Jet tempur China kembali memasuki wilayah udara Taiwan untuk keenam kalinya dalam dua bulan terakhir. Tindakan ini bersamaan dengan kunjungan pejabat pemerintahan AS ke Taiwan, yang memanaskan China.
Oleh
Mahdi Muhammad
·4 menit baca
TAIPEI, SENIN — Dua buah pesawat tempur milik Angkatan Udara China, Senin (10/8/2020), yang dideteksi sebagai jet tempur J-10 dan J-11, melintas sebentar di garis tengah Selat Taiwan, selat yang memisahkan antara China dan Taiwan. Insiden di wilayah udara Taiwan ini bersamaan dengan kunjungan Menteri Kesehatan dan Layanan Masyarakat Amerika Serikat Alex Azar ke Taiwan, sebuah langkah yang mendapat protes keras dari Pemerintah China.
Tidak ada insiden berarti dari kemunculan dua pesawat tempur China di wilayah udara Taiwan. Angkatan Udara Taiwan mengonfirmasi kedua jet tempur itu teridentifikasi oleh sistem pertahanan udara mereka dan segera ”digiring” ke luar wilayah udara Taiwan.
Dalam pernyataan tertulis yang dirilis Kementerian Pertahanan Taiwan disebutkan bahwa pesawat patroli Taiwan ”mengusir” jet-jet tempur China itu. Berdasarkan data di laman Kementerian Pertahanan Taiwan, di bulan Juni 2020, setidaknya enam kali pesawat tempur dan pesawat logistik milik Beijing melintas wilayah udara Taiwan. Namun, tidak ada insiden yang berarti. Pesawat tempur milik Angkatan Udara Taiwan berhasil menghalau pesawat tempur milik China keluar dari wilayah udara Taiwan.
Derek Grossman, analis pertahanan senior pada RAND Corp, lembaga analis pertahanan yang bermarkas di California, AS, dikutip dari laman VOANews, gangguan-gangguan yang diperlihatkan oleh jet-jet tempur China ingin mengingatkan AS agar tidak ”terlalu nyaman” berhubungan dengan pemerintahan Taiwan. Apalagi Beijing menganggap bahwa Taiwan adalah bagian dari wilayah teritorialnya, seperti yang sudah terjadi pada Hong Kong.
Huang Chung Ting, asisten peneliti pada Institut Penelitian Pertahanan dan Keamanan di Taipei, mengatakan, ”gangguan” yang diperlihatkan oleh jet tempur China sebagai bagian dari pernyataan Presiden Xi Jinping bahwa China masih memiliki banyak kemampuan dan alat yang bisa digunakan untuk ”melanjutkan konfrontasi dengan AS dan Taiwan”.
”Setiap kali ada tekanan eksternal yang baru, dia akan menjawabnya dengan tekanan yang lebih keras,” kata Huang.
Beijing memprotes kunjungan Azar sebagai pengkhianatan terhadap komitmen AS untuk tidak melakukan kontak resmi terhadap Pemerintah Taiwan. Kunjungan Azar difasilitasi oleh pengesahan Undang-Undang Perjalanan Taiwan tahun 2018, yang mendorong Washington untuk mengirim pejabat tingkat tinggi ke Taiwan setelah beberapa dekade di mana kontak semacam itu jarang terjadi.
”Saya ingin menekankan kembali bahwa masalah Taiwan adalah masalah yang paling penting dan sensitif dalam hubungan China-AS. Apa yang telah dilakukan AS secara serius melanggar komitmennya pada masalah Taiwan,” kata juru bicara kementerian luar negeri China, Zhao Lijian.
Meski demikian, kunjungan dan pertemuan Azar dengan Presiden Tsai tetap berjalan sesuai rencana. ”Sungguh suatu kehormatan bisa berada di sini untuk menyampaikan pesan dukungan yang kuat dan persahabatan dari Presiden Trump kepada Taiwan,” ujar Azar kepada Tsai di Kantor Kepresidenan di Taipei.
”Respons Taiwan menghadapi Covid-19 adalah di antara yang terbaik di dunia dan itu merupakan penghormatan terhadap masyarakat dan budaya Taiwan yang terbuka, transparan, dan demokratis,” kata Azar.
Sementara Tsai mengatakan, kunjungan Azar merepresentasikan ”langkah maju kolaborasi antipademi kedua negara”. Ia menyebut pengembangan vaksin serta penelitian dan produksi obat sebagai salah satu area kerja sama.
Dalam kunjungan tiga harinya di Taiwan, selain bertemu dengan Presiden Tsai, Azar dijadwalkan bertemu dengan pejabat otoritas kesehatan untuk membahas kerja sama penanggulangan pandemi Covid-19. Selama ini, sistem kesehatan Taiwan telah mendapat pujian di dunia karena mampu menekan jumlah kasus Covid-19 di bawah 500 kasus dengan ”hanya” tujuh kasus meninggal meski secara geografis dekat dengan China.
Pengganjal hubungan
China melihat Taiwan sebagai pemicu masalah dalam hubungannya dengan Washington, di luar penyebab lain, seperti dalam aspek perdagangan, teknologi, Laut China Selatan, dan respons China menghadapi pandemi Covid-19. Selama ini, AS tetap mempertahankan hubungan tidak resmi dengan Taiwan untuk menghormati Beijing. Namun, AS menjadi sekutu sekaligus penyuplai alat-alat pertahanan utama bagi Taiwan.
Azar merupakan Menteri Kesehatan pertama yang berkunjung ke Taiwan sekaligus anggota kabinet AS pertama yang bertandang ke Taiwan dalam enam tahun terakhir. Pada 2014, Kepala Badan Perlindungan Lingkungan AS Gina McCarthy mengunjungi Taiwan dan menuai protes Beijing.
China telah memutus kontak dengan Tsai setelah ia menolak mengakui klaim China atas Taiwan. Tekanan diplomatik, ekonomi, dan militer terhadap Tsai pun meningkat, termasuk membajak beberapa sekutu diplomatik Taiwan yang tersisa dan mengeluarkan Taiwan dari pertemuan internasional, antara lain, Majelis Kesehatan Dunia (WHA). Taiwan juga tidak bisa menjadi angggota Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) karena muncul keberatan dari China.
”Saya ingin menegaskan kembali bahwa pertimbangan politik tidak seharusnya didahulukan dari hak atas kesehatan. Keputusan melarang Taiwan berpartisipasi dalam WHA adalah sebuah pelanggaran hak-hak universal atas kesehatan,” kata Tsai.
Hal tersebut pada akhirnya memunculkan simpati bipartisan di Washington dan mendesak agar hubungan pemerintah dan militer dengan Taiwan diperkuat. Azar menyatakan, dirinya dan Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo akan mengupayakan keterlibatan kembali Taiwan di WHA sebagai negara peninjau. (AP/REUTERS/SAM/ADH/MHD)