki. Ketegangan itu dipicu keputusan Turki yang mengerahkan kapal pencari sumber minyak dan gas di Laut Tengah. Yunani dan Siprus menuding, kapal itu berada di perairan mereka.
Belakangan, Perancis mengirimkan sejumlah jet tempur dan kapal perang ke Laut Tengah sebagai solidaritas sesama anggota UE. Ankara marah dengan keputusan Paris dan menyatakan siap membalas. Ankara menuntut Paris menarik aset militernya dari Laut Tengah.
Seperti mayoritas anggota UE, Turki adalah anggota Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO). Ankara juga sudah bertahun-tahun mencoba melamar menjadi anggota UE. Namun, sampai sekarang pendaftaran itu belum dikabulkan UE. ”Solidaritas penuh untuk Yunani dan Siprus. Mendorong peredaan ketegangan segera oleh Turki dan kembali berdialog,” demikian ditulis Kepala Kebijakan Luar Negeri UE Joseph Borrell.
Menteri Luar Negeri (Menlu) Yunani Nikos Dendias mengatakan gembira dengan solidaritas yang ditunjukkan para mitra di UE. Athena juga lega karena UE mengecam tindakan Ankara yang dinilai ilegal. ”Hanya Turki yang bertanggung jawab atas ketegangan di Laut Tengah dan seharusnya segera meninggalkan landas kontinen Yunani. Ini syarat peredaan ketegangan,” ujarnya.
Ia mengatakan, Athena siap berdialog dengan Ankara. Namun, Athena akan menolak semua tekanan dan pemerasan.
Sementara Presiden Perancis Emmanuel Macron dan Presiden Amerika Serikat Donald Trump hanya menyatakan keprihatinan atas peningkatan ketegangan di kawasan itu. Adapun Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengindikasikan Ankara akan meredakan ketegangan selepas 23 Agustus 2020. Sampai tanggal itu, kapal Ankara melanjutkan eksplorasi di lokasi yang disasar.
Erdogan mengatakan itu setelah ditelepon Kanselir Jerman Angela Merkel. Sepanjang semester II-2020, Jerman sedang menjadi ketua bergilir UE. Menlu Jerman Heiko Maas mengatakan, provokasi di Laut Tengah tidak boleh berlanjut. ”Demikian pula pengeboran Turki. Kami akan mengupayakan dialog di antara para pihak untuk mencari penyelesaian,” ujarnya.
Adapun Menteri Pertahanan Turki Hulusi Akar tetap menunjukkan sikap keras. ”Tidak ada intervensi terhadap kapal kami yang didiamkan. Kami ingin semua tahu bahwa kami tidak meminggirkan masalah ini. Kami teguh melindungi hak dan kepentingan di laut dan akan melakukan apa pun yang diperlukan. Turki tidak masuk ke tanah siapa pun,” tuturnya.
Ia balik menuding Yunani tidak mematuhi hukum internasional. Perjanjian perbatasan maritim yang dibuat Yunani dengan Mesir dinilai Turki tidak sesuai dengan hukum internasional.
Ketegangan lama
Komentar Akar menunjukkan lagi ketegangan lama Turki dengan Yunani dan Siprus. Dengan Siprus, Turki bersitegang karena menyokong perpecahan negara itu. Turki menyerbu Siprus pada 1974. Ankara beralasan menyokong aspirasi warga yang berada di bagian utara Pulau Siprus.
Sampai sekarang, hanya Ankara yang mengakui keberadaan Republik Siprus Utara. Sementara komunitas internasional hanya mengakui Siprus sebagai satu-satunya negara di pulau yang terletak di barat Lebanon dan selatan Yunani itu.
Athena menuding Ankara terus mempertahankan tentara di bagian utara Siprus. Penempatan itu dinilai sebagai ancaman terhadap Yunani. Adapun Turki menuding Yunani menempatkan tentara di pulau-pulau, seperti Kastellorizo dan Dodecanese, yang seharusnya tidak boleh ada militer menurut perjanjian pada 1923.
Ketegangan di antara kedua negara juga sampai ke pengerahan jet-jet tempur. Pada 2006, pilot Yunani tewas setelah pesawatnya bertabrakan dengan pesawat Turki di Laut Tengah. Turki bolak-balik mengerahkan jet tempur ke bagian Laut Tengah yang diklaim Yunani. Sebaliknya, Athena juga kerap mengejar pesawat-pesawat Ankara.
Ankara dan Athena juga bersengketa puluhan tahun soal perbatasan maritim dan zona ekonomi ekslusif (ZEE). Penemuan ladang-ladang gas raksasa di Laut Tengah membuat sengketa semakin memanas. Sejak 2002, Ankara dan Athena telah berusaha berdialog. Akan tetapi, sampai sekarang belum ada hasil. Athena mengatakan siap menyelesaikan masalah perbatasan di Mahkamah Internasional. Sementara Ankara tidak menanggapi soal itu. (AFP/REUTERS)