Manufaktur AS Pun Menggeliat Ikuti Kondisi di Asia
Indeks manufaktur di AS berada di level 54,2 pada Juli, naik dari Juni yang berada di level 52,6. Indeks di atas 50 berarti terjadi ekspansi pada manufaktur di negara itu.
Oleh
BENNY D KOESTANTO
·4 menit baca
WASHINGTON, SELASA — Manufaktur Amerika Serikat kembali meningkat secara berurutan dalam dua bulan terakhir dengan standar ukuran ekspansif. Perkembangan positif AS itu searah dengan kondisi di beberapa negara Asia, tetapi perkembangan di Asia terpantau tidak merata.
Gelombang kedua pandemi Covid-19 dan penanganannya oleh Pemerintah AS akan menentukan laju sekaligus arah pemulihan ekonomi negara itu secara lebih luas. Di Asia, perkembangannya amat dipengaruhi oleh kebijakan penanganan terhadap pandemi.
Institute for Supply Management (ISM) mengatakan, Senin (3/8/2020) waktu di Washington DC, bahwa Indeks Manufaktur di AS berada di level 54,2 pada Juli. Indeks itu naik dari bulan Juni yang berada di level 52,6 dan indeks di atas 50 berarti terjadi ekspansi pada manufaktur di negara itu.
Indeks Manufaktur di AS, sebagaimana terekam oleh organisasi yang sama, merosot di bawah 50 pada Maret 2020. Hal itu menunjukkan saat itu terjadi resesi di bidang manufaktur karena penutupan pabrik-pabrik guna menangkal pandemi Covid-19.
Ekonomi AS secara keseluruhan juga jatuh ke dalam resesi pada Februari. Pemerintah AS melaporkan minggu lalu bahwa produk domestik bruto (PDB) negara itu anjlok pada tingkat tahunan 32,9 persen di triwulan II-2020. Kondisi itu mencerminkan penurunan PDB terbesar sejak pada 1947.
Kondisi Asia
Perkembangan positif manufaktur di AS itu searah dengan kondisi serupa di beberapa negara Asia. Namun, perkembangan di Asia terpantau tidak merata, dipengaruhi oleh kebijakan penanganan terhadap wabah Covid-19.
Diingatkan kemungkinan pemulihan yang terjadi baru bersifat sementara, tergantung penanganan terhadap Covid-19 secara umum di setiap negara dan secara global.
Indeks Manajer Belanja Manufaktur China (PMI) dilaporkan naik menjadi 52,8 sepanjang Juli, naik dari angka indeks Juni di level 51,2. Angka indeks itu menandai bulan ketiga berturut-turut pertumbuhan dan kenaikan terbesar PMI China sejak Januari 2011.
Data terbaru itu memperkuat optimisme yang tergambar dalam sebuah survei di kalangan pelaku usaha di China yang dirilis pada akhir pekan lalu. Dua hal itu diharapkan menjadi penanda bahwa negara dengan besaran ekonomi terbesar kedua secara global itu mencoba pulih lebih cepat dari yang diperkirakan sebelumnya.
Perlambatan tekanan aktivitas pabrik juga tergambar di Jepang dan Korea Selatan. Ini memberi harapan tekanan terhadap sektor manufaktur selama pandemi berkurang atau sudah melewati titik kritis.
Aktivitas manufaktur di Taiwan juga naik, tumbuh dari kondisi kontraksi sebelumnya. Hal itu seiring dengan adanya kenaikan permintaan peralatan kerja selama kebijakan bekerja dari rumah berlangsung.
Permintaan di industri cip pun terdorong naik. Namun, aktivitas pabrik di Filipina dan Vietnam masih terpantau turun pada bulan Juli, menggarisbawahi sifat pemulihan yang tidak merata.
Indeks Manufaktur Jibun Bank di Jepang terbaru naik ke level 45,2 pada Juli, naik dari level 40,1 pada Juni. Adapun data manufaktur HIS Markit di Korsel naik ke level 46,9 pada Juli. Dengan data yang sama pada Juni lalu ada di level 40,1, mencerminkan pelonggaran tekanan pada hasil ataupun pesanan baru.
Ada harapan produksi manufaktur Korsel dalam kurun waktu 12 bulan mendatang bakal melonjak di tengah perhatian atas data ekspor negara tersebut yang menyumbang hampir 40 persen ekonomi negara itu.
Para ekonom memperingatkan kemungkinan tekanan masih akan dihadapi AS. Hal itu terutama melihat jumlah kasus Covid-19 yang terus naik di beberapa bagian, seperti Selatan, Barat dan Midwest AS.
”Manufaktur pulih dari level rendah, tetapi prospeknya tidak pasti, mengingat adanya ancaman gangguan berulang dari wabah Covid-19,” kata Rubeela Farooqi, kepala ekonom pada lembaga High Frequency Economics.
Timothy Fiore, ketua komite survei pabrikan ISM, mengungkapkan, nada-nada optimistis lebih terdengar dibanding nada sebaliknya. Hal itu terungkap saat proses survei berlangsung. Dua dari tiga responden mengaku lebih optimistis terhadap peluang mereka pada masa depan dibandingkan dengan satu suara responden yang tetap khawatir atau cenderung berhati-hati melihat kondisi di depan.
Indeks yang melacak pesanan baru bagi manufaktur AS membukukan kenaikan kuat sebesar 5,1 poin persentase pada Juli. Indeks produksi juga dilaporkan naik 4,8 poin persentase.
Dari 18 industri manufaktur, 13 di antaranya melaporkan pertumbuhan pada bulan Juli dipimpin oleh produk kayu dan furnitur dan produk terkait. Tiga industri yang melaporkan kontraksi pada bulan Juli adalah peralatan transportasi, mesin dan produk logam fabrikasi.
”Krisis kesehatan dan ekonomi terkait erat dan pemulihan ekonomi tidak dapat dipastikan sampai dampak virus dapat terukur,” kata Oren Klachkin, kepala ekonom AS untuk Oxford Economics.
Ia menandaskan, penanganan akan menentukan peluang pemulihan selanjutnya. ”Kami berharap manufaktur tumbuh secara bertahap di depan, bergantung pada penanganan terkait pandemi dan ketidakpastian terkait wabah virus yang sedang berlangsung hingga pembatasan aktivitas,” kata Klachkin. (AP/REUTERS)