Perekonomian Filipina anjlok lebih dari yang diperkirakan pada triwulan II-2020. Hal itu menjadikan Filipina secara teknis jatuh ke dalam resesi untuk pertama kalinya dalam 29 tahun.
Oleh
BENNY D KOESTANTO
·4 menit baca
MANILA, KAMIS — Perekonomian Filipina anjlok lebih dari yang diperkirakan pada triwulan II-2020 dan membuat negara itu secara teknis jatuh ke dalam resesi untuk pertama kalinya dalam 29 tahun. Kesalahan yang berujung pada kegagalan penanganan terhadap pandemi Covid-19 diproyeksikan dapat memperlambat pemulihan ekonomi negara itu selanjutnya.
Ekonomi Filipina tumbuh negatif alias menyusut hingga 16,5 persen pada periode April-Juni tahun ini dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Otoritas Statistik Filipina, Kamis (6/8/2020), menyatakan, penyusutan itu merupakan penurunan terbesar dalam data produk domestik bruto (PDB) triwulanan pemerintah sejak tahun 1981. Pemulihan ekonomi selanjutnya negara itu pun diperkirakan tergantung pada proses dan keberhasilan penanganan wabah Covid-19.
Penurunan PDB Filipina itu lebih dalam dari proyeksi kantor berita Reuters sebelumnya. Bahkan, penurunan tersebut juga lebih dalam dari angka penyusutan ekonomi negara itu setelah direvisi turun 0,7 persen pada triwulan I-2020. Dalam jajak pendapat Reuters, kontraksi ekonomi Filipina diperkirakan hanya mencapai 9 persen. Angka PDB Filipina terbaru jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya menyusut 15,2 persen.
”Ekonomi Filipina yang jatuh ke dalam resesi dengan hantaman hebat pada PDB triwulan kedua menunjukkan dampak destruktif dari penutupan wilayah terhadap ekonomi yang bergantung pada konsumsi,” kata ekonom senior ING, Nicholas Antonio Mapa.
”Dengan rekor pengangguran tertinggi yang diperkirakan akan naik dalam beberapa bulan mendatang, kami tidak mengharapkan perputaran cepat dalam perilaku konsumsi, terlebih lagi dengan kasus Covid-19 yang masih meningkat,” ujarnya.
Jumlah kasus Covid-19 telah meningkat lebih dari enam kali lipat sejak pembatasan dilonggarkan pada Juni. Kasus Covid-19 di Filipina merupakan yang terbesar kedua di Asia Tenggara dari sisi jumlah kasus terkonfirmasi. Lebih dari 27 juta warga atau seperempat dari total populasi Filipina kembali menjalani karantina dua pekan mulai Selasa (4/8).
Filipina mencatat lebih dari 103.185 kasus, dengan lebih dari 2.000 kasus kematian. Sejumlah kantor bisnis telah diperintahkan untuk ditutup.
Presiden Filipina Rodrigo Duterte mengumumkan keputusan untuk menerapkan karantina pada Minggu (2/8) malam. Semua warga di ibu kota Manila dan empat provinsi lain, yakni Laguna, Cavite, Rizal, dan Bulacan, diwajibkan tinggal di rumah kecuali untuk membeli kebutuhan pokok. Transportasi publik, termasuk pesawat untuk rute penerbangan domestik, harus berhenti beroperasi.
”Kami kewalahan dan tidak ada yang menyangka akan sampai seperti ini. Tidak ada yang menduga akan ada ribuan orang yang sakit dalam satu hari,” kata Duterte.
Analis Capital Economics, Alex Holmes, dalam catatan kepada klien, yang dikutip Bloomberg, menilai, biaya ekonomi Filipina untuk mencoba menahan virus korona tipe baru itu telah meninggalkan ”luka besar” pada neraca rumah tangga dan perusahaan. Kondisi itu dinilai masih akan membebani permintaan beberapa bulan mendatang.
”Kegagalan menahan virus, terus membatasi pergerakan, dan dukungan kebijakan yang tidak memadai akan membuat Filipina kemungkinan akan mengalami salah satu pemulihan paling lambat di kawasan itu,” kata Holmes tentang keberadaan Filipina di Asia Tenggara.
Ekonomi Filipina tahun ini diperkirakan tumbuh negatif 5,5 persen tahun ini. Proyeksi itu lebih rendah dari proyeksi sebelumnya di level 3,4 persen, sebelum kemudian diperkirakan dapat tumbuh positif lagi pada tahun depan.
Data terbaru tentang ekonomi Filipina menegaskan tekanan senada yang dihadapi negara-negara di Asia Tenggara. Sebelumnya, ekonomi Singapura dilaporkan juga terjerumus dalam resesi di periode April-Juni setelah tumbuh minus hingga 41,2 persen. Indonesia melaporkan ekonominya pada triwulan II-2020 tumbuh minus 5,32 persen secara tahunan. Angka pertumbuhan ini anjlok dari triwulan I-2020, yakni 2,97 persen secara tahunan.
Lembaga Kantor Riset Ekonomi Makro (Amro) Asean+3 dalam riset terbarunya memproyeksikan ekonomi Singapura siap pulih dengan kuat pada tahun depan. Ekonomi Singapura diperkirakan tumbuh 7 persen pada 2021 setelah menyusut 6 persen tahun ini. Amro memperkirakan, proyeksi PDB Singapura untuk tahun 2020 diturunkan dari proyeksi sebelumnya sebesar 0,8 persen yang dirilis pada bulan Maret.
Para analis menilai, dengan inflasi yang diperkirakan akan tetap terkendali sepanjang tahun, bank sentral negara itu memiliki ruang untuk melonggarkan lebih jauh kebijakannya jika diperlukan. Bank sentral Filipina telah memangkas suku bunga acuan dengan total 175 basis poin tahun ini ke rekor terendahnya di level 2,25 persen. (AFP/REUTERS)