Dari Batumi ke Beirut, Asal Amonium Nitrat yang Meluluhlantakkan Itu
Pejabat Lebanon menyebut sumber ledakan dahsyat di Beirut, Selasa (4/8/2020), adalah amonium nitrat sebanyak 2.750 ton di pelabuhan. Asal dan keberadaan zat itu sudah bermasalah sejak lama.
Oleh
MUSTHAFA ABD RAHMAN, DARI KAIRO, MESIR
·5 menit baca
Ledakan dahsyat di kota Beirut, Selasa (4/8/2020), sudah dinyatakan sebagai ledakan terdahsyat dalam sejarah modern negeri Lebanon. Juru bicara Kementerian Kesehatan Lebanon, Kamis (6/8/2020), merilis korban tewas mencapai sedikitnya 137 orang dan lebih dari 5.000 orang luka-luka serta puluhan orang masih hilang akibat ledakan itu.
Gubernur Beirut Marwan Abboud, Rabu malam, menyebut kerugian akibat ledakan tersebut bisa mencapai 10 miliar-15 miliar dollar AS. Sehari sebelumnya, ia hanya menyebut kerugian pada angka 3 miliar-5 miliar dollar AS.
Komite penyelidik yang dibentuk Dewan Tinggi Pertahanan Lebanon mulai bekerja. Mereka diberi waktu 72 jam. Hari Jumat ini, komite tersebut bisa menyampaikan hasil penyelidikannya kepada publik. Atau, jika penyelidikan belum selesai, mereka diberi waktu bekerja selambat-lambatnya lima hari.
Namun, ketika penyelidikan masih berjalan, sudah mulai ada gesekan ke arah saling melempar tanggung jawab antara satu instansi dan lainnya di Lebanon, khususnya antara bea cukai, otoritas Pelabuhan Beirut, dan pengadilan Lebanon. Media lokal Lebanon, Kamis, merilis surat tertulis bulan Desember 2017 yang dilayangkan Direktur Urusan Bea Cukai Pelabuhan Beirut Badri Daher kepada pengadilan Lebanon.
Surat itu meminta penjelasan tentang keberadaan jumlah besar bahan amonium nitrat di gudang penyimpanan nomor 12 di Pelabuhan Beirut. Amonium nitrat itu hasil sitaan dari kapal kargo Rusia, Rhosus, tahun 2014. Surat tersebut mencantumkan tanggal dan nomor surat-surat sebelumnya terkait amonium nitrat itu yang dilayangkan sejak 2014.
Surat-surat yang dilayangkan sejak 2014 itu menyebutkan bahaya besar terkait keberadaan amonium nitrat di Pelabuhan Beirut yang berada di tengah kota Beirut. Menurut Daher, bea cukai telah mengirim surat enam kali kepada otoritas pengadilan tentang bahaya amonium nitrat itu.
Dalam surat-surat tersebut, kata Daher, pihak bea cukai meminta pengadilan dan instansi pemerintah terkait mengizinkan amonium nitrat diekspor kembali. Akan tetapi, kata Daher, pihak pengadilan tidak memberi respons. Ia menjelaskan, terdapat dua dokumen yang menyebut pihak bea cukai Lebanon tahun 2016 dan 2017 telah meminta pengadilan agar meminta otoritas pelabuhan laut mengekspor atau menjual amonium nitrat itu.
Mengenai hal tersebut, Riad Kobaissi, wartawan investigatif spesialis korupsi di pelabuhan, menyebut Daher hanya berusaha mengalihkan tanggung jawab dengan merilis surat-surat itu. Kobaissi menegaskan, apa yang terjadi saat ini memperlihatkan ”dampak korupsi di bea cukai pelabuhan Lebanon, salah satu lembaga utama yang harus bertanggung jawab” atas ledakan tersebut.
Seorang pegawai pelabuhan mengungkapkan, sebuah tim telah meninjau amonium nitrat di gudang nomor 12, enam bulan lalu. Tim itu mengingatkan, jika amonium nitrat tidak segera dipindah, akan meledakkan seluruh kota Beirut.
Sekilas, peringatan itu seperti terkesan melebih-lebihkan. Padahal, tidak demikian jika melihat sejumlah ledakan yang ditimbulkan amonium nitrat. Tahun 1995, hanya 2 ton bahan tersebut telah meluluhlantakkan gedung federal di Oklahoma City, Amerika Serikat, menewaskan 168 orang. Padahal, dalam ledakan di Beirut, seperti dikonfirmasi oleh Perdana Menteri Lebanon Hassan Diab dan Presiden Lebanon Michel Aoun, terdapat 2.750 ton!
Selain peristiwa di Oklahoma City, banyak rentetan kasus-kasus ledakan akibat amonium nitrat.
Amonium nitrat sebenarnya sangat bermanfaat di bidang pertanian. Zat itu merupakan bahan dasar utama dalam pembuatan pupuk nitrogen.
Namun, zat itu bisa dijadikan bom jika dicampur dengan zat-zat lain. Tentara Republik Irlandia (IRA) atau kelompok-kelompok perlawanan di Afghanistan menggunakan zat tersebut dalam aksi-aksi pengeboman. Pelaku teror bom Bali 2002, yang menewaskan lebih dari 200 orang, juga menggunakan amonium nitrat.
Pengabaian
Kembali ke soal amonium nitrat di Pelabuhan Beirut. Televisi Lebanon, OTV, mengutip Direktur Utama Pelabuhan Beirut Hassan Kraytem, Rabu, mengungkapkan, Pelabuhan Beirut menyimpan amonium nitrat itu sejak enam tahun lalu atas perintah pengadilan. Menurut Kraytem, pihak bea cukai dan badan keamanan negara telah meminta pemerintah mengekspor amonium nitrat itu atau menghancurkannya. Namun, tidak ada respons dari pemerintah.
Menurut hasil penyelidikan awal komite, telah terjadi pengabaian dan kelalaian selama enam tahun penyimpanan amonium nitrat di Pelabuhan Beirut hingga meledak, Selasa lalu. Komite penyelidik menyebut masalah keamanan amonium nitrat itu telah disampaikan kepada pengadilan. Namun, tidak ada perintah dari pengadilan untuk memindahkan bahan amonium nitrat itu dari Pelabuhan Beirut.
Menurut hukum di Lebanon, sebanyak 2.750 ton amonium nitrat setelah disita dari kapal kargo Rusia, MV Rhosus, tahun 2014 berada di bawah otoritas pengadilan Lebanon. Amonium nitrat sebanyak 2.750 ton itu berasal dari kapal MV Rhosus yang berlayar dengan bendera Moldova pada 23 September 2013 dari Batumi, kota pelabuhan berjarak sekitar 386 kilometer sebelah barat Tbilisi, ibu kota Georgia, menuju Mozambik.
Kapal itu diketahui milik pengusaha Rusia, Igor Grechushkin, yang bermukim di Siprus. Ia disebut menjabat direktur perusahaan kapal kargo Teto. Dalam pelayaran menuju Mozambik melalui Laut Hitam dan Laut Tengah, MV Rhosus terpaksa berlabuh di Pelabuhan Beirut karena mengalami gangguan teknis. Saat diperiksa petugas, kapal itu ternyata mengangkut barang sangat berbahaya, yaitu 2.750 ton amonium nitrat.
Otoritas Pelabuhan Beirut melarang MV Rhosus melanjutkan pelayaran, lalu membongkar muatan dan memindah muatan itu ke kapal lain. Mereka menghadapi dilema setelah mendadak pemilik kapal MV Rhosus melepaskan kepemilikannya atas kapal tersebut serta melepas tanggung jawabnya atas para awak kapalnya. Pemilik kapal tidak membayar lagi gaji awak kapal dan biaya perawatan kapal.
Perusahaan di Mozambik yang membeli amonium nitrat itu secara mengejutkan juga membatalkan pembelian zat tersebut. Sejak itu, kapal dan amonium nitrat tersebut tak bertuan. Setelah terjadi perundingan alot dan panjang, pada pertengahan tahun 2014, pengadilan Lebanon mengizinkan untuk membongkar muatan amonium nitrat dan menyimpannya di gudang nomor 12, yang kemudian meledak pada Selasa petang lalu. (AFP/REUTERS/SAM)