Rusia Umumkan Mulai Vaksinasi Anti-Covid-19 secara Massal Bulan Oktober
Tak mau kalah dari China dan beberapa negara Barat, Rusia mengklaim selesai uji klinis calon vaksin Covid-19 dan segera memulai vaksinasi.
Oleh
Luki Aulia
·3 menit baca
MOSKWA, SABTU — Persaingan pengembangan dan produksi vaksin Covid-19 secara global berlangsung kian sengit. Perusahaan-perusahaan China selama ini berada di garis terdepan dalam pacuan tersebut. Rusia kini menyusul, bahkan dengan rencana memulai vaksinasi secara massal pada Oktober mendatang.
Menteri Kesehatan Rusia Mikhail Murashko, seperti dikutip kantor berita Interfax, mengatakan bahwa Institut Gamaleya, fasilitas riset milik pemerintah di Moskwa, telah menyelesaikan uji klinis. Ia menyebut dokter dan guru sebagai pihak pertama yang akan mendapatkan vaksinasi.
”Kami berencana menggelar vaksinasi lebih luas pada Oktober,” ujar Murashko.
Seorang sumber mengatakan kepada kantor berita Reuters pekan ini, calon vaksin Covid-19 pertama Rusia itu akan mendapat persetujuan pada Agustus ini dan bakal diberikan kepada pekerja kesehatan. Institut Gamaleya selama ini mengembangkan vaksin berbasis adenovirus.
Kepala Dana Investasi Langsung Rusia Kirill Dmitriev menyebut keberhasilan Rusia mengembangkan vaksin seperti kesuksesan Uni Soviet meluncurkan Sputnik 1, satelit pertama di dunia, tahun 1957. Namun, kecepatan Rusia dalam mengembangkan vaksin tersebut dipertanyakan sejumlah media Barat, apakah Moskwa lebih mengutamakan prestise negara di atas sains dan keselamatan.
Rusia pernah menjadi produsen vaksin terdepan di dunia pada era Uni Soviet. Moskwa mengumumkan akan memasarkan dua vaksin pada September dan Oktober mendatang. Vaksin pertama dikembangkan oleh Institut Gamaleya dan Kementerian Pertahanan Rusia. Vaksin kedua dikembangkan Vektor, laboratorium negara di dekat kota Novosibirsk.
AS tak yakin
Pakar penyakit menular Amerika Serikat, Anthony Fauci, Jumat (31/7/2020), menyatakan tidak yakin AS akan menggunakan vaksin yang dikembangkan di China dan Rusia. Ia beralasan, sistem regulasi di kedua negara itu tidak sejelas di negara-negara Barat.
”Saya berharap China dan Rusia betul-betul menguji vaksin itu sebelum memberikannya kepada siapa pun. Jangan klaim vaksin siap didistribusikan, padahal belum diuji,” kata Fauci saat sesi dengar pendapat di Kongres AS.
Fauci tidak percaya ada vaksin yang akan segera tersedia untuk dipasarkan. Bulan lalu, media China memberitakan, perusahaan CanSino Biologics mengembangkan vaksin Covid-19 yang telah digunakan untuk imunisasi militer China. Namun, banyak ilmuwan mempertanyakan sisi etikanya karena vaksin itu belum diuji tingkat akhir.
Ada dua perusahaan China yang lain, Sinovac dan Sinopharm, yang sedang menjalankan uji coba tahap ketiga dan tahap terakhir di Brasil dan Uni Emirat Arab. Calon vaksin dari Sinovac dijadwalkan juga akan diuji klinis di Kota Bandung, Jawa Barat, pada awal Agustus ini.
Kekhawatiran terhadap calon vaksin dari Rusia muncul karena sampai sekarang Rusia belum mengeluarkan data ilmiah yang membuktikan keamanan vaksin. Selain China dan Rusia, tiga vaksin korona dari negara-negara di Barat sudah tiga kali diuji coba.
Ketiga vaksin itu diproduksi masing-masing oleh perusahaan bioteknologi AS, Moderna, bersama Institut Nasional untuk Kesehatan; University of Oxford dan AstraZeneca, Inggris; dan BioNTech, Jerman, bersama perusahaan obat AS, Pfizer.
Tanpa perlu menunggu vaksin dari China dan Rusia, akan ada dua perusahaan obat yang menyediakan 100 juta dosis vaksin Covid-19 eksperimental bagi Pemerintah AS. Vaksin itu diharapkan segera tersedia mengingat jumlah kematian akibat Covid-19 dikhawatirkan meningkat beberapa pekan ke depan. Kedua perusahaan itu adalah perusahaan obat Perancis, Sanofi, dan GlaxoSmithKline (GSK) dari Inggris. Pasokan vaksin senilai 2,1 miliar dollar AS itu akan cukup untuk 50 juta orang.
Menteri Kesehatan dan Layanan Manusia AS Alex Azar mengatakan bahwa pembelian vaksin itu sesuai dengan program Operation Warp Speed pemerintahan Presiden AS Donald Trump yang bertujuan mempercepat produksi vaksin Covid-19 untuk dipasarkan akhir tahun 2020.
Sanofi dan GSK mengatakan, Jumat, menerima dana 2,1 miliar dollar dari AS untuk pengembangan vaksin Covid-19. Pada saat bersamaan, Uni Eropa juga mengumumkan mencapai kesepakatan dengan Sanofi soal pasokan 300 juta dosis vaksin Covid-19 untuk 27 negara anggota UE.