Seiring dengan tingginya penambahan kasus baru, beberapa negara kembali memberlakukan kebijakan pembatasan seperti jam malam dan perintah bagi warga untuk tetap berada di rumah.
Oleh
ADHITYA RAMADHAN
·3 menit baca
MELBOURNE, MINGGU — Negara Bagian Victoria di Australia menyatakan status bencana dan memberlakukan jam malam di ibu kotanya, Melbourne, untuk mengendalikan lonjakan kasus Covid-19. Langkah ini merupakan pembatasan paling ketat yang pernah diberlakukan semasa pandemi.
Pada Minggu (2/8/2020), Victoria melaporkan 671 kasus baru Covid-19 dan tujuh kasus meninggal dalam sehari. Penambahan ini merupakan salah satu yang terbanyak selama ini. Tingginya kasus baru itu membuat otoritas Melbourne memberlakukan kebijakan bagi warganya untuk tetap tinggal di rumah selama enam minggu ke depan.
”Aturan sekarang telah mencegah munculnya ribuan kasus baru setiap hari, ribuan orang dirawat di rumah sakit, dan tragedi lainnya. Namun, ini tidak cukup,” kata Perdana Menteri Victoria Daniel Andrews dalam jumpa pers yang disiarkan stasiun televisi.
Jam malam mulai pukul 20.00 sampai pukul 05.00 waktu setempat setiap hari akan diberlakukan mulai Minggu malam di Melbourne. Hampir lima juta penduduk kota itu dilarang keluar rumah kecuali untuk bekerja dan merawat atau mendapatkan perawatan.
Kebijakan itu akan membatasi aktivitas warga Victoria di malam hari untuk berolahraga atau berbelanja. Namun, supermarket akan tetap buka dan restoran tidak melayani makan di tempat. Selain itu, mulai Rabu, semua sekolah akan belajar jarak jauh secara daring.
Langkah Victoria tersebut mendapat dukungan dari Pemerintah Federal Australia. Perdana Menteri Scott Morrison menulis di Facebook bahwa kebijakan itu ”terpaksa diambil” untuk menghentikan penyebaran virus korona. ”Kita sama-sama mengalami ini dan akan melaluinya bersama juga,” kata Morrison.
Lonjakan kasus Covid-19 juga terjadi di India, Jepang, dan Filipina. Pada Minggu (2/8/2020), India melaporkan 54.735 kasus baru atau turun dari hari sebelumnya yang mencapai 57.118 kasus baru. Dengan demikian, total kasus Covid-19 di India kini 1,7 juta kasus dengan 1,1 juta kasus di antaranya dilaporkan selama bulan Juli.
Sementara pada Sabtu (1/8/2020), Jepang melaporkan 1.540 kasus baru. Pemerintah Jepang menyatakan bahwa dari jumlah itu hanya lima kasus yang bukan merupakan penularan lokal. Sepertiga dari kasus baru itu terjadi di Tokyo.
Gubernur Tokyo Yuriko Koike mengatakan, mayoritas kasus baru Covid-19 berusia 20-30 tahun. Pihaknya kemungkinan akan memberlakukan lagi status darurat untuk mengendalikan penyebaran virus korona.
Meski kebijakan pembatasan masih berlaku, Filipina melaporkan 5.000 kasus baru. ”Kita kalah dalam pertempuran melawan Covid-19 dan kita butuh rencana aksi yang terkonsolidasi dan jelas,” demikian pernyataan surat terbuka yang ditandatangani 80 perwakilan organisasi profesi kesehatan di Filipina.
Secara global, sejak muncul pertama kali di kota Wuhan, China, hingga sekarang, setidaknya 17,6 juta penduduk dunia telah terinfeksi Covid-19 dengan sedikitnya 680.000 orang di antaranya meninggal.
Pada Sabtu (1/8/2020), Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperingatkan bahwa pandemi virus korona ini akan ”lama”. Pernyataan itu disampaikan WHO setelah mengevaluasi status pandemi yang sudah berlangsung selama enam bulan.
Dalam pernyataan tertulisnya, panel Komite Kedaruratan WHO ”menekankan kemungkinan durasi pandemi Covid-19 ini akan lama”. Karena itu, komite juga memperingatkan kemungkinan terjadinya ”lelah merespons” akibat tekanan yang besar terhadap aspek sosioekonomi negara-negara di dunia.
Selama pandemi berlangsung, panel WHO yang terdiri dari 17 anggota dan 12 penasihat telah bertemu empat kali untuk mengevaluasi situasi pandemi. Pada pertemuan terakhir, Jumat (31/7/2020), mereka menyatakan status darurat kesehatan global atau Public Health Emergency of International Concern (PHEIC) masih berlaku.
Panel juga memperingatkan negara-negara untuk menyiapkan sistem kesehatannya untuk menghadapi lonjakan flu musiman dan wabah penyakit lainnya selain Covid-19.
Di hadapan panel, Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan, dampak dari pandemi akan berlangsung lama. ”Pandemi ini adalah krisis kesehatan abad ini. Dampaknya akan dirasakan puluhan tahun yang akan datang,” ujarnya.
”Sedih jika mengingat enam bulan lalu ketika Anda merekomendasikan saya untuk menyatakan darurat kesehatan global, kasus Covid-19 masih kurang dari 100 dan belum ada kasus meninggal,” kata Tedros. (REUTERS/AFP/AP)