Sejumlah negara makin agresif mengamankan ketersediaan vaksin Covid-19 bagi warga masing-masing. Setelah Inggris dan Amerika Serikat, Uni Eropa tak mau ketinggalan menjalin kesepakatan dengan perusahaan pembuat vaksin.
Oleh
ADHITYA RAMADHAN
·3 menit baca
BRUSSELS, JUMAT — Upaya negara-negara maju mengamankan kebutuhan vaksin Covid-19 kian tak terbendung. Setelah Amerika Serikat dan Inggris, kini negara-negara Eropa lewat Komisi Eropa mengamankan pasokan vaksin mereka.
Komisi Eropa, yang melakukan negosiasi atas nama 27 negara Uni Eropa (UE), telah mencapai kesepakatan untuk membeli sedikitnya 300 juta dosis calon vaksin Covid-19 dari perusahaan farmasi Inggris, AstraZeneca, Jumat (14/8/2020). Kesepakatan itu termasuk opsi untuk membeli tambahan 100 juta dosis bilamana vaksin tersebut aman dan efektif untuk mencegah infeksi virus korona.
”Hari ini, setelah negosiasi berminggu-minggu, kami memiliki Kesepakatan Pengadaan Awal Uni Eropa untuk calon vaksin,” kata Komisioner Kesehatan UE Stella Kyriakides. Namun, tidak dijelaskan apa saja ketentuan dalam kesepakatan pembelian tersebut.
Kesepakatan pembelian UE dengan AstraZeneca itu dicapai setelah Aliansi Vaksin Inklusif (IVA) Eropa yang terdiri dari Perancis, Jerman, Italia, dan Belanda juga mengamankan pesanan vaksin pada AstraZeneca.
Selama ini, Inggris dan AS merupakan dua negara yang terdepan dalam mencari dan mengamankan calon vaksin Covid-19 di seluruh dunia ketika berbagai perusahaan farmasi telah memasuki tahap akhir uji klinis pengembangan vaksin Covid-19. Masing-masing negara telah mengamankan kesepakatan pembelian bersama enam perusahaan farmasi.
Inggris, misalnya, akan membeli calon vaksin Covid-19 dari perusahaan farmasi AS, Johnson & Johnson dan Novavax Inc. Semua kesepakatan pembelian yang dilakukan Inggris membuat negara ini mengamankan 362 juta dosis vaksin untuk 66 juta jiwa penduduknya.
Johnson & Johnson mengatakan, anak perusahaannya, Janssen Pharmaceutica, akan memasok Pemerintah Inggris 30 juta dosis calon vaksin Covid-19 mereka, yakni Ad26.COV2.S, dalam skema penggunaan darurat nirlaba. Sementara melalui perjanjian pembelian, Pemerintah Inggris memiliki opsi membeli hingga 22 juta dosis vaksin.
Adapun perusahaan farmasi AS lainnya, Novavax Inc, juga menyatakan bahwa Inggris akan membeli 60 juta dosis calon vaksin Covid-19 mereka, yaitu NVX-CoV2373. Novavax akan mulai mengirim NVX-CoV2373 pada kuartal I-2021.
Novavax dan Inggris juga akan berkolaborasi melakukan uji klinis fase III untuk mengetahui keamanan dan efektivitas calon vaksin dengan melibatkan sekitar 9.000 partisipan dewasa berusia 18-85 tahun di Inggris. Uji klinis tersebut kemungkinan dimulai pada kuartal III-2020.
Novavax sendiri bermitra dengan Fujifilm Diosynth Biotechnologies untuk membuat komponen antigen dari calon vaksin Covid-19 yang dikembangkannya. Fasilitas produksi Fujifilm di Inggris akan bisa memproduksi vaksin Covid-19 sebanyak 180 juta dosis dalam setahun.
Di samping itu, Novavax juga bersiap mengirimkan 100 juta dosis ke AS pada Januari 2021 menyusul suntikan dana 1,6 miliar dollar AS dari Pemerintah AS untuk membiayai uji klinis dan produksi calon vaksin.
Pada uji klinis tahap awal, pemberian dua dosis NVX-CoV2373 pada orang sehat telah memunculkan antibodi yang lebih banyak dibandingkan pada pasien Covid-19 yang telah pulih. Secara umum, calon vaksin ini dapat ”ditoleransi”.
Novavax telah menerima pendanaan sebesar 2 miliar dollar AS—sebanyak 384 juta dollar AS di antaranya berasal dari Koalisi untuk Inovasi Kesiapsiagaan epidemi (CEPI)—untuk mengembangkan vaksin Covid-19.
Vaksin Rusia
Di Asia, Vietnam telah menyatakan diri akan membeli vaksin Covid-19 yang dikembangkan oleh Gamaleya Research Institute, Rusia, meski para pakar kesehatan internasional meragukan keamanan dan efektivitas vaksin ini karena belum selesai menjalani uji klinis tahap III yang seharusnya.
”Sementara itu, Vietnam juga tetap akan mengembangkan calon vaksin Covid-19 sendiri,” demikian seperti dilaporkan televisi pemerintah, Vietnam Television (VTV), mengutip pernyataan Kementerian Kesehatan Vietnam.
Koran Tuoi Tre melaporkan bahwa Vietnam telah menandatangani perjanjian pembelian 50-150 juta dosis vaksin Covid-19 buatan Gamaleya Research Institute. Sebagian dosis vaksin itu merupakan ”bantuan” dari Rusia.
Kementerian Kesehatan Vietnam tidak menyebutkan kapan mereka akan menerima vaksin tersebut atau berapa nilai pembelian yang disepakati. (REUTERS)