Palestina Merasa Dikhianati UEA
Palestina marah dan merasa dikhianati oleh pengumuman hubungan diplomatik UEA-Israel. Pengumuman itu dinilai sebagai hadiah atas kejahatan Israel. Normalisasi UEA-Israel adalah tusukan dari belakang bagi Palestina.

Presiden Palestina Mahmoud Abbas memimpin sidang kabinet Palestina di kantor pusat kepemimpinan Palestina di Ramallah, Tepi Barat, 19 Mei 2020.
RAMALLAH, JUMAT — Palestina marah dan merasa dikhianati oleh keputusan Uni Emirat Arab atau UEA menjalin hubungan diplomatik dengan Israel. UEA menjadi negara Arab ketiga, menyusul Mesir dan Jordania, yang mengakui kedaulatan dan menjalin hubungan diplomatik dengan Israel.
Kepastian normalisasi hubungan UEA-Israel diumumkan pada Kamis (13/8/2020) malam. Presiden Amerika Serikat Donald Trump, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, dan Putra Mahkota Abu Dhabi Pangeran Sheikh Mohammed bin Zayed al-Nahyan mengumumkan bahwa UEA-Israel akan menjalin hubungan diplomatik.
Otoritas Palestina menyuarakan ”penolakan dan kecaman keras” atas kesepakatan hubungan UEA dan Israel tersebut. Presiden Palestina Mahmoud Abbas menyebut kesepakatan itu sebagai ”agresi” terhadap rakyat Palestina dan sebagai ”pengkhianatan” terhadap mereka, termasuk pengkhianatan terhadap upaya Palestina menjadikan Jerusalem sebagai calon ibu kota negara yang tengah diperjuangkan.
Baca juga: Uni Emirat Arab Jalin Hubungan Diplomatik dengan Israel
”Pengumuman itu adalah hadiah atas kejahatan pendudukan Israel. Normalisasi (hubungan UEA-Israel) adalah tusukan dari belakang (pengkhianatan) bagi warga kami,” kata juru bicara Hamas, Fawzi Barhoum, Kamis malam waktu Ramallah atau Jumat dini hari WIB.

Gabungan dua foto yang dibuat, Kamis (13/8/2020), ini memperlihatkan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu di Jerusalem, 28 Mei 2017 (kiri), dan Putra Mahkota Abu Dhabi Pangeran Sheikh Mohammed bin Zayed di Berlin. UEA dan Israel mengumumkan normalisasi hubungan kedua negara.
Selepas pengumuman itu, Palestina meminta duta besarnya di UEA pulang. ”Atas permintaan Presiden Mahmoud Abbas, Kementerian Luar Negeri Palestina memutuskan segera memanggil Duta Besar untuk Uni Emirat Arab,” kata Menteri Luar Negeri Palestina Riyad al-Maliki.
Ketika ditanya apakah Otoritas Palestina atau Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) mengetahui bakal ada kesepakatan UEA-Israel itu, pejabat senior PLO Hanan Ashrawi mengatakan kepada kantor berita Reuters: ”Tidak. PLO, PA (Otoritas Palestina), kepemimpinan Palestina tidak tahu (kesepakatan) ini akan terjadi. Kami dikecoh. Pembicaraan rahasia di antara mereka kini sudah terbongkar sepenuhnya. Ini benar-benar pengkhianatan.”
Baca juga: UEA dan Ambisi Kawasan
Pernyataaan para tokoh Palestina itu menunjukkan semua kubu utama di Palestina menolak keputusan UEA mengakui kedaulatan dengan Israel. Pemimpin Hamas, Ismail Haniyeh, dikabarkan telah menelepon Abbas untuk menyikapi keputusan UEA-Israel. Sumber di kubu Fatah menyebut bahwa semua faksi Palestina menolak keputusan UEA.
Padahal, Fatah dan Hamas sudah bertahun-tahun terpecah. Fatah mengendalikan Tepi Barat, wilayah terbesar Palestina, dan merupakan pemerintahan Palestina yang diakui internasional. Adapun Hamas mengendalikan Gaza, wilayah terkecil Palestina dan terpisah 40 kilometer dari Tepi Barat.

Warga Palestina berunjuk rasa menentang rencana Israel menganeksasi wilayah di Tepi Barat dalam demonstrasi di Khan Yunis, Jalur Gaza bagian selatan, 23 Juni 2020.
Meski seluruh Palestina menolak, Bahrain dan Mesir justru menyokong perdamaian UEA-Israel. Bahrain memberi selamat kepada UEA. Presiden Mesir Abdel Fatah el-Sisi juga mengapresiasi UEA-Israel. Sisi menilai upaya itu sebagai cara menggapai kesejahteraan dan stabilisasi kawasan. Keputusan itu juga disebut sebagai langkah perdamaian yang bersejarah yang akan memajukan upaya perdamaian Timur Tengah.
Baca juga: Pejabat AS Terpecah Soal Rencana Pendudukan Israel
Bersama Jordania, Mesir telah bertahun-tahun mengakui kedaulatan dan menjalin hubungan diplomatik dengan Israel. Mesir menjalin hubungan diplomatik dengan Israel sejak 1979, sedangkan Jordania sejak 1994.
Isu solusi dua negara
Menanggapi hubungan diplomatik UEA-Israel, Menteri Luar Negeri Jordania Ayman Safadi mengatakan, kesepakatan hubungan itu akan bisa menghidupkan kembali perundingan damai yang sudah lama terhenti jika mampu melecut Israel menerima berdirinya negara Palestina di tanah yang diduduki Israel sejak Perang Arab-Israel tahun 1967. ”Jika Israel menyikapi hal itu dengan langkah tambahan mengakhiri pendudukan... (kesepakatan) itu akan mengantarkan kawasan ini menuju perdamaian,” kata Safadi dalam pernyataan tertulis yang dilansir media resmi Jordania.
Namun sebaliknya, kata Safadi, jika Israel gagal melakukan hal itu, kesepakatan UEA-Israel hanya akan memperdalam konflik Arab-Israel yang sudah berlangsung puluhan tahun dan mengancam keseluruhan kawasan. Jordania kehilangan wilayah Tepi Barat, termasuk Jerusalem Timur, yang jatuh ke tangan Israel dalam perang tahun 1967. Banyak dari 8 juta warga Jordania memiliki keturunan warga Palestina.

Pemandangan Desa Ayn al-Bayda di wilayah warga Palestina di Lembah Jordan, yang diduduki Israel, sementara di kejauhan terlihat desa-desa di wilayah Jordania di sebelah timur Sungai Jordan, 21 Juni 2020.
Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres menyatakan, dia berharap kesepakatan UEA-Israel dapat mendorong terwujudnya solusi dua negara demi perdamaian di Timur Tengah. Ia menyebut aneksasi oleh Israel secara efektif telah menutup pintu negosiasi antara Palestina dan Israel, serta menghancurkan prospek kemungkinan berdirinya Negara Palestina berdasarkan solusi dua negara.
Wakil Menteri Luar Negeri Iran Hossein Amir-Abdollahian melalui cuitan di Twitter menyebut kesepakatan UEA-Israel tidak akan menjamin perdamaian di kawasan. ”Pendekatan baru UEA menormalisasi hubungan dengan Israel yang kriminal, palsu, tidak menjamin perdamaian dan keamanan, tetapi akan memberi jalan bagi kejahatan-kejahatan zionis yang tengah berlangsung saat ini,” cuit Amir-Abdollahian.
”Perilaku Abu Dhabi tidak memiliki dasar, membalik kepentingan Palestina. Dengan kesalahan strategis itu, UEA akan ditelan oleh api zionisme.”
Cegah pendudukan
Menlu UEA Anwar Gargash coba membela diri. UEA hanya coba membangun hubungan organik yang sudah ada di berbagai sektor. ”Mari mencoba dan mendapat sesuatu yang bisa dilihat,” ujarnya.
Ia menyebut keputusan negaranya sebagai langkah penting. Keputusan itu dinyatakan akan membantu mewujudkan solusi dua negara. ”UEA memanfaatkan kekuatan dan janji dalam hubungan untuk menjinakan bom waktu yang mengancam solusi dua negara,” ujarnya.

Cahaya lampu yang menampilkan bendera Uni Emirat Arab dipancarkan ke sebuah gedung pemerintahan di kota Tel Aviv, Israel, Kamis (13/8/2020). UEA dan Israel sepakat menjalin hubungan diplomatik secara resmi dalam kesepakatan yang dimediasi Amerika Serikat.
UEA menyebut perdamaian dengan Israel sebagai cara menghentikan rencana perluasan pendudukan yang diumumkan Netanyahu. Namun, Netanyahu menyangkal hal itu dan menyatakan rencana perluasan pendudukan hanya ditunda.
Baca juga: Pendukung Israel Tolak Pencaplokan Tepi Barat
UEA juga akan segera membuka kedutaan besar di Israel. Walakin, Gargash tidak menyebutkan, apakah kedutaan itu akan dibuka di Tel Aviv atau di Jerusalem. Mayoritas negara yang mempunyai hubungan diplomatik dengan Israel membuka kedutaaan di Tel Aviv. Sementara AS membuka kedutaan di Jerusalem. Gargash juga tidak mau menyebutkan secara pasti kapan tindak lanjut dari pengumuman kemarin diwujudkan.
Upacara di Gedung Putih
Sementara Trump mengumumkan dalam tiga pekan mendatang akan ada pertemuan delegasi Israel dan UEA untuk meresmikan hubungan diplomatik kedua negara. Trump mengatakan, pemimpin UEA dan Israel akan menandatangani normalisasi hubungan di antara kedua negara di Gedung Putih, Washington DC, sekitar tiga pekan ke depan.
”Akan ada banyak lagi yang datang ke Timur Tengah. Banyak hal positif terjadi dan Anda akan menyaksikannya,” kata Trump.

Presiden AS Donald Trump mendapat aplaus dari koleganya di Gedung Putih, Washington DC, Kamis (13/8/2020), setelah mengumumkan kesepakatan damai Uni Emirat Arab dan Israel.
Trump menyebut kesepakatan UEA-Israel sangat penting. Banyak pihak kerap menyebut kesepakatan itu mustahil dicapai. ”Setelah 49 tahun, Israel dan Uni Emirat Arab akan sepenuhnya menormalkan hubungan diplomatik. Akan saling mengirim duta besar, memulai kerja sama dalam berbagai area, termasuk pariwisata, pendidikan, pelayanan kesehatan, dan keamanan. Ini benar-benar saat bersejarah,” ujarnya.
Baca juga: Israel Terpecah Soal Pendudukan Tepi Barat
Trump menyebut UEA dan Israel sebagai sekutu terpenting di Timur Tengah. Penyatuan mereka dinyatakan akan membawa hasil positif bagi perdamaian di kawasan. ”Saya berharap lebih banyak negara Arab dan negara Muslim mengikuti langkah Uni Emirat Arab,” kata Trump.
Ia mengaku sudah berunding dengan sejumlah negara lain. ”Kesepakatan ini akan memberi akses lebih besar bagi Muslim dari seluruh dunia untuk melawat ke lokasi bersejarah di Israel dan berdoa secara damai di Masjid Al Aqsa,” ujarnya. (AP/AFP/REUTERS/SAM)