Pemerintah Afghanistan dan Taliban Saling Bebaskan Tahanan
Pemerintah Afganistan dan Taliban saling membebaskan tahanan satu sama lain dan membukakan jalan bagi negosiasi damai antar-Afganistan.
Oleh
ADHITYA RAMADHAN
·3 menit baca
KABUL, JUMAT – Afghanistan telah membebaskan 80 orang tahanan Taliban yang merupakan tahap awal dari pembebasan 400 tahanan Taliban. Langkah ini membuka jalan bagi negosiasi pihak-pihak yang bertikai dalam konflik berkepanjangan di Afghanistan.
Hal tersebut diumumkan oleh jurubicara Dewan Keamanan Nasional Afghanistan Javid Faisal, Jumat (14/8/2020).
Sementara para pejabat Taliban yang berbicara anonim karena tidak berwenang berbicara kepada media, menyebutkan, 86 orang tahanan telah dibebaskan. Belum diketahui kapan tahanan lainnya akan dibebaskan.
Pembebasan tahanan oleh kedua pihak itu adalah bagian dari kesepakatan antara Amerika Serikat dan Taliban yang ditandatangani pada Februari 2020. Kesepakatan itu menyerukan pembebasan 5.000 orang Taliban yang ditahan pemerintah dan 1.000 orang personel pemerintah dan militer yang ditahan oleh Taliban sebagai itikad baik negosiasi antar-Afghanistan.
Negosiasi antar-Afghanistan sendiri kemungkinan akan digelar di Qatar. Menurut sejumlah pemimpin Afghanistan, negosiasi kemungkinan digelar pada 20 Agustus 2020 mendatang.
Negosiasi itu bertujuan untuk meletakkan kerangka kerja pascaperang Afganistan. Utusan Khusus Washington untuk Perdamaian Afghanistan Zalmay Khalilzad menghabiskan waktu 1,5 tahun untuk menegosiasikan kesepakatan damai itu yang memungkinkan penarikan mundur pasukan AS dari Afghanistan dan mengakhiri keterlibatan militer AS terlama dalam perang di Afghanistan.
Pasukan AS telah mulai meninggalkan Afghanistan dan pada November 2020 nantin hanya menyisakan kurang dari 5.000 personel atau berkurang jauh dari sebelumnya berjumlah hampir 13.000 orang ketika kesepakatan ditandatangani pada Februari 2020 lalu.
Dalam pernyataannya, Departemen Pertahanan AS, menyebutkan bahwa dalam empat bulan ke depan AS akan terus menarik pasukannya dari Afghanistan sesuai dengan kondisi negara itu. “Perkiraan kami jumlah pasukan AS di Afghanistan tidak akan sampai 5.000 personel pada akhir November nanti.”
“Seperti biasa, penarikan itu tetap mempertimbangkan kondisi yang ada dan tetap dilakukan setelah berkonsultasi dengan Kongres dan koordinasi langsung dengan NATO dan sekutu lainnya,” tulis Pentagon. “Kehadiran militer AS di Afghanistan tetap fokus pada kemampuannya, bukan jumlahnya.”
Penarikan mundur pasukan AS dan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) itu mengandalkan Taliban menepati komitmennya untuk tidak membiarkan kelompok militer menggunakan Afghanistan untuk melawan AS dan sekutunya. Penarikan pasukan ini tidak terkait dengan keberhasilan negosiasi antar-Afghanistan.
Pekan lalu, Presiden Afghanistan Ashraf Ghani mengadakan pertemuan dewan tradisional yang dikenal dengan loya jirga untuk mencapai konsensus pembebasan 400 Taliban yang ditahan atas tududan kejahatan serius.
Beberapa dari 400 orang tahanan itu terlibat dalam sejumlah pemboman di Kabul. Selama pertemuan dengan Dewan Hubungan Luar Negeri yang berbasis di AS yang disiarkan di televisi Kamis pekan lalu, Ghani memeringatkan potensi bahaya yang bisa mereka munculkan terhadap perdamaian di Afghanistan.
Akan tetapi, bagi sebagian warga Afghanistan, negosiasi dengan Taliban mencerminkan negosiasi sebelumnya yang dilakukan dengan kelompok pemberontak lain termasuk panglima perang yang oleh AS disebut sebagai teroris, Gulbuddin Hekmatyar. Banyak pihak menyebut bahwa kekejaman Gulbuddin melebihi Taliban.
Tahun 2016, Ghani melakukan negosiasi damai dengan Gulbuddin yang bertanggung jawab atas sejumlah pemboman di Kabul dan serangan pada prajurit Perancis pada 2008. Salah satu klausul kesepakatan itu adalah, menghapus nama Gulbuddin dari daftar teroris Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Pada Jumat, sebuah bom kecil yang disembunyikan di sepeda motor meledak dekat masjid di Kabul saat warga melakukan salat Jumat dan melukai seorang polisi. Tidak ada yang menyatakan bertanggung jawab atas insiden ini. Pemboman yang menargetkan masjid di Afghanistan biasanya menjadi pola Negara Islam di Irak dan Suriah (NIIS).
Kelompok afiliasi NIIS di Afghanistan telah menjadi target pasukan Afghanistan, AS, dan Taliban. Seorang pejabat Departemen Pertahanan belum lama ini mengatakan bahwa kesepakatan damai dengan Taliban juga dimaksudkan untuk merekrut kelompok pemberontak dalam perlawanan terkoordinasi untuk membersihkan wilayah dari NIIS. (AP/AFP)