Seusai Serangan NIIS, Jam Malam Diberlakukan di Jalalabad
Jumlah korban tewas dalam serangan kelompok NIIS ke sebuah penjara di Afghanistan bertambah menjadi 24 orang, terdiri dari 21 warga sipil dan petugas keamanan serta 3 anggota kelompok NIIS.
Oleh
Mahdi Muhammad
·3 menit baca
JALALABAD, SENIN — Pemerintah Provinsi Nangarhar, Afghanistan, menerapkan jam malam, Senin (3/8/2020), setelah terjadi kekerasan bersenjata di dua lokasi di Jalalabad, ibu kota provinsi itu. Otoritas keamanan yang terdiri dari anggota militer dan polisi masih mengejar seribuan tahanan yang melarikan diri dari Lembaga Pemasyarakan Nangarhar setelah serangan mematikan dilakukan oleh kelompok Negara Islam di Irak dan Suriah atau NIIS, Minggu (2/8/2020).
Jumlah korban tewas dalam serangan kelompok NIIS bertambah menjadi 24 orang, terdiri dari 21 warga sipil dan petugas keamanan serta 3 anggota kelompok NIIS. Namun, sejumlah media lokal di Afghanistan menyebut, korban tewas dalam serangan itu sebanyak 29 orang dan puluhan lainnya terluka.
Otoritas keamanan terus berupaya menyisir lingkungan di sekitar penjara untuk mencari anggota NIIS yang mungkin menyelinap ke rumah-rumah warga. Juru bicara Pemerintah Provinsi Naranghar, Attaulah Khogyani, Senin, menyatakan, penyisiran itu diperlukan dan dilakukan dengan hati-hati untuk menghindari jatuhnya korban dari warga sipil.
Anggota aparat keamanan dan pertahanan Afghanistan dengan mobil lapis baja dan perlengkapan militer berat lain masih terus berjaga di sekitar lokasi yang berjarak hanya sekitar 700 meter dari Kantor Gubernur Nangarhar. Mereka juga membantu mengevakuasi warga dari sekitar lokasi karena hingga Senin petang waktu setempat tembakan sporadis masih terdengar dari dalam penjara.
Seorang anggota parlemen di provinsi itu, Sohrab Qaderi, menyebutkan, pemerintah menerapkan kebijakan karantina penguncian di seluruh penjuru kota. ”Seluruh kota Jalalabad berada di bawah jam malam, toko-toko tutup. Jalalabad benar-benar kosong,” kata Qaderi.
Afiliasi kelompok NIIS di Afghanistan, yang dikenal dengan NIIS-K (NIIS di Provinsi Khorasan), mengklaim bertanggung jawab atas serangan itu. Anggota NIIS yang ada di Afghanistan sendiri, menurut laman CSIS, pertama kali muncul di Provinsi Nangarhar, wilayah yang berbatasan langsung dengan Pakistan, pada tahun 2010.
Jalalabad yang terletak 149 kilometer di timur ibu kota Afghanistan, Kabul, menjadi titik penghubung Celah Khyber (Khyber Pass) dan kota Peshawar di Pakistan.
Motif serangan itu tidak segera jelas. Namun, serangan itu terjadi setelah sehari sebelumnya pasukan khusus militer Afghanistan membunuh seorang komandan senior NIIS tidak jauh dari Jalalabad.
Sepekan sebelum serangan ini terjadi, Tim Analisis dan Pengawasan Pelaksanaan Sanksi Dewan Keamanan PBB meluncurkan laporan setebal 28 halaman tentang sekitar 6.000 anggota kelompok Taliban asal Pakistan yang bersembunyi di Afghanistan. Sebagian dari mereka diyakini bergabung dengan NIIS-K. Laporan itu juga menyebut bahwa anggota NIIS-K berjumlah sekitar 2.200 orang.
Laporan tersebut juga menyebutkan bahwa kelompok NIIS di Provinsi Khorasan kini dipimpin oleh warga negara Suriah, Abu Said Mohammad Al-Khorasani. Tim juga mendapat laporan bahwa dua komandan senior kelompok ini, yaitu Abu Qutaibah dan Abu Hajar Al-Irak, telah tiba di Afghanistan dari Timur Tengah untuk memperkuat perlawanan mereka.
Laporan tersebut menyatakan, meski terdesak, kelompok ini masih mampu melakukan serangan-serangan pada instalasi vital pemerintah atau bahkan militer asing di Afghanistan.
Salah satu kekerasan bersenjata yang dilakukan oleh kelompok ini, menurut Pemerintah Amerika Serikat, adalah serangan terhadap sebuah rumah sakit bersalin di permukiman padat penduduk di Kabul, Afghanistan, beberapa bulan lalu. (AP/REUTERS)