Idul Adha Jadi Harapan Lanjutan Negosiasi Damai Afghanistan-Taliban
Suasana tenang ditemui di Afghanistan sejak Hari Raya Idul Adha pada Jumat (31/7) pekan lalu. Hari raya itu juga menjadi harapan lebih besar bagi berlanjutnya perundingan damai pemerintah dengan kubu Taliban.
Oleh
BENNY D KOESTANTO
·4 menit baca
KABUL, MINGGU — Proses pembebasan ratusan tahanan yang terdiri dari anggota kelompok Taliban oleh Pemerintah Afghanistan dilaporkan berlangsung hingga Minggu (2/8/2020). Gencatan senjata kedua kubu dilakukan sepanjang proses itu terjadi dalam tiga hari terakhir.
Suasana tenang ditemui di Afghanistan sejak hari raya Idul Adha pada Jumat (31/7) pekan lalu. Hari itu menjadi awal dimulainya gencatan senjata di antara kedua kubu. Para pejabat melaporkan tidak ada bentrokan besar di antara kedua pihak. Warga dapat merayakan hari raya itu dengan tenang dan damai.
Hari raya itu juga menjadi harapan lebih besar bagi kedua pihak. Presiden Ashraf Ghani dan kubu Taliban sama-sama mengindikasikan bahwa negosiasi damai yang telah lama tertunda dapat dimulai segera setelah Idul Adha. ”Idul Adha ini terasa berbeda, taman penuh dengan warga. Anda seakan hampir lupa bahwa perang berkecamuk di negara ini selama 40 tahun,” kata Shahpoor Shadab, seorang penduduk dari kota timur Jalalabad.
Perbedaan suasana juga terjadi di Provinsi Zabul yang termasuk dalam satu provinsi yang biasanya bergolak. Beberapa warga melantunkan puisi yang menyerukan gencatan senjata secara permanen. Gencatan senjata kali ini tercatat hanya menjadi kali ketiga gencatan senjata yang dilakukan kedua pihak dalam konflik bersenjata yang telah berkecamuk selama hamper dua dekade.
”Kedamaian adalah kebutuhan dan aspirasi semua orang,” kata Sardar Wali, salah satu warga di Zabul. Wali ikut ambil bagian dalam kegiatan pembacaan puisi bersama warga lainnya. ”Ini adalah peluang besar untuk memperpanjang gencatan senjata hari ini dan memulai pembicaraan intra-Afghanistan besok.”
”Kedamaian adalah kebutuhan dan aspirasi semua orang,” kata Sardar Wali, salah satu warga di Zabul. Wali ikut ambil bagian dalam kegiatan pembacaan puisi bersama warga lainnya.
Suasana jeda dari aksi-aksi kekerasan itu memberi beberapa warga Afghanistan kesempatan untuk mengunjungi kerabat yang telah lama berpisah dengan aman. Perayaan Idul Adha dilihat sebagai berkah bersama. ”Saya berhasil mengunjungi desa saya untuk pertama kalinya dalam dua tahun,” kata Khalil Ahmad dari Provinsi Uruzgan. Uruzgan adalah salah satu basis kelompok Taliban dan menjadi salah satu wilayah yang bergejolak di Afghanistan.
Namun, banyak juga warga yang kemudian sadar, suasana seperti itu tidak akan lama. Warga Kabul, Fawad Babak, yang sehari-hari bekerja sebagai penjaga toko, merasa sedih karena itu adalah hari terakhir gencatan senjata. ”Aku sedikit berkecil hati, pembunuhan dan pertumpahan darah akan dilanjutkan lagi besok,” katanya.
Di bawah kesepakatan yang ditandatangani oleh Taliban dan AS pada bulan Februari, pembicaraan ”intra-Afghanistan” dijadwalkan sebenarnya dimulai kembali pada bulan Maret lalu. Namun, hal itu harus ditunda di tengah pertikaian politik di Kabul. Pertikaian terkait pelepasan tahanan yang diperebutkan yang terus berlanjut juga ikut menjadi faktor penunda proses itu.
Kesepakatan itu menetapkan bahwa Kabul akan membebaskan sekitar 5.000 tahanan Taliban. Imbalannya adalah pembebasan 1.000 personel keamanan Afghanistan yang ditawan oleh kelompok Taliban. Dewan Keamanan Nasional Afghanistan mengatakan, Minggu, bahwa 300 tahanan Taliban lainnya telah dibebaskan sejak hari Jumat. Karena itu, jumlah anggota kelompok Taliban yang dibebaskan sejauh ini menjadi lebih dari 4.900.
Namun, pihak berwenang di Kabul telah menolak membebaskan ratusan narapidana lainnya, terutama orang-orang yang dituduh melakukan kejahatan serius, yang diminta oleh Taliban untuk dibebaskan. Adapun suara dari kubu Taliban menyatakan mereka telah memenuhi sisi tanggung jawab mereka.
Kekerasan mematikan telah mengguncang Afghanistan sejak kesepakatan AS-Taliban itu disepakati. Ghani mengungkapkan, lebih dari 3.500 tentara Afghanistan tewas dalam serangan oleh kubu Taliban. Tidak ada komentar balik dari pihak Taliban atas pernyataan itu.
Usulan Amerika
Amerika Serikat sebelumnya telah mengusulkan bahwa ratusan tahanan Taliban dipindahkan ke tahanan rumah di fasilitas yang diawasi ketika mereka dibebaskan dari penjara Afghanistan. Usulan itu diharapkan menjadi solusi atas kondisi kebuntuan yang menghambat pembicaraan damai Kabul-Taliban. Ini terkait dengan tuduhan bahwa kubu Taliban melakukan serangan paling berdarah sebelumnya, termasuk ketika kesepakatan antara AS dan Taliban dicapai.
Para diplomat berusaha untuk memulai negosiasi perdamaian di Doha, Qatar, yang telah tertunda karena polemik masalah tahanan itu. Pemerintah Afghanistan menolak membebaskan gelombang terakhir dari sekitar 5.000 tahanan. Pembebasan itu dituntut oleh kelompok Taliban sebagai syarat untuk memulai pembicaraan damai. Utusan Khusus AS, Zalmay Khalilzad, mendesak para pemimpin Taliban dan Presiden Ashraf Ghani untuk memecahkan kebuntuan selama kunjungan ke Kabul pekan lalu.
Sekitar 400 tahanan masih dalam tahanan pemerintah sebelum proses pembebasan mereka dilakukan sejak akhir pekan lalu. ”Amerika dan sekutu mereka sepakat gila tampaknya untuk membiarkan beberapa anggota kelompok Taliban yang paling menakutkan keluar dengan bebas. Pasukan Afghanistan menangkap mereka karena melakukan beberapa kejahatan paling kejam terhadap kemanusiaan,” kata seorang diplomat senior Barat di Kabul. (AFP/REUTERS)