Publik Lebanon Tunggu Hasil Penyelidikan, Pejabat Terkait Dikenai Tahanan Rumah
Pemerintah menginginkan para pejabat pelabuhan Beirut, yang mengawasi gudang penyimpanan dan keamanan sejak 2014, dikenai tahanan rumah. Beirut pun berada dalam kondisi darurat untuk dua minggu pascaledakan dahsyat.
Oleh
Musthafa Abd Rahman dari Kairo, Mesir
·4 menit baca
Ledakan dahsyat dari gudang penyimpanan amonium nitrat di Beirut, Lebanon, menewaskan lebih dari 100 orang. Penyelidikan atas insiden itu diharapkan mengakhiri berbagai spekulasi.
KAIRO, KOMPAS — Publik Lebanon hingga Rabu (5/8/2020) masih menunggu hasil investigasi komite penyidik yang dibentuk Dewan Tinggi Pertahanan, Selasa malam, sesaat setelah ledakan dahsyat di gudang penyimpanan amonium nitrat di pelabuhan Beirut. Ledakan yang dijuluki mirip bom atom, yakni terbesar sejak Lebanon merdeka pada 1943, itu menewaskan lebih dari 100 orang dan melukai ribuan orang.
Presiden Lebanon Michel Aoun langsung meninjau area pelabuhan Beirut yang menjadi sumber ledakan dahsyat untuk melihat langsung kehancuran pelabuhan dan area sekitarnya. Pemerintah menginginkan para pejabat pelabuhan Beirut, yang mengawasi gudang penyimpanan dan keamanan sejak 2014, dikenai tahanan rumah. Beirut pun berada dalam kondisi darurat untuk dua minggu.
”Kami menyerukan kepemimpinan militer untuk menjatuhkan tahanan rumah bagi semua orang yang mengorganisasi penyimpanan amonium nitrat,” kata Menteri Informasi Manal Abdel Samad, merujuk pada substansi yang memicu ledakan pada Selasa.
Saat Michel Aoun meninjau lokasi ledakan, regu-regu penolong masih berjibaku di antara serakan puing-puing bangunan untuk mencari korban selamat atau terluka. Hingga Rabu malam, lebih dari 4.000 orang selamat dalam kondisi terluka. Korban luka berat telah ditangani secara intensif di sejumlah rumah sakit di Beirut.
Penduduk kota Beirut yang datang dari berbagai penjuru kota, kemarin, beramai-ramai melihat langsung puing-puing kehancuran gedung-gedung. Berbagai macam benda, puing, dan pecahan kaca berserakan di mana-mana di area pelabuhan dan pusat kota. Puluhan kendaraan roda empat pun rusak dan hancur.
Korban hilang
Warga juga mengais-ngais di bawah reruntuhan gedung-gedung yang hancur untuk menemukan para anggota keluarga mereka yang masih hilang. Tayangan langsung oleh stasiun televisi Al Jazeera, Al Arabiya, dan Sky News Arabia memperlihatkan Beirut, ibu kota Lebanon, yang tercabik dan porak-poranda oleh ledakan.
NI Nengah Irawati, seorang warga negara Indonesia, seperti disampaikan rilis Kedutaan Besar Republik Indonesia di Beirut, dilaporkan mengalami luka-luka. Namun, ia dalam kondisi stabil setelah ditangani dokter salah satu rumah sakit di Beirut. Irawati bersama empat WNI lainnya sudah kembali ke apartemennya di Jal El Dib, Beirut. Irawati adalah seorang pekerja spa Bali di Kimantra, Jal El Dib.
Hingga berita ini diturunkan Rabu malam, publik Lebanon sedang menunggu hasil penyidikan komite penyidik yang dibentuk Dewan Tinggi Pertahanan Lebanon, Selasa malam lalu. Warga mengharapkan hasil penyelidikan itu dapat segera diumumkan.
Sidang Dewan Tinggi Pertahanan Lebanon yang dipimpin Presiden Michel Aoun pada Selasa malam memutuskan untuk membentuk komite penyidik. Komite harus menyampaikan hasil penyidikan mereka paling lambat dalam waktu lima hari sejak kemarin. Hasil penyelidikan diharapkan bisa menjernihkan spekulasi yang berkembang.
Palang Merah Lebanon melaporkan, hingga Rabu siang waktu setempat, korban tewas mencapai lebih dari 100 orang, sedangkan luka-luka lebih dari 4.000 orang. Kemungkinan besar korban jiwa bisa bertambah karena ada banyak korban luka-luka dalam kondisi parah.
Gubernur Beirut Marwan Abbooud mengatakan, kerugian dari kehancuran kota Beirut akibat ledakan dahsyat bisa mencapai 3 miliar-5 miliar dollar AS. Ada 300.000 penduduk Beirut telantar karena rumah-rumah mereka hancur akibat ledakan.
Mantan PM Lebanon Saad Hariri menyebutkan, kerugian akibat kehancuran kota Beirut bisa lebih besar dari yang disampaikan Pemerintah Lebanon. Kota Beirut layak berteriak minta uluran tangan bantuan.
Menteri Ekonomi dan Perdagangan Lebanon Raoul Nehme mengungkapkan, gudang gandum di pelabuhan kota Beirut hancur akibat ledakan. Namun, masih ada stok gandum di gudang-gudang lain dan kapal yang membawa gandum sedang menuju Beirut saat ini. Gandum adalah bahan pembuatan roti, makanan pokok Lebanon.
Dipertanyakan
Beberapa tokoh Lebanon terus mempertanyakan keberadaan amonium nitrat yang mencapai 2.750 ton di salah satu gudang pelabuhan Beirut. Bagaimana mungkin barang sitaan itu bisa tersimpan dalam waktu cukup lama.
Media lokal Lebanon, Selasa malam, mengutip pernyataan pejabat tinggi keamanan Lebanon, menyebutkan, ledakan dahsyat berasal dari gudang penyimpanan 2.750 ton amonium nitrat. Penyidik masih mencari penyebab ledakan.
Pemimpin kaum Druze Lebanon, Walid Jumblatt, mempertanyakan alasan amonium nitrat tersimpan dalam waktu cukup lama di gudang pelabuhan Beirut. ”Untuk kepentingan siapa bahan dalam jumlah besar itu sampai didatangkan ke Lebanon,” katanya.
Jumblatt meminta komite penyidik yang dibentuk Pemerintah Lebanon bisa mengungkap aktor di balik penyimpanan bahan peledak dalam jumlah sangat besar di pelabuhan kota. Dilaporkan, ledakan dahsyat itu berasal dari akumulasi bahan peledak yang memiliki daya ledak sangat tinggi.
Pakar politik Lebanon, Amin al-Qomuria, juga mempertanyakan mengapa bahan peledak tersimpan dalam jumlah sangat besar dan disimpan untuk waktu yang lama. Ia meminta puing-puing bangunan tidak segera dibersihkan untuk kelancaran proses penyelidikan. Pihak yang meminta puing-puing itu dibersihkan sama dengan mengupayakan penghilangan bukti-bukti penting.(AFP/AP/REUTERS/PASCAL S BIN SAJU)