Kasus Kematian akibat Covid-19 di Amerika Latin Kini Tertinggi di Dunia
Lonjakan kasus baru Covid-19 dan kasus meninggal akibat Covid-19 di Amerika Latin membuat kawasan ini menjadi kawasan dengan kasus meninggal akibat Covid-19 tertinggi di dunia.
Oleh
ADHITYA RAMADHAN
·3 menit baca
BRASILIA, RABU — Amerika Latin kini menjadi kawasan dengan kasus kematian akibat Covid-19 tertinggi di dunia melampaui Eropa. Kasus meninggal di Amerika Latin mencapai lebih dari 206.000 kasus atau 30 persen dari total kasus meninggal di dunia yang saat ini tercatat 700.683 kasus.
Kasus meninggal itu didominasi oleh Brasil (95.819 kasus) dan Meksiko (48.869 kasus). Kasus baru dan kasus meninggal di beberapa negara Amerika Latin lainnya, seperti Kolombia, Peru, Argentina, dan Bolivia, juga bertambah terus.
Pekan lalu, Amerika Latin menjadi kawasan dengan kasus Covid-19 terbanyak di dunia. Pada Senin (3/8/2020), jumlah kasus di kawasan ini sudah melewati angka lima juta kasus. Lonjakan kasus ini umumnya terjadi setelah negara-negara di kawasan ini mencabut kebijakan pembatasannya untuk mulai menggerakkan perekonomian.
Posisi Amerika Latin dengan kasus tertinggi Covid-19 di dunia disusul oleh Amerika Utara dengan jumlah kasus mencapai 4,8 juta, diikuti oleh Eropa dan Asia yang masing-masing melaporkan sekitar tiga juga kasus Covid-19.
Setelah Presiden Brasil Jair Bolsonaro yang beberapa waktu lalu diketahui positif Covid-19, kini giliran Ibu Negara Brasil Michelle Bolsonaro (38) dan delapan dari 23 menteri kabinet Bolsonaro positif Covid-19. Bolsonaro sendiri kini sudah mulai kembali menggelar rapat resmi dan melakukan perjalanan setelah hasil tes pada 25 Juli 2020 menunjukkan dia negatif Covid-19.
Dalam pernyataannya, Sekretaris Presiden Jorge Oliveira mengatakan, dirinya telah bekerja jarak jauh sambil menjalani isolasi sejak ia didiagnosis positif Covid-19.
Jumlah kasus Covid-19 di Brasil kini mencapai 2,8 juta lebih dengan kasus meninggal 95.819 kasus. Terdapat 51.605 kasus baru dan 1.154 kasus meninggal baru dalam 24 jam terakhir. Meski kondisinya kian mengkhawatirkan dan bahkan penyebaran virus korona sudah mencapai lingkaran dalam presiden, Bolsonaro tetap meremehkan dampak Covid-19 dan menentang kebijakan karantina wilayah.
Sementara Meksiko mengonfirmasi 449.961 kasus Covid-19 dengan kasus meninggal 48.869 kasus. Meksiko kini menjadi negara dengan kasus Covid-19 dan kasus meninggal akibat Covid-19 terbanyak ketiga di dunia.
Akan tetapi, akibat kurangnya jumlah tes yang dilakukan, banyak kasus meninggal akibat Covid-19 di Meksiko tidak tercatat. Laporan terbaru memberikan gambaran besaran beban wabah Covid-19 di Mexico City, yaitu sejak 19 April hingga 30 Juni 2020 terdapat penambahan 17.800 kasus kematian dibandingkan dengan kondisi normal.
Pemerintah Meksiko sendiri memberikan pesan pencegahan Covid-19 yang membingungkan kepada publik. Contohnya, Presiden Andres Manuel Lopez Obrador sendiri hanya memakai masker sekali ketika tampil di depan publik.
915 perempuan hilang
Lebih dari 900 perempuan dewasa dan anak-anak di Peru telah hilang selama karantina wilayah untuk mengendalikan pandemi Covid-19. Pemerintah setempat didesak membuat daftar orang hilang tingkat nasional untuk mengatasi persoalan yang ”mengkhawatirkan” ini.
Menurut Isabel Ortiz, komisioner Ombudsman Nasional yang mengawasi penegakan HAM di Peru, daftar tersebut nantinya menjadi acuan untuk melacak warga yang hilang. Apakah mereka kemudian ditemukan hidup atau meninggal, apakah mereka menjadi korban perdagangan seks, atau kekerasan dalam rumah tangga.
Secara keseluruhan, ada 915 orang, termasuk 606 anak perempuan dan 309 orang perempuan dewasa, dilaporkan hilang sejak karantina wilayah diberlakukan 16 Maret 2020 sampai 30 Juni 2020.
”Data itu cukup mengkhawatirkan,” kata Ortiz kepada Thomson Reuters Foundation melalui sambungan telepon.
”Kami tahu jumlah perempuan dan anak perempuan yang telah hilang, tetapi kita tidak memiliki informasi detail berapa yang sudah ditemukan,” kata Ortiz. ”Kita tidak memiliki data yang baik dan diperbarui.”
Tanpa data yang andal, sering kali pemerintah tidak mengetahui apakah mereka yang dilaporkan hilang sudah ditemukan hidup atau meninggal. Bisa jadi mereka ada yang menjadi korban kekerasan, seperti kekerasan dalam rumah tangga dan pembunuhan berbasis jender. (REUTERS/AP)