Taliban Inginkan Dialog Intra-Afghanisan Setelah Semua Tahanan Bebas
Taliban siap memulai perundingan intra-Afghanistan jika semua anggota mereka telah dibebaskan. Para analis menilai, jangan terlalu percaya dengan janji Taliban.
Oleh
Mahdi Muhammad
·3 menit baca
KABUL, SENIN — Kelompok Taliban, Senin (10/8/2020), menyatakan, dialog damai intra-Afghanistan baru bisa dimulai jika semua anggotanya yang ditahan Pemerintah Afghanistan telah dibebaskan.
Syarat Taliban tersebut diutarakan setelah Loya Jirga, majelis pemimpin suku dan tokoh terkemuka Afghanistan, menyetujui pembebasan 400 tahanan Taliban, Minggu (9/8/2020).
”Sikap kami jelas. Jika pembebasan tahanan selesai, kami siap untuk pembicaraan intra-Afghanistan dalam seminggu,” kata juru bicara Taliban, Suhail Shaheen, Senin.
Taliban berulang kali menolak keberlanjutan perundingan intra-Afghanistan sebelum Pemerintah Afghanistan melepaskan 400 tahanan. Taliban beralasan pembebasan tanpa syarat semua anggota mereka yang ditahan adalah bagian dari kesepakatan damai dengan Pemerintah Amerika Serikat.
Namun, yang menjadi masalah, Kabul tidak merasa diikutsertakan dalam perundingan, terutama dalam pembicaraan pembebasan tahanan, termasuk 400 tahanan yang dinilai masuk dalam kategori ”penjahat kelas berat”.
Pemerintah Afghanistan menyatakan akan membebaskan 400 tahanan Taliban dalam dua hari ke depan. Juru bicara Dewan Keamanan Nasional Afghanistan, Javid Faisal, memastikan rencana pembebasan itu.
Taliban selangkah lebih maju dengan menyatakan bahwa mereka telah menunjuk pimpinan delegasi Taliban untuk perundingan intra-Afghanistan, Abbas Stanekzai.
Menurut catatan Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa, pria bernama lengkap Sher Mohammad Abbas Stanekzai Padshah Khan pada 2001 sempat didapuk sebagai menteri kesehatan. Dia juga sempat menjabat sebagai Wakil Menteri Luar Negeri Taliban.
Di kubu Pemerintah Afghanistan, sejak dua kubu yang berseteru pada pemililhan presiden rujuk, Abdullah Abdullah telah ditunjuk untuk memimpin delegasi Pemerintah Afghanistan pada perundingan intra-Afghanistan.
Selain bertugas memimpin delegasi, Abdullah Abdullah yang memiliki darah Pashtun di tubuhnya juga memimpin Komisi Tinggi Rekonsiliasi Nasional Afghanistan.
Dikutip dari laman media lokal Tolonews, Abdullah Abdullah mengingatkan agar tidak mundur dari janjinya. Kemunduran Taliban akan membuat perdamaian yang diinginkan warga Afghanistan kembali muram.
Pakistan, yang ada sebagian warganya terlibat dalam kelompok Taliban, mendukung hasil keputusan Loya Jirga yang memberikan lampu hijau pembebasan 400 anggota Taliban.
”Kami berharap pelaksanaan keputusan pembebasan tahanan anggota Taliban, seperti yang diinginkan dalam kesepakatan damai AS-Taliban, perundingan intra-Afghanistan akan dimulai dengan segera,” demikian pernyataan Kementerian Luar Negeri Pakistan.
Kepercayaan
Anggota parlemen Afghanistan, Belquis Roshan, yang merupakan seorang aktivis perempuan, menilai pembebasan anggota Taliban yang dinilai sebagai ”penjahat kelas kakap” adalah sebuah pengkhianatan. Dia memprotes keputusan itu meski mayoritas yang hadir dalam pertemuan tersebut mendukung keputusan itu.
Suara Roshan senada dengan suara keluarga Bettina Goislard, pekerja kemanusiaan yang bekerja untuk UNHCR yang tewas di tangan anggota Taliban pada 2003.
”Keputusan untuk membebaskan (mereka) yang dibuat atas dasar ekonomi, seperti halnya perdagangan hewan. Bagi kami, keluarga korban, hal itu tidak terbayangkan. Pembebasan itu akan menjadi penyangkalan proses peradilan yang membuat para pembunuhnya ditangkap dan kesalahan mereka tidak pernah diragukan berdasarkan hukum di Afghanistan,” kata keluarga salah satu korban dalam pernyataan mereka.
David Petraeus dan Vance Serchuk, analis dari lembaga Institut Global KKR, menilai, isi kesepakatan damai yang ditandatangani oleh AS dan Taliban timpang.
Dikutip dari laman Foreign Affairs, mereka menyatakan, Pemerintah AS telah memulai penarikan mundur pasukannya dari Afghanistan. ”Tapi, apakah Taliban telah secara terbuka menghentikan hubungan mereka dengan kelompok teroris lain sebagai balasan atas penarikan mundur pasukan AS?” tulis keduanya.
Mereka menilai, kesepakatan bahwa Taliban tidak akan menjadikan Afghanistan sebagai surga atau membiarkan kelompok teroris lain menyerang obyek vital AS dan sekutunya, membutuhkan proses pembuktian dan pelaksanaan yang lebih rumit dibandingkan dengan penarikan pasukan AS dari wilayah Afghanistan.
Keduanya mendorong anggota Kongres untuk memeriksa secara lebih detail dokumen dan kesepakatan di lapangan, khususnya oleh Taliban.
”Washington harus memastikan pelaksanaan di lapangan bisa diandalkan, sesuai dengan kesepakatan untuk mencegah bahaya yang sama kembali muncul. Saat ini masih jauh dari jelas bahwa kesepakatan administrasi Trump dengan Taliban memenuhi standar itu,” kata mereka. (AFP/REUTERS)