Filipina Jajaki Kerja Sama Uji Klinis Vaksin Covid-19 dengan Rusia
Sebagai negara dengan kasus Covid-19 tertinggi di Asia Tenggara, Filipina berharap menjadi lokasi uji klinis calon vaksin Covid-19 dari Rusia. Presiden Rodrigo Duterte menawarkan diri untuk disuntik vaksin dari Rusia.
Oleh
ADHITYA RAMADHAN
·3 menit baca
MANILA, RABU — Para ilmuwan Filipina dijadwalkan, Rabu (12/8/2020), bertemu dengan perwakilan Gamaleya Research Institute dari Rusia yang mengembangkan vaksin Covid-19 untuk membahas kemungkinan partisipasi Filipina dalam uji klinis calon vaksin tersebut. Hal itu disampaikan Wakil Menteri Kesehatan Filipina Rosario Vergeire.
Selain membahas uji klinis, para pakar dari Filipina juga akan meminta ”dokumen lengkap” vaksin tersebut. ”Kami akan lihat, apakah tuduhan itu benar,” kata Vergeire dalam jumpa pers, mengacu pada kekhawatiran banyak pakar kesehatan di dunia yang mengatakan bahwa aspek keamanan vaksin Covid-19 Rusia itu meragukan.
”Itu sebabnya kami berbicara dengan mereka untuk lebih memahami vaksin ini,” ujar Vergeire. Ia menambahkan bahwa uji klinis di Filipina tetap memerlukan persetujuan instansi setempat.
Pada Selasa (11/8/2020), Rusia memberikan izin edar pada vaksin Covid-19 buatan Gamaleya yang diberi nama ”Sputnik V” sehingga bisa diberikan kepada masyarakat. Padahal, calon vaksin Covid-19 yang dikembangkan Gamaleya itu belum menuntaskan uji klinis fase III untuk menguji keamanan dan efikasinya.
Pada umumnya, izin edar vaksin atau obat akan diterbitkan setelah produk bersangkutan sudah menjalani uji klinis tahap III untuk menguji keamanan dan efikasinya. Biasanya uji klinis ini juga melibatkan ribuan orang dari populasi yang beragam.
Sikap Rusia itu memunculkan kekhawatiran di antara para pakar kesehatan. Rusia dinilai mengabaikan faktor keamanan vaksin yang dibuat.
Menteri Kesehatan Jerman Jens Spahn mengatakan, vaksin Covid-19 Rusia belum diuji dengan layak. ”Bisa berbahaya memberikan vaksin kepada jutaan atau miliaran orang terlalu awal karena jika hasilnya jelek akan merusak penerimaan orang akan vaksin. Jadi, saya sangat skeptis dengan apa yang terjadi di Rusia,” kata Spahn kepada radio Deutschlandfunk.
”Saya akan senang jika kita memiliki vaksin yang bagus berdasarkan semua yang kita tahu dan di situlah masalahnya. Rusia tidak memberi tahu kita banyak informasi, ini belum diuji dengan layak,” tutur Spahn.
Meski di tengah pandemi, sangat krusial untuk melakukan studi dan uji klinis calon vaksin serta membuka hasilnya kepada publik agar lebih yakin terhadap vaksin. ”Bukan soal siapa yang lebih dulu, ini soal memiliki vaksin yang lolos uji, efektif, dan aman,” kata Spahn.
Putin dan para pejabat Rusia menyebutkan bahwa vaksin buatan Gamaleya sepenuhnya aman. Vaksin itu akan diberikan kepada petugas medis dan guru sekolah secara sukarela pada akhir Juli ini atau awal September. Sementara vaksinasi untuk warga Rusia secara luas, menurut rencana, dimulai Oktober nanti.
Presiden Filipina Rodrigo Duterte memuji vaksin buatan Rusia itu dan menawarkan diri untuk ”disuntik dengan vaksin itu di depan publik” untuk menghilangkan ketakutan warganya akan aspek keamanan vaksin tersebut.
Filipina merupakan salah satu negara Asia dengan kasus Covid-19 yang tinggi. Hingga Rabu (12/8/2020), tercatat total 143.749 kasus di negara itu. Kawasan Metro Manila dan wilayah-wilayah sekelilingnya telah ditutup sejak awal pekan lalu untuk mengendalikan penyebaran Covid-19.
Juli 2020, Duterte mengajukan permohonan kepada negara mitranya, China, agar memprioritaskan Filipina dalam pengembangan vaksin.
Duterte mengajukan permohonan kepada negara mitranya, China, agar memprioritaskan Filipina dalam pengembangan vaksin.
China melalui beberapa perusahaan farmasi juga tengah mengembangkan vaksin Covid-19, sebagian telah memasuki uji klinis fase III. Vaksin Covid-19 yang dikembangkan Sinovac, antara lain, diuji klinis di Bandung, Jawa Barat, Indonesia, mulai Selasa kemarin. (REUTERS)