Taiwan Waswas Bakal Dijadikan China sebagai ”Hong Kong” Berikutnya
Tekanan Beijing bertubi-tubi membuat Taiwan kian cemas akan dijadikan sebagai ”Hong Kong berikutnya” oleh China. Taiwan menjaga perlawanan dengan menggandeng AS.
Oleh
kris mada
·3 menit baca
TAIPEI, SELASA — Taiwan mengaku cemas dengan peningkatan tekanan oleh China. Kecemasan itu meningkat di tengah gelombang penangkapan tokoh anti-Beijing di Hong Kong. Hong Kong menegaskan, orang-orang yang ditangkap terlibat dalam gerakan mendorong sanksi bagi Hong Kong.
Menteri Luar Negeri Taiwan Joseph Wu mengatakan, warga Taiwan terus menerus merasa kebebasan mereka terancam akan diambil China. ”Kehidupan kami sehari-hari semakin sulit karena China terus menekan Taiwan agar menerima persyaratan politik, persyaratan yang akan membuat Taiwan menjadi Hong Kong,” ujarnya dalam pertemuan dengan Menteri Kesehatan dan Layanan Masyarakat AS Alex Azar, Selasa (11/8/2020), di Taipei.
Azar merupakan pejabat AS level tertinggi yang berkunjung ke Taiwan dalam empat dekade terakhir. Kunjungan itu membuat China meradang. Beijing menilai kunjungan Azar sebagai pengkhianatan terhadap komitmen AS untuk tidak menjalin kontak resmi dengan Taiwan.
Jelang pertemuan Azar dengan Presiden Taiwan Tsai Ing-wen, Senin, dua jet tempur China terbang melintasi garis tengah Selat Taiwan, sebelum ”digiring” ke luar wilayah Taiwan.
”Warga Taiwan sangat akrab dengan ancaman dalam bentuk militer, diplomasi, atau epidemi,” ujar Wu dalam pertemuan dengan Azar, Selasa.
Wu mengaku bersyukur Taiwan berteman dengan AS. Dengan demikian, Taipei bisa menjaga perlawanan di ranah internasional. ”Ini bukan sekadar status Taiwan, melainkan tentang mempertahankan demokrasi di hadapan agresi otoritarian. Taiwan harus memenangi pertarungan ini agar demokrasi bertahan,” katanya.
Kasus penangkapan Lai
Pernyataan Wu disampaikan setelah secara terpisah di Hong Kong terjadi penangkapan sejumlah orang yang dikenal anti-Beijing. Kepolisian Hong Kong mengumumkan, orang-orang itu ditangkap karena terlibat gerakan untuk mendorong sanksi asing bagi Hong Kong.
Komisaris Besar Li Kwai-wah menyebut, kelompok itu dioperasikan dua pria dan seorang wanita. Kelompok itu menggunakan rekening di bank luar negeri milik pejabat di Apple Daily, salah satu media yang dikendalikan Next Digital.
Media China, Global Times, dan media Hong Kong, South China Morning Post, melaporkan bahwa kelompok itu menerima lebih dari 1 juta dollar Hong Kong yang dikirim dari luar negeri. Kelompok itu, menurut Steve, telah beroperasi selama setahun. Walakin, perwira di Departemen Keamanan Nasional Kepolisian Hong Kong itu menyatakan, penyelidikan berujung penangkapan Senin lalu itu dimulai, 1 Juli 2020.
Penyelidikan tersebut dimulai selepas Undang-Undang Keamanan Nasional Hong Kong disahkan. Total enam orang ditangkap dalam kasus itu, salah satunya adalah Jimmy Lai yang memiliki lebih dari 70 persen saham Next Digital. Selain Lai, polisi juga menangkap sejumlah orang yang bekerja di Next Digital. Kantor Next Digital juga digeledah oleh ratusan polisi.
Wakil Ketua Asosiasi Kajian Hong Kong dan Makau Lau Siu-kai mengatakan bahwa Apple Daily tidak bisa disebut sebagai media biasa. Sebab, kata Lau kepada Global Times, Apple Daily secara aktif terlibat dalam keriuhan politik Hong Kong dan dekat dengan pihak asing. Kepolisian Hong Kong mengirimkan 16 keberatan kepada Apple Daily atas berita-berita yang dinilai tidak berimbang dan tidak memuat informasi sebenarnya.
Anggota parlemen Hong Kong yang mewakili pemilih di pasar keuangan, Christopher Cheung Wah-fung, mendesak otoritas bursa Hong Kong (SFC) menangguhkan perdagangan saham Next Digital. Dalam dua hari terakhir, saham Next Digital melonjak dari 0,09 dollar Hong Kong menjadi 1,1 dollar Hong Kong.
”Nilai saham Next Digital menunjukkan pergerakan tidak normal kemarin dan hari ini. Walakin, SFC belum bertindak. Ini perbedaan pada pendekatan SFC terhadap perusahaan itu di masa lalu dan menimbulkan pertanyaan khalayak pada kinerja SFC,” kata Innes Tang dari Politihk Social Strategic kepada South China Morning Post.
Ia mengaku telah mengajukan keberatan kepada SFC atas ketiadaan tindakan SFC pada pergerakan saham Next Digital. Pada 2018, transaksi saham Next Digital pernah dibekukan menjelang pengumuman tumpukan utang perusahaan itu.
Sementara dalam dua hari terakhir atau selepas penangkapan Lai, SFC belum bertindak atas transaksi saham Next Digital yang melonjak berkali lipat. Hampir 4,1 miliar saham Nex Digital diperdagangkan dalam dua hari terakhir.
Dukungan kepada Lai
Di forum diskusi dunia maya, seperti LIHKG dan kanal-kanal percakapan daring, muncul ajakan untuk membeli saham Next Digital sebagai bentuk dukungan kepada Lai dan orang-orang yang ditangkap. Mayoritas transaksi dilakukan dalam jumlah saham yang kecil dan di bawah 10.000 saham. Hal itu mengindikasikan saham Next Digital tidak diperdagangkan lembaga besar yang biasanya bertransaksi dengan jumlah jauh lebih banyak.
Selain di bursa, dukungan juga ditunjukkan dengan pembelian koran Apple Daily. Oplah media itu melonjak dari rata-rata 70.000 eksemplar per hari menjadi 550.000 eksemplar.
Dukungan itu membuat Next Digital menjadi perusahaan media dengan nilai 2,9 miliar dollar Hong Kong. Padahal, laporan keuangan perusahaan itu selalu buruk dalam beberapa tahun terakhir. Dalam sepuluh tahun terakhir, Next Digital mencatat kerugian total 2,7 miliar dollar Hong Kong.
Jumlah kerugian Next Digital setara dengan nilai buku perusahaan itu berdasarkan harga saham di perdagangan, Selasa. Bedanya, kerugian bernilai nyata, sementara nilai buku hanya taksiran. Perusahaan itu juga mempunyai utang ratusan juta dollar Hong Kong. Pada 2018, perusahaan itu menambah utang 485 juta dollar Hong Kong dan harus dicicil sampai 2023. (AFP/REUTERS)