Ibadah Haji Berakhir, Protokol-Teknologi Pengendali Pandemi Kunci Sukses Saudi
Seluruh biaya transportasi dan akomodasi jamaah haji tahun ini ditanggung oleh Kerajaan Arab Saudi. Bahkan, batu untuk melempar jamrah pun disediakan oleh petugas kerajaan. Ada 2.000 pelanggar ditangkap tahun ini
Oleh
kris mada
·5 menit baca
Jemaah haji mulai meninggalkan Kota Mekkah, Arab Saudi, Minggu (2/8/2020) malam, setelah menyelesaikan seluruh rangkaian ibadah haji. Setelah menyelesaikan lemparan jamrah dan meninggalkan Mina, mereka kembali ke Masjidil Haram untuk melaksanakan tawaf wada (tawaf perpisahan).
Menteri Urusan Haji dan Umrah Arab Saudi Mohammed Saleh bin Taher Benten menyebut bahwa haji tahun 2020 sangat istimewa dalam segala hal. ”Karena keadaan kesehatan global yang luar biasa, pencegahan ketat diterapkan untuk memastikan kesehatan seluruh jemaah,” ujarnya.
Dari biasanya hingga 2,5 juta orang jemaah setiap musim haji, tahun ini Mekkah hanya menyambut hingga 10.000 orang jemaah haji. Pembatasan jumlah jemaah haji ini karena pandemi Covid-19 masih mengintai hingga ke Tanah Suci. Walakin, pandemi tidak hanya membuat banyak orang terpaksa menunda harapan menunaikan haji. Wabah ini juga menghadirkan wajah baru penyelenggaraan haji. Tetapi, penyelenggara pun masih menghadapi tantangan lama, orang tanpa izin haji dan mencoba menyusup ke Mekkah dan Masjidil Haram.
”Menyelenggarakan ibadah (haji) dalam bayang-bayang pandemi mengharuskan pengurangan jemaah, sekaligus menghadirkan tantangan berlipat untuk penyelenggara. Haji tahun ini dibatasi hanya untuk sedikit orang dari beberapa negara (yang tinggal di Arab Saudi) untuk memastikan ibadah dilaksanakan meski keadaan sedang sulit,” kata Raja Arab Saudi Salman bin Abdulaziz al-Saud soal haji tahun 1441 Hijriah.
Tahun ini, seluruh biaya transportasi dan akomodasi jemaah ditanggung oleh Kerajaan Arab Saudi. Bahkan, batu untuk melempar jumrah pun disediakan oleh kerajaan. Untuk alasan kesehatan, setiap anggota jemaah diberi tas kecil berisi beberapa butir batu.
Pada tahun-tahun sebelumnya, hampir seluruh dari hingga 2,5 juta jemaah membayar sendiri aneka ongkos haji. Setiap anggota jemaah bisa menghabiskan ribuan dollar AS untuk ongkos haji. Adapun batu untuk melempar jamrah biasanya dicari sendiri jemaah.
Lima hari
Memang, jumlah dan waktu kedatangaan jemaah ke Mekkah tahun ini jauh berkurang dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Biasanya, jemaah mulai berdatangan ke Mekkah dan Madinah hingga 40 hari sebelum puncak haji yang jatuh selama lima hari, mulai dari sehari sebelum hari raya Idul Adha, pada hari Idul Adha, dan tiga hari setelahnya. Hingga 1,8 juta orang berdatangan dari sejumlah negara dan sedikitnya 500.000 lain dari berbagai penjuru Arab Saudi.
Tahun ini, seperti diberitakan media lokal, hanya hingga 10.000 orang jemaah datang dari berbagai penjuru Arab Saudi ke Mekkah pada 26 Juli 2020. Pemerintah Arab Saudi sebelumnya mengumumkan ibadah haji kali ini diikuti sekitar 1.000 orang jemaah. Di antara jemaah terbatas itu, termasuk warga beberapa negara yang sudah tinggal di Arab Saudi sejak sebelum kerajaan itu mulai mengisolasi diri di tengah pandemi.
Seluruh jamaah berusia antara 25 tahun dan 50 tahun dengan kondisi kesehatan prima dan tanpa riwayat penyakit bawaan. Mereka juga wajib mengarantina diri sebelum berangkat ke Mekkah dan diwajibkan kembali ke karantina seusai haji. Setiap orang jemaah harus naik ke bus dan duduk di bangku yang sudah ditetapkan. Tidak boleh pindah duduk, apalagi berganti bus.
Hal itu bagian dari protokol pelaksanaan haji dan untuk mencegah jangan ada jemaah terinfeksi Covid-19, apalagi sampai meninggal. Hasilnya, hingga Senin (3/8/2020), tidak ada satu pun laporan jemaah terinfeksi. Tidak ada pula jemaah meninggal.
Persiapan terperinci
Meski jumlah jemaah lebih sedikit, persiapan tetap kompleks dan terperinci. Riyadh menyiapkan 8.000 tenaga medis dan tenaga pendukung layanan medis di Mekkah selama musim haji. Selain itu, disiapkan juga 16 rumah sakit, 51 klinik, 200 ambulans, dan 62 regu lapangan di Mekkah. Ada pula 82 layanan kesehatan lain yang disiagakan untuk melayani jemaah di Mekkah.
Masjidil Haram dibersihkan 10 kali sehari. Pemindai panas, kamera pemantau dengan teknologi pengenal wajah, kain dengan pemusnah bakteri, hingga pengenal elektronik dipakai pada musim haji 2020.
”Teknologi adalah kuda hitam untuk mengembangkan penyelenggaraan haji. Kami mengambil semua pencegahan yang bisa dilakukan untuk memastikan haji tahun ini tanpa satu pun kasus Covid-19 dan tanpa satu pun anggota jemaah meninggal,” kata Kepala Bidang Perencanaan Kementerian Haji, Amr al-Maddah.
Isu kematian jemaah menjadi masalah, dan Riyadh melakukan berbagai cara untuk mengatasi itu selama bertahun-tahun. Di tengah pandemi, isu kematian jemaah semakin diperhatikan. ”Bahkan, jika (salah satu dari aneka pencegahan) terbukti tidak berpengaruh apa-apa, tetap kami lakukan sebagai pencegahan,” ujar Maddah.
Untuk mencegah infeksi, selain wajib karantina, jemaah diberi gelang pemantau. Gelang itu mencatat data pergerakan jemaah dan berdekatan dengan siapa. Aparat bisa serta merta mengetahui jika jemaah tidak berada di lokasi seharusnya, seperti berada kurang dari 1,5 meter dari orang lain.
Selain gelang, jemaah juga diberikan kartu pengenal yang terhubung dengan aplikasi di ponsel pintar. Seperti gelang, kartu, dan aplikasi itu juga cara untuk memantau pergerakan jemaah. Pemantauan gerak juga bagian dari lacak jejak yang telah masuk salah satu panduan penanganan Covid-19.
Kamera pemantau
Selain gabungan gelang, kartu pengenal, dan aplikasi di ponsel pintar, masih ada kamera pemantau di sekitar Masjidil Haram untuk memantau pergerakan jemaah. Bukan kamera biasa yang mungkin akan kesulitan mengenal kumpulan orang yang sama-sama hanya berkain putih selama ibadah haji.
Komandan Satuan Pengamanan Haji Mayor Jenderal Zayed Al-Twayan mengatakan bahwa kamera-kamera di sekitar Masjidil Haram dilengkapi teknologi pengenal wajah. ”Semua membantu kami melayani jemaah,” ujarnya kepada media Arab Saudi, Asharq al-Awsaat.
Muka seluruh jemaah terdaftar dan pekerja layanan haji telah dimasukkan di sistem. Hal itu untuk memastikan hanya mereka yang mempunyai izin bisa berada di lokasi penyelenggaraan haji. Kamera akan mengenal wajah yang tidak terdata di sistem, dan aparat segera memburu orang itu.
Selain kematian jemaah, salah satu masalah penyelenggaraan haji adalah orang-orang tanpa izin dan mencoba berhaji. Tawyan mengatakan, tahun ini sedikitnya 2.000 pelanggar dicegah mendekati Tanah Haram, yakni lokasi yang berada dalam radius 20 kilometer dari Kabah. Sebagian dari mereka dicegat di pos-pos pemeriksaan di berbagai penjuru Tanah Haram. Pencegahan pelanggar tahun ini lebih serius karena jemaah dan petugas terpilih telah melewati proses seleksi ketat. Hal itu untuk memastikan tidak ada kasus Covid-19 di tengah penyelenggaran haji 2020. (AP/AFP)